Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Dedi Mulyadi Dikritik Kirim Siswa ke Barak Militer, Susno Duadji: Prabowo Lulusan Pendidikan Militer

Sebaliknya, Susno pun menyebut pihak yang kontra dan menyebut program tersebut melanggar HAM merupakan orang yang berpikir sempit.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Youtube Humas Jabar
PIDATO DEDI MULYADI - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi saat pidato di Musyawarah Nasional (Munas) Asosiasi DPRD Provinsi Seluruh Indonesia (ADPSI) Tahun 2025 di Bandung, Selasa (6/5/2025) lalu. Susno Duadji pasang badan untuk Dedi Mulyadi yang dikritik gara-gara kirim siswa nakal ke barak militer. 

"Jadi anda terlalu merendahkan lembaga pendidikan militer, kalau lembaga pendidikan militer cenderung melanggar HAM ya anda masuk lah berhentikan, kasih tahu Panglima TNI apa yang harus diubah," katanya. 

Kritik Komnas HAM, DPR, dan KPAI 

Sebelumnya, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) meminta Dedi meninjau kembali program mengirim anak nakal ke barak militer. 

Ketua Komnas HAM, Atnike Nova Sigiro, mengatakan bahwa kebijakan itu harus dievaluasi karena edukasi untuk kalangan sipil bukan kewenangan dari lembaga militer. 

Baca juga: Program Dedi Mulyadi Bina Siswa Nakal di Barak Militer, Anggaran yang Digunakan Capai Rp6 Miliar

"Sebetulnya itu bukan kewenangan TNI untuk melakukan civil education. Mungkin perlu ditinjau kembali rencana itu," kata Atnike saat ditemui di Kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Jumat (2/5/2025). 

Menurut Atnike, tak masalah jika siswa nakal diajak ke barak TNI sebagai kegiatan edukasi pendidikan karier seperti mengetahui tugas-tugas TNI, tetapi bukan untuk dilatih seperti TNI. 

Kritik juga datang dari Anggota Komisi X DPR RI Bonnie Triyana.

Politikus PDI-P itu berpandangan bahwa tidak semua persoalan, termasuk persoalan terkait siswa-siswa bermasalah, serta merta bisa diselesaikan oleh tentara. 

Baca juga: Cak Imin Semprot Dedi Mulyadi soal Usulan Vasektomi bagi Penerima Bansos: Jangan Buat Aturan Sendiri

"Tidak semua problem harus diselesaikan oleh tentara, termasuk persoalan siswa bermasalah," ujar Bonnie dalam keterangan tertulisnya dikutip dari Kompas.com, Rabu (30/4/2025). 

Bonnie menekankan bahwa rencana tersebut masih perlu melewati kajian yang matang. 

Sebab, terdapat banyak cara untuk membangun atau memperkuat karakter siswa, tidak harus menggunakan cara-cara militeristik yang menurutnya hanya cara instan. 

Sementara itu, dikutip dari Kompas.tv, Komisioner KPAI Aris Adi Leksono menilai anak akan menjadi korban stigma dalam program pembinaan siswa bermasalah di barak militer. 

Pernyataan itu disampaikan oleh Aris Adi Leksono dalam dialog Sapa Indonesia Pagi KompasTV, Selasa (6/5/2025). 

“Pada prinsipnya begini, anak ini masuk dalam kelompok retan, karena dia masuk dalam kelompok rentan maka dia butuh pendekatan-pendekatan khusus, dia butuh perlindungan. Nah di dalam ruang lingkup perlindungan anak itu ada tahapan bagaimana pemenuhan hak anak, yang kemudian baru pada tahapan perlindungan khusus anak,” kata Aris. 

“Artinya kalau kemudian program ini menyasar kepada anak-anak yang dalam tanda kutip ya, anak nakal, anak bermasalah, saya kira juga persoalan tersendiri, karena kemudian akan menjadi anak korban stigma,” lanjutnya.

Artikel ini telah tayang di Tribun Jakarta

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved