Sejarah Kuliner Legendaris
Sejarah Kopi Petruk Khas Kemalang Klaten, Kopi Berkualitas dari Lereng Gunung Merapi
Salah satu produk khas yang kini mulai dikenal luas adalah Kopi Petruk, kopi berkualitas tinggi yang berasal dari lereng Gunung Merapi.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Kabupaten Klaten tak hanya dikenal dengan keindahan alam dan budayanya, tetapi juga menyimpan kekayaan kuliner.
Salah satu produk khas yang kini mulai dikenal luas adalah Kopi Petruk, kopi berkualitas tinggi yang berasal dari lereng Gunung Merapi.
Kopi Petruk mulai dikenal pada tahun 2015.
Baca juga: Sejarah Geti Wijen, Cemilan Legendaris Wonogiri yang Terkenal Sejak 1950an
Asal-Usul Nama Kopi Petruk
Nama "Petruk" diambil dari tokoh pewayangan Jawa, Petruk Kantong Bolong.
Filosofi dari nama ini cukup mendalam. "Kantong bolong" memiliki arti bahwa setiap hasil yang diperoleh akan dibagikan kepada orang lain.
Semangat berbagi inilah yang menjadi dasar nilai dari Kopi Petruk, sekaligus mencerminkan budaya gotong-royong masyarakat setempat.
Keistimewaan Kopi Petruk terletak pada proses panennya.
Baca juga: Sejarah Restoran Diamond Solo, Gurita Bisnis Keluarga Lukminto, Jadi Jujugan Jokowi
Kopi ini dipetik langsung dalam kondisi matang dari pohon oleh para petani di lereng Merapi.
Hal ini menjamin kualitas biji kopi yang dihasilkan. Proses seleksi yang ketat sejak awal inilah yang menjadi syarat utama untuk menghasilkan kopi dengan cita rasa dan aroma yang khas.
Di balik kenikmatan secangkir Kopi Petruk, ada sosok Sukiman, warga Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klaten.
Ia adalah produsen sekaligus pemilik kedai Kopi Petruk yang juga menyajikan berbagai camilan ringan dan olahan mi sebagai teman menikmati kopi.
Baca juga: Sejarah Mie Ayam Gajah Mungkur yang Tersebar di Banyak Tempat, Wujud Solidaritas Pedagang Wonogiri
Menariknya, harga Kopi Petruk cukup terjangkau.
Ada aturan unik saat berkunjung ke kedai Sukiman.
Pengunjung tidak diperbolehkan langsung pulang setelah membeli kopi. Sebaliknya, mereka diajak untuk "minum kopi jagongan", yakni duduk sejenak dan mengobrol santai bersama pemilik kedai atau sesama pengunjung.
Tradisi ini bukan sekadar formalitas, melainkan bentuk kehangatan dan keterbukaan dalam budaya masyarakat.
Sambil menikmati kopi, pengunjung juga bisa berbagi cerita, bertukar pengalaman, hingga belajar lebih dalam tentang dunia perkopian dari ahlinya.
(*)
Sejarah Ibu Basuki Bakery: Roti Legendaris Klaten Sejak 1995, dari Rumahan Kini Punya Banyak Cabang |
![]() |
---|
Sejarah Kroket : dari Kudapan Bangsa Eropa, Bisa jadi Sajian Wajib Hajatan di Solo Raya |
![]() |
---|
Sejarah Bubur Lemu, Kuliner Khas Solo yang Legendaris, Makanan Penting di Era Kasunanan Surakarta |
![]() |
---|
Sejarah Kue Kembang Jambu, Camilan Jadul Khas Klaten yang Kini Mulai Langka |
![]() |
---|
Sejarah Gatot, Jajanan Legendaris yang Kini Langka di Wonogiri, Makanan Sejak Zaman Kemerdekaan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.