Fakta Menarik Tentang Klaten
Asal-usul Dusun Gentongan Klaten, Ada Mitos Makam Kyai dan Nyai Gentong di Tengah Sawah
Menurut cerita warga, Kyai dan Nyai Gentong datang ke wilayah tersebut sekitar tahun 1800.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Bagi warga Klaten, Jawa Tengah, mungkin familiar dengan nama Dusun Gentongan.
Dusun Gentongan terletak di Desa Gemblegan, Kecamatan Kalikotes, Klaten.
Gentongan bukan hanya dikenal karena sejarah dan kisah leluhurnya, tetapi juga karena adanya Pasar Gentongan—pasar tradisional yang menjadi tujuan utama warga untuk kulakan kepala kambing dengan harga yang relatif murah.
Baca juga: Asal-usul Pertapaan Pringgondani di Karanganyar, Wisata Religi dan Tempat Ritual yang Legendaris
Namun, di balik keramaian pasar tersebut, Dusun Gentongan menyimpan cerita sejarah yang tak kalah menarik.
Masyarakat setempat percaya bahwa dusun ini didirikan oleh sepasang suami istri bernama Kyai dan Nyai Gentong, yang disebut-sebut masih memiliki garis keturunan dari Keraton Yogyakarta.
Asal-Usul Nama Gentongan
Menurut cerita warga, Kyai dan Nyai Gentong datang ke wilayah tersebut sekitar tahun 1800.
Mereka memutuskan meninggalkan kehidupan keraton dan memilih mendekatkan diri dengan masyarakat biasa.
Baca juga: Asal-usul Gunung Taruwongso di Sukoharjo, Kisah Pengembaraan Pangeran Banjaran dan Mitos Watu Manten
Di wilayah yang kini dikenal sebagai Dusun Gentongan, mereka melakukan babat alas atau membuka lahan baru untuk tempat tinggal.
Ciri khas rumah keduanya adalah adanya gentong air di depan rumah sebagai tempat penyimpanan air yang diambil dari sumber alam.
Tradisi ini kemudian diikuti oleh warga yang mulai bermukim di sekitar mereka.
Dari sinilah nama "Gentongan" berasal—mengacu pada banyaknya gentong air yang menghiasi depan rumah warga kala itu.
Baca juga: Asal-usul Desa Cabeyan di Bendosari Sukoharjo, Dulu Hutan Belantara yang Dihuni Seorang Pengembara
Hingga kini, makam Kyai dan Nyai Gentong masih terawat dan berada di tengah area persawahan.
Makam tersebut menjadi tempat ziarah, tidak hanya bagi warga lokal, tapi juga dari luar daerah seperti Solo dan Boyolali.
Terutama saat malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon, makam ini ramai didatangi peziarah yang datang dengan harapan doa-doa mereka dikabulkan.
Tradisi ziarah ini masih kuat dijalankan oleh masyarakat.
Bahkan beberapa pejabat dari Klaten juga dikabarkan sering datang untuk berziarah.
(*)
Asal-usul Nama Desa Kalikebo di Trucuk Klaten, Ada Legenda Kerbau jadi Batu |
![]() |
---|
Tradisi Setahun Sekali Saparan Yaa Qawiyyu di Jatinom Klaten, 54.135 Apem Jadi Rebutan Warga |
![]() |
---|
Sejarah Yaa Qawiyyu di Jatinom Klaten yang Digelar Setiap Bulan Safar, Ada Kirab Gunungan Apem |
![]() |
---|
Asal-usul Desa Juwiring di Klaten, Kisah Ki Ageng Juwiring Taklukkan Wilayah Lewat Pendekatan Agama |
![]() |
---|
Asal-usul Nama Desa Blimbing di Karangnongko Klaten, Legenda Nyai Dlongeh yang Berakhir Tragis |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.