Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Wayang Kulit Kepuhsari Wonogiri

Cara Membuat Wayang Kulit di Desa Kepuhsari Wonogiri: Perajin Jalani Ritual Sesuai Keyakinan Pemesan

Perajin asal Desa Kepuhsari kerap menerima pesanan wayang dari dalang-dalang kondang di Indonesia. Produk disana juga terkenal hingga luar negeri.

TRIBUNSOLO.COM/Erlangga Bima Sakti
Menilik proses pembuatan wayang di Kampung Wayang Kepuhsari, Wonogiri, Jawa Tengah 

Laporan Wartawan TribunSolo, Erlangga Bima Sakti

TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Desa Kepuhsari di Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri terkenal sebagai Kampung Wayang.

Bukan tanpa alasan, mayoritas warga di sana merupakan perajin wayang atau seniman tatah sungging.

Mayoritas warga disana mahir dalam membuat wayang kulit, bahkan perajin asal Desa Kepuhsari kerap menerima pesanan wayang dari dalang-dalang kondang di Indonesia.

Produk disana juga terkenal hingga luar negeri.

Salah satu perajin disana adalah Retno Lawiyani yang juga merupakan Koordinator Kampung Wayang Kepuhsari.

Baca juga: Wayang Kulit Asal Desa Kepuhsari Wonogiri: Andalan Para Dalang Kondang, Terkenal Hingga Mancanegara

Ia menjelaskan, proses pembuatan wayang dari awal hingga akhir berbeda-beda durasinya.

"Sesuai kerumitan, prosesnya beda tokoh beda lama pengerjaan. Contoh wayang Bima untuk ukuran pentas dalang ini 10-15 hari, mulai dari awal hingga akhir," kata Retno Lawiyani.

Dia menjelaskan proses paling awal yakni persiapan bahan yaitu kulit kerbau.

Ia mendapatkan kulit kerbau itu dari pemasok asal Yogyakarta.

Kulit kerbau itu, awalnya dibentangkan dulu selama dua hingga tiga hari sampai kering.

Setelah kering, kulit akan dikerok untuk menghilangkan sisa lemak dan sisa bulu kerbau yang masih menempel.

"Setelahnya nanti proses perendaman. Setelah satu malam proses pementangan lagi, kemudian diamplas supaya kulit ketebalannya sama," jelasnya.

Setelah itu, kulit baru bisa digarap.

Baca juga: Gurihnya Kerupuk Trowolo Khas Sragen : Bahan Baku Hanya Singkong, Jadi Bingkisan untuk Acara Hajatan

Perajin kemudian akan menggambar sesuai dengan kapangan atau karakter wayang yang akan dibuat.

Selanjutnya akan dicorek atau dibuat sketsa sesuai tokoh.

"Baru nanti proses pemahatan atau ditatah. Setelah menatah selesai nanti tahapan untuk sungging atau pewarnaan, setelah selesai dipasang gapit untuk pegangan itu dari tanduk," ujarnya.

Untuk gunungan, menurutnya lebih lama, pasalnya ornamennya  detail dan banyak.

Proses penatahannya saja menurutnya memerlukan waktu 1 bulan untuk tinggi gunungan sekitar 85 sentimeter.

"Proses sungging satu bulan, belum natahnya. Tidak bisa ngoyo (dipaksa). Butuh konsentrasi, butuh mood agar pengerjaan bagus. Gunungan itu mewakili penggambaran alam semesta, jadi lebih detail, kalau tokoh itu mewakili masing-masing pribadi," katanya.

Selain itu, menurutnya masih ada beberapa perajin yang menggunakan semacam ritual atau nglakoni dalam sebutan orang Jawa ketika akan membuat wayang kulit.

"Mungkin dulu ada puasa mutih, puasa ngrowot seperti itu. Kalau sekarang mungkin kita sudah generasi muda jadi sudah kejar target saja, bukan ritual," jelasya.

Baca juga: Frozen Bebek dan Ayam Ungkep Chef Retro: Tahan 8 Bulan, Ide UMKM Kakak Beradik di Saminan Boyolali

Meski begitu, malah permintaan ritual itu datang dari pemesan.

Pemesan biasanya ada permintaan khusus kepada perajin sebelum mulai mengerjakan wayang.

"Request tokoh ini tapi mau mulai pengerjaan harinya ini, waktunya ini, harus disiapkan alat khusus misalnya kembang setaman. Nanti doanya juga online, kita videokan, yang ritual dari jarak jauh. Pemesan juga minta sisa kulit yang kita pahat tidak boleh dibuang, sisa kulit ikut dikirimkan," paparnya.

Soal harga, menurutnya tergantung dari ukuran dan tingkat kerumitan wayang.

Selain itu, juga tergantung pada warna yang digunakan pada wayang, ada yang menggunakan lapisan emas asli.

"Bima ukuran untuk pentas wayang ini pakai emas asli, lapisan emas murni harganya bisa sampai Rp 5 juta lebih. Gunungan lebih lama pengerjaan, ornamen detail dan banyak,"

"Minimal Rp 3,5 juta standar. Untuk karakter (tokoh) juga tergantung ukuran, 30 sentimeter mulai dari Rp 900 ribu," pungkasnya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved