Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Jateng

'Kalau Nanti Saya Mati Itu Takdir' Detik-detik Pesta Miras Oplosan di Magelang Tewaskan 2 Orang

Dua orang meninggal dunia dalam pesta miras oplosan dengan parfum yang terjadi di Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Surya/Habibur Rohman
Ilustrasi minuman keras (miras) oplosan. 

TRIBUNSOLO.COM - Dua orang meninggal dunia dalam pesta miras oplosan dengan parfum yang terjadi di Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Kejadian ini mengakibatkan MBS (20) dan MF (25) meninggal dunia.

Baca juga: Terungkap Asal Usul Miras yang Kemudian Dioplos Parfum di Magelang Jateng, 2 Orang Tewas

Saat ini masih ada tiga orang dirawat intensif di rumah sakit. AM (25) dan AB (yang berusia belasan tahun) di RSUD Muntilan, sementara WOT (20) dirawat di RSUD Merah Putih.

Diketahui kejadian tersebut terjadi pada Minggu (25/8/2024) malam.

Ada tujuh pemuda pesta miras di lingkungan Dusun/Desa Paremono, Mungkid.

Setelah itu, lima orang di antaranya mengalami sesak nafas, badan panas, dan muntah sepanjang siang sampai malam Senin (26/8/2024).

"Mereka minta mandi terus dari pagi sampai malam," ucap Rozi.

Selasa dini hari pemuda MBS (20) dinyatakan meninggal dunia setelah sebelumnya sempat dirawat di RSUD Merah Putih, sementara korban lain ada yang koma.

"WOT saat ini dalam keadaan koma," tambah Rozi.

Baca juga: Pemuda di Magelang Tewas Usai Tenggak Miras Oplosan Parfum, Sempat Bilang Kalau Mati Sudah Takdir

Rozi menyatakan, miras oplosan diduga dicampur dengan minyak wangi.

Mendiang MF dan WOT bertindak sebagai pengoplos.

Adapun miras disebut didapat dari Kabupaten Purworejo.

Dia menambahkan, kelima korban sudah diambil sampel urine, air liur, dan darah untuk diketahui zat dalam miras yang dioplos. Namun, dia belum bisa menyampaikan hasilnya.

Dari tempat kejadian perkara, polisi mengamankan botol berisi etanol dengan kandungan alkohol 98 persen yang sudah tandas, sebotol parfum, serta alat suntik.

Muslih (43), ketua RT 04 Dusun Paremono, mengaku lingkungannya sudah biasa menjadi tempat mabuk-mabukan para korban. Warga, ucapnya, sudah lelah menegur mereka karena tiada jera.

"Ketika ditegur, mereka jawab, 'uang, ya, uang saya. Kalau nanti saya mati, itu takdir.' Saya wis jeleh (sampai capai)," cetusnya.

(*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved