Sejarah Kuliner Legendaris
Sejarah Kompyang, Roti Legendaris Langka yang Masih Eksis di Solo, Warisan Kuliner China Sejak 1563
Kompyang merupakan makanan serupa roti burger yang memiliki tekstur kering dengan rasa yang gurih.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Beberapa tempat atau pasar tradisional di Solo, Jawa Tengah, masih menjajakan aneka kuliner tradisonal.
Salah satu kuliner tradisional yang masih eksis di Solo namun langka adalah roti kompyang.
Kompyang merupakan makanan serupa roti burger yang memiliki tekstur kering dengan rasa yang gurih.
Baca juga: Sejarah Sompil Bu Sri Koco Jogonalan, Kuliner Legendaris nan Langka yang Masih Eksis di Klaten
Sebab, kompyang atau kadang disebut burger Jawa ini dibuat dengan tepung terigu, garam, serta ragi yang diuleni dan dibentuk bulat.
Namun, uniknya, saat dibuat, adonan kompyang tidak dibubuhi mentega serta gula.
Cara menikmatinya bisa dengan kopi atau pia-pia.
Sejarah Kompyang
Kompyang bukan sekadar roti biasa.
Makanan ini merupakan warisan budaya dari masyarakat Tionghoa, khususnya dari suku Foochow (Fuzhou) yang berasal dari Provinsi Fujian, Tiongkok.
Konon, roti ini pertama kali dibuat pada masa Dinasti Ming, tepatnya tahun 1563, saat Jenderal Qi Jiguang memimpin pasukan untuk melawan perompak Jepang di wilayah pesisir Fujian.
Untuk memudahkan perbekalan pasukan dalam perjalanan, dibuatlah sejenis roti kering yang tahan lama, mudah dibawa, dan tak mudah basi.
Baca juga: Sejarah Sate Kambing Tali Roso yang Legendaris di Klaten, Ukuran Sate Berbeda pada Umumnya
Roti itulah yang kemudian dikenal dengan nama Kompia (光饼)—dalam dialek Jian’ou disebut Guang-biang—yang akhirnya menyebar ke Asia Tenggara seiring dengan gelombang migrasi masyarakat Tionghoa, termasuk ke Nusantara pada akhir abad ke-14.
Masuknya budaya Tionghoa ke Indonesia membawa serta berbagai kebiasaan kuliner.
Kompyang di Solo adalah hasil dari akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa yang masih bertahan hingga hari ini.
Berbeda dari roti burger modern yang lembut dan manis, Kompyang dibuat tanpa mentega dan gula.
Baca juga: Sejarah Mihom, Kuliner Legendaris Khas Sukoharjo, Konon Namanya Diambil dari 3 Kata Ini
Bahan dasarnya sederhana: tepung terigu, garam, dan ragi, lalu diolesi telur di permukaannya dan ditaburi wijen sebelum dipanggang.
Sejarah Sate Kelinci Bisa jadi Kuliner Khas Tawangmangu Karanganyar, Inisiatif Para Peternak |
![]() |
---|
Sejarah Ibu Basuki Bakery: Roti Legendaris Klaten Sejak 1995, dari Rumahan Kini Punya Banyak Cabang |
![]() |
---|
Sejarah Kroket : dari Kudapan Bangsa Eropa, Bisa jadi Sajian Wajib Hajatan di Solo Raya |
![]() |
---|
Sejarah Bubur Lemu, Kuliner Khas Solo yang Legendaris, Makanan Penting di Era Kasunanan Surakarta |
![]() |
---|
Sejarah Kue Kembang Jambu, Camilan Jadul Khas Klaten yang Kini Mulai Langka |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.