Fakta Menarik Tentang Sragen

Asal-usul Sendang Kun Gerit yang Kini jadi Wisata Hits Sragen, Airnya Dipercaya Berkhasiat

Sendang Kun Gerit dulunya hanyalah sebidang tanah oro-oro milik pemerintah desa yang terbengkalai.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TribunSolo.com/Septiana Ayu Lestari
MEMBLUDAK : Potret objek wisata Sendang Kun Gerit di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen saat Libur Lebaran 2025. Beginilah asal-usul Sendang Kun Gerit yang populer di Sragen, Jawa Tengah. 

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, memiliki objek wisata yang belakangan tengah naik daun.

Nama objek wisata tersebut adalah Sendang Kun Gerit yang terletak di Desa Jatibatur, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Sejak resmi beroperasi pada 31 Juli 2022, Sendang Kun Gerit telah meraih omzet miliaran rupiah, hasil dari pengelolaan profesional berbasis partisipasi masyarakat dan desa.

Baca juga: Asal-usul Kahyangan Wonogiri, Tempat Panembahan Sutowijoyo Tapa Brata dan Legenda Nyai Roro Kidul

Asal-usul Sendang Kun Gerit

Sendang Kun Gerit dulunya hanyalah sebidang tanah oro-oro milik pemerintah desa yang terbengkalai.

Namun, pada tahun 2020, muncul inisiatif dari Kepala Desa Jatibatur, Sutardi, untuk menyulap kawasan tersebut menjadi desa wisata.

Proses pembangunan dimulai pada Mei 2021 dan rampung pada Juni 2022 dengan biaya total mencapai Rp2,25 miliar, yang seluruhnya berasal dari investasi masyarakat dan dana desa.

Sendang ini memiliki nilai historis dan spiritual bagi warga.

Dahulu digunakan sebagai sumber air utama masyarakat, airnya dikenal tidak pernah surut bahkan saat kemarau.

Baca juga: Asal-usul Telaga Claket yang Kini jadi Wisata Hits Wonogiri, Ada Mitos Tempat Tinggal Bidadari

Legenda setempat menyebut bahwa nama "Kun Gerit" berasal dari suara gesekan dua pohon walikukun yang ditiup angin, menciptakan bunyi “gerit” yang khas.

Selain keindahan alam dan kejernihan airnya, daya tarik lain dari Sendang Kun Gerit adalah mitos tentang khasiat airnya yang dipercaya membuat awet muda.

Kepercayaan ini turut menarik minat wisatawan dari berbagai daerah.

Lokasi sendang yang dianggap sakral juga menambah nuansa spiritual dalam pengalaman wisata.

Sebagai bentuk syukur atas pencapaian luar biasa ini, warga Jatibatur menggelar kirab tujuh nasi tumpeng pada 30 Juli 2023.

Baca juga: Asal-usul Kali Talang di Kemalang Klaten, Konon Namanya karena Aliran Sungai Menyerupai Saluran Air

Acara ini dimeriahkan oleh berbagai kesenian tradisional seperti rodatan, tayub, tari gambyong, hingga wayang kulit.

Tumpeng-tumpeng tersebut dibagikan kepada pengunjung sebagai simbol “pitulungan” atau pertolongan dalam budaya Jawa.

Investasi Kolektif Masyarakat

Salah satu aspek paling unik dari Sendang Kun Gerit adalah model pendanaan dan pengelolaannya yang berbasis masyarakat. Sebanyak 563 orang warga menjadi investor dengan penyertaan modal berupa uang, barang, atau jasa.

Investasi dimulai dari harga terjangkau yaitu Rp250.000 per lembar saham.

Tanah seluas 1,86 hektare yang digunakan pun merupakan kontribusi empat warga setempat yang dikonversi menjadi investasi.

BUMDes Sumber Rejeki yang mengelola kawasan ini berhasil menjadikan Sendang Kun Gerit sebagai sumber Pendapatan Asli Desa (PADes). 

Fasilitas dan Pengembangan Wisata

Sendang Kun Gerit kini memiliki berbagai fasilitas yang menarik, termasuk empat jenis kolam renang dengan kedalaman berbeda untuk anak-anak, remaja, hingga dewasa.

Baca juga: Asal-usul Desa Pondok di Nguter Sukoharjo, Ada Kisah Kyai Anggamaya Seberangi Sungai Bengawan Solo

Kolam terdalam memanfaatkan mata air alami sebagai sumber utamanya.

Untuk kenyamanan pengunjung, tersedia restoran bergaya rumah Jawa yang menyajikan kuliner lokal, area bersantai seperti gazebo, serta spot berfoto alami dengan latar perbukitan dan sungai. 

Sebagai bentuk diversifikasi, pihak pengelola kini juga menyediakan fasilitas glamour camping (glamping) di puncak bukit setinggi 17 meter.

Glamping dilengkapi dengan AC, kamar mandi dalam, televisi, serta pemandangan memukau ke arah kolam dan Gunung Merapi–Merbabu.

Tidak hanya itu, pengunjung bisa menikmati wisata berkuda keliling desa sejauh 3 km, menambah pengalaman khas pedesaan yang tak terlupakan.

Konsep pemberdayaan masyarakat sangat terasa di Sendang Kun Gerit. Produk makanan-minuman yang dijual berasal dari 38 warga lokal, pengelolaan parkir pun diserahkan kepada warga setempat.

Saat hari libur, jumlah petugas parkir bisa meningkat hingga 10 orang.

Rata-rata pendapatan bulanan dari kawasan ini kini mencapai Rp200 juta.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved