Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Sejarah Kuliner Legendaris

Sejarah Roti Babah Setoe yang Legendaris di Solo, Ada Sejak 1982, Nama Pemberian Mangkunegoro V

Dilansir TribunSolo.com dari berbagai sumber, dahulu toko roti ini awalnya milik seorang warga Tionghoa bernama Siem Siep Tiang.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Facebook/Kota Solo
ROTI LEGENDARIS SOLO - Toko Roti Babah Setoe yang legendaris di Jl. Adi Sucipto No.44, Kerten, Solo, pada Februari 2020. Begini sejarah Roti Babah Setoe yang sudah ada sejak tahun 1882. (Facebook/Kota Solo) 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Toko Roti Babah Setoe merupakan salah satu toko roti legendaris di Solo, Jawa Tengah.

Bagaimana tidak? Toko roti ini sudah ada sejak 1882 dan menjadi langganan keluarga Pura Mangkunegaran.

Konon nama Babah Setoe juga diberikan langsung oleh Mangkunegara V.

Baca juga: Sejarah Rica-Rica Pedas Mbok Usrek, Kuliner Legendaris di Boyolali, Dulu Cuma Menu Coba-coba

Lokasi Toko Roti Babah Setoe ada di Jalan Adi Sucipto No. 44, Kerten, Laweyan, Solo, Jawa Tengah.

Sejarah Toko Roti Babah Setoe

Dilansir TribunSolo.com dari berbagai sumber, dahulu toko roti ini awalnya milik seorang warga Tionghoa bernama Siem Siep Tiang.

Salah satu pelanggan setia roti ini adalah keluarga Pura Mangkunegaran.

Setiap hari Sabtu, pemilik toko roti ini akan mengambil pembayaran dari Pura Mangkunegaran.

Nama Babah Setoe diberikan oleh Mangkunegoro V, yang pada masa itu berkuasa di Keraton Mangkunegaran (1881-1896).

Baca juga: Sejarah Sop Matahari yang jadi Hidangan Khas Hajatan, Berawal dari Tradisi Keraton Kasunanan Solo

Babah merujuk pada pemilik toko yang berasal dari etnis Tionghoa, sementara Setoe berasal dari kata Sabtu, hari pengambilan pembayaran.

Sejak saat itu, roti ini dikenal dengan nama Babah Setoe, dan semakin populer di kalangan masyarakat Solo.

Babah Setoe: Roti untuk Kaum Elite

Pada tahun 1897, dalam sebuah pesta pernikahan yang mewah di Kauman, roti Babah Setoe disajikan untuk para tamu. 

Sehingga, Roti Babah Setoe pada masa itu identik dengan orang-orang kaya, terhormat, dan berprestise tinggi.

Ketika Kongres Partai Nasional Indonesia (PNI) yang diadakan di Solo pada 1960, roti Babah Setoe juga turut menjadi sajian untuk para peserta.

Baca juga: Sejarah Spesial Soto Boyolali SSB Hj Hesti Widodo, Kuliner Legend yang Buka Cabang di Luar Jawa

Kini, hampir 137 tahun sejak berdirinya pada 1882, roti Babah Setoe tetap mempertahankan kualitas dan keaslian rasanya.

Jenis roti yang dijual pun tidak banyak berubah, antara lain roti tawar kasino, roti krumpul, roti gambang, roti santan, roti smeer, hingga roti ontbijkoek.

Menjaga Tradisi di Tengah Perubahan

Roti Babah Setoe tidak hanya bertahan dalam hal cita rasa, tetapi juga dalam menghadapi berbagai perubahan zaman.

Seiring berjalannya waktu, lokasi toko pindah dari kawasan Pasar Gede ke Jl. Adisucipto pada tahun 1983.

Begitu pula dengan pembungkus roti, yang dulu menggunakan kertas, kini beralih menggunakan plastik bersablon yang lebih modern.

Baca juga: Sejarah Es Puter yang Jadi Hidangan Penutup Tiap Hajatan di Solo, Ternyata Ada Artinya Lho

Namun, perjalanan Toko Roti Babah Setoe tidak selalu mulus.

Pada tahun 1998, saat terjadinya kerusuhan massa di era reformasi, toko ini ikut terdampak.

Selama empat hari, toko tersebut harus ditutup karena suasana yang mencekam.

Beruntung, setelah situasi membaik, Toko Roti Babah Setoe kembali buka dan melanjutkan usahanya seperti biasa.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved