Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Fakta Menarik Tentang Sukoharjo

Asal-usul Desa Cabeyan di Bendosari Sukoharjo, Dulu Hutan Belantara yang Dihuni Seorang Pengembara

Desa Cabeyan terdiri dari dukuh/dusun: Banyuripan, Cabeyan, Plarung, Pundungsari, Ringinanom, Rejosari, dan Tundungan.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
cabeyan-sukoharjo.desa.id
SEJARAH DESA SUKOHARJO - Kantor Kepala Desa Cabeyan, Bendosari, Sukoharjo, Jawa Tengah, beberapa tahun lalu. Begini asal-usul Desa Cabeyan. 

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Cabeyan adalah nama desa di kecamatan Bendosari, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia.

Desa Cabeyan terdiri dari dukuh/dusun: Banyuripan, Cabeyan, Plarung, Pundungsari, Ringinanom, Rejosari, dan Tundungan.

Di balik namanya, Desa Cabeyan memiliki sejarah panjang dan asal-usul yang unik penuh mitos.

Baca juga: Asal-usul Telaga Madirda Karanganyar : Legenda Sugriwa, Subali, Dewi Anjani, dan Cupu Manik Astagina

Asal-usul Nama Desa Cabeyan

Cerita ini bermula pada suatu masa ketika bumi Jawa masih diselimuti oleh hutan lebat nan misterius, penuh dengan pohon-pohon tinggi menjulang dan kehidupan liar yang belum tersentuh peradaban.

Di tengah belantara itu, berdiri gagah sebuah pohon beringin putih—sebuah pohon langka yang memancarkan aura keagungan dan ketenangan.

Sekelilingnya tumbuh subur semak-semak cabai berwarna merah menyala, mencolok di antara dedaunan hijau.

Keindahan dan keteduhan tempat itu tak hanya menjadi penyejuk alam, tetapi juga menjadi awal dari terbentuknya sebuah peradaban kecil.

Baca juga: Asal-usul Nama Bukit Cumbri yang Kini jadi Wisata Hits Wonogiri, Ada Legenda Manuk Beri

Seorang pengembara bernama Perjit tiba di tempat tersebut dalam perjalanannya menjelajah hutan Jawa.

Merasa terpanggil oleh ketenangan yang memancar dari pohon beringin putih, ia memutuskan untuk menetap di sana.

Ia membangun sebuah gubuk sederhana dari bambu dan daun-daun hutan, dan mulai hidup dari hasil alam.

Ubi jalar menjadi santapan utamanya, dan dedaunan menjadi atap pelindungnya dari hujan dan panas.

Meski hidup sendiri di awal, kehadiran Perjit menarik perhatian pengembara lain yang tengah mencari tempat damai untuk beristirahat dan bercocok tanam.

Baca juga: Asal-usul Nama Kecamatan Wedi di Klaten : Ada Kisah Sunan Pandanaran Ubah Karung Beras jadi Pasir

Satu demi satu, mereka datang dan bergabung.

Bersama, mereka membuka lahan, membangun rumah, dan mulai menanam tanaman, terutama cabai, yang tumbuh subur di tanah sekitar beringin putih.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved