Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Fakta Menarik Tentang Klaten

Asal-usul Desa Juwiring di Klaten, Kisah Ki Ageng Juwiring Taklukkan Wilayah Lewat Pendekatan Agama

Juwiring tidak hanya dikenal karena nilai sejarah dan budaya leluhurnya, tetapi juga karena potensi wisata lokal yang mulai bersinar.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Dokumentasi Diskominfo Kabupaten Klaten
PRODUK KHAS JUWIRING - Payung lukis khas Juwiring Klaten, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Beginilah asal-usul Desa Juwiring. 

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Terletak di selatan Kabupaten Klaten, Desa Juwiring bukan hanya menjadi pusat pemerintahan Kecamatan Juwiring, tetapi juga menyimpan sejarah panjang sejak era Kerajaan Demak.

Kini, desa ini tak hanya dikenal karena nilai sejarah dan budaya leluhurnya, tetapi juga karena potensi wisata lokal yang mulai bersinar.

Desa Juwiring, Klaten, Jawa Tengah, berjarak 18 km dari pusat Kota Solo dan bisa ditempuh dalam waktu 31 menit menggunakan kendaraan pribadi.

Baca juga: Asal-usul Nama Desa Blimbing di Karangnongko Klaten, Legenda Nyai Dlongeh yang Berakhir Tragis

Asal-usul Nama dan Jejak Sejarah

Nama Juwiring diyakini berasal dari gabungan kata "Ju" (jewawut) dan "Wiring" (perhiasan atau tali), meski banyak pula yang meyakini bahwa nama itu berasal dari tokoh sejarah bernama Ki Ageng Juwiring, seorang tokoh spiritual sekaligus utusan Kerajaan Demak pada awal abad ke-16.

Kisah bermula pada tahun 1518 M, ketika Raden Trenggono dari Kerajaan Demak mengutus seorang bangsawan muda, Raden Tanujoyo, yang juga dikenal dengan nama Panembahan Yudho Waneng Pati.

Tanbo art. Seni melukis sawah atau tanbo art ucapan selamat HUT Klaten ke-221 di lahan persawahan di Desa dan Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Selasa (22/7/2025).
Tanbo art. Seni melukis sawah atau tanbo art ucapan selamat HUT Klaten ke-221 di lahan persawahan di Desa dan Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Selasa (22/7/2025). (Dok. Drone Prihatnyo Ruli Hermawan)

Ia adalah keponakan dari Nyai Cindil, seorang tokoh perempuan yang disegani dan menetap di wilayah tersebut.

Dalam penyamarannya, Tanujoyo menggunakan nama Ki Ageng Juwiring.

Baca juga: Asal-usul Air Terjun Jumog di Karanganyar, Surga Tersembunyi yang Dulu Tertutup Semak Belukar

Alih-alih menaklukkan wilayah itu dengan kekuatan militer, ia mendekati masyarakat lewat perilaku, teladan, dan dakwah Islam.

Ia hidup berdampingan dengan warga, ikut bertani, membangun infrastruktur kecil, serta memimpin masyarakat dengan adil.

Hingga akhirnya, wilayah itu diberi nama Desa Juwiring sebagai bentuk penghormatan atas jasanya.

Ki Ageng Juwiring wafat di desa ini dan dimakamkan di kompleks makam keramat Desa Juwiring, yang hingga kini masih ramai diziarahi.

Peran Strategis di Masa Kolonial

Pada masa penjajahan Belanda, Juwiring sudah menjadi pusat administratif dan dikenal sebagai daerah agraris penting.

Sistem pemerintahan desa, termasuk keberadaan lurah, carik, dan modin, telah terbentuk dan menjadi bagian dari struktur kolonial lokal.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved