Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Fakta Menarik Tentang Solo

Asal-usul Sendang Mbah Meyek di Bibis Kulon Solo, Konon jadi Tempat Pelarian Putri Keraton Pajang

Sendang Mbah Meyek bukan sekadar sumber mata air, tapi juga menjadi bagian penting dari jejak sejarah Keraton Pajang.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM
SENDANG KERAMAT SOLO - Sendang Mbah Meyek, tempat yang dikeramatkan warga, di Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Solo, Jawa Tengah. Beginilah asal-usul nama Sendang Meyek. 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Di tengah Kota Solo, Jawa Tengah, yang semakin maju dan modern, ternyata masih menyimpan sebuah sendang yang kesakralannya sampai saat ini masih terjaga.

Namanya adalah Sendang Mbah Meyek.

Tempat satu ini merupakan sebuah titik bersejarah yang masih dijaga kesuciannya oleh warga.

Baca juga: Sejarah Jenang Ayu Niten yang Legendaris di Klaten, Resep Bertahan dari 1928

Lokasinya ada di Kampung Bibis Kulon, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari.

Sendang Mbah Meyek bukan sekadar sumber mata air, tapi juga menjadi bagian penting dari jejak sejarah Keraton Pajang dan pusat spiritualitas masyarakat setempat.

Jejak Sejarah Keraton Pajang

Keberadaan Sendang Mbah Meyek tak bisa dilepaskan dari kisah tragis Dyah Sri Widyawati Ningrum, putri dari Sultan Hadiwijaya, raja Keraton Pajang.

Menurut cerita yang diwariskan secara turun-temurun, Dyah Sri diusir dari keraton karena dituduh menjalin hubungan dengan abdi dalem.

Merasa diperlakukan tidak adil, sang putri meninggalkan keraton bersama ibunya dengan menyusuri aliran Kali Pepe menggunakan gethek (perahu dari bambu).

Baca juga: Sejarah Sego Tiwul Bisa jadi Kuliner Khas Wonogiri, Sudah dari Zaman Penjajahan Jepang

Namun, dalam pelariannya, datanglah badai hebat yang disertai petir.

Gethek yang mereka tumpangi disambar petir hingga hancur “meyek-meyek”—kata dalam bahasa Jawa yang menggambarkan kondisi rusak berantakan.

Dari peristiwa itulah nama Sendang Mbah Meyek berasal.

Putri Dyah dan ibunya akhirnya menetap di tepi Kali Pepe, dan hingga akhir hayatnya, Dyah menghabiskan hidupnya di sana.

Tempat tersebut kini menjadi sendang yang dikeramatkan oleh masyarakat Kampung Bibis Kulon.

Tradisi Bersih Desa yang Tetap Terjaga

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved