Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Fakta Menarik Tentang Klaten

Asal-usul Dusun Gentongan Klaten, Ada Mitos Makam Kyai dan Nyai Gentong di Tengah Sawah

Menurut cerita warga, Kyai dan Nyai Gentong datang ke wilayah tersebut sekitar tahun 1800.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Google Street View
PASAR GENTONGAN - Suasana Pasar Gentongan di Dusun II, Gemblegan, Kec. Kalikotes, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pada 2025 lalu. Begini sejarah asal-usul Dusun Gentongan. 

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Bagi warga Klaten, Jawa Tengah, mungkin familiar dengan nama Dusun Gentongan.

Dusun Gentongan terletak di Desa Gemblegan, Kecamatan Kalikotes, Klaten.

Gentongan bukan hanya dikenal karena sejarah dan kisah leluhurnya, tetapi juga karena adanya Pasar Gentongan—pasar tradisional yang menjadi tujuan utama warga untuk kulakan kepala kambing dengan harga yang relatif murah.

Baca juga: Asal-usul Pertapaan Pringgondani di Karanganyar, Wisata Religi dan Tempat Ritual yang Legendaris

Namun, di balik keramaian pasar tersebut, Dusun Gentongan menyimpan cerita sejarah yang tak kalah menarik.

Masyarakat setempat percaya bahwa dusun ini didirikan oleh sepasang suami istri bernama Kyai dan Nyai Gentong, yang disebut-sebut masih memiliki garis keturunan dari Keraton Yogyakarta.

Asal-Usul Nama Gentongan

Menurut cerita warga, Kyai dan Nyai Gentong datang ke wilayah tersebut sekitar tahun 1800.

Mereka memutuskan meninggalkan kehidupan keraton dan memilih mendekatkan diri dengan masyarakat biasa.

Baca juga: Asal-usul Gunung Taruwongso di Sukoharjo, Kisah Pengembaraan Pangeran Banjaran dan Mitos Watu Manten

Di wilayah yang kini dikenal sebagai Dusun Gentongan, mereka melakukan babat alas atau membuka lahan baru untuk tempat tinggal.

Ciri khas rumah keduanya adalah adanya gentong air di depan rumah sebagai tempat penyimpanan air yang diambil dari sumber alam.

Tradisi ini kemudian diikuti oleh warga yang mulai bermukim di sekitar mereka.

Dari sinilah nama "Gentongan" berasal—mengacu pada banyaknya gentong air yang menghiasi depan rumah warga kala itu.

Baca juga: Asal-usul Desa Cabeyan di Bendosari Sukoharjo, Dulu Hutan Belantara yang Dihuni Seorang Pengembara

Hingga kini, makam Kyai dan Nyai Gentong masih terawat dan berada di tengah area persawahan.

Makam tersebut menjadi tempat ziarah, tidak hanya bagi warga lokal, tapi juga dari luar daerah seperti Solo dan Boyolali.

Terutama saat malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon, makam ini ramai didatangi peziarah yang datang dengan harapan doa-doa mereka dikabulkan.

Tradisi ziarah ini masih kuat dijalankan oleh masyarakat.

Bahkan beberapa pejabat dari Klaten juga dikabarkan sering datang untuk berziarah.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved