Program Prioritas Solo Era Gibran
DLH Solo Akui Sarana dan Prasarana Belum Memadai untuk Pemilahan Sampah dari Hulu ke Hilir
Armada pengangkut sampah masih sangat terbatas sehingga tidak memungkinkan mengangkut sampah yang dipilah secara terpisah.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Putradi Pamungkas
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Solo Kristiana mengakui pihaknya belum bisa menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk memfasilitasi pemilahan sampah dari hulu ke hilir.
Padahal, ini krusial agar teknologi plasma gasifikasi bisa berjalan optimal.
“Itu masih menjadi kendala kami akui. Yang paling berat memang mengedukasi memilah sendiri dari sumbernya. Kami dari sisi pemerintah belum mempunyai sarpras yang ideal untuk memfasilitasi masyarakat dalam memilah sampahnya sendiri. Bukan hal yang mudah armada kami terbatas,” ungkapnya.

Armada pengangkut sampah masih sangat terbatas sehingga tidak memungkinkan mengangkut sampah yang dipilah secara terpisah.
Menurutnya, untuk menjadwal pengambilan jenis sampah di hari berbeda juga masih sulit dilakukan.
“Sebetulnya ada strategi pengambilannya diatur. Senin organik selasa anorganik sebenarnya bisa tapi tidak semudah itu,” terangnya.
Baca juga: Kejar Target, PSEL Putri Cempo Solo Tambah Incinerator, Polusi Udara dan Eksploitasi Air Membayangi
Tim Ahli Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) Putri Cempo Prof. Prabang Setyono menjelaskan mesin pengolah sampah dengan teknologi plasma gasifikasi memerlukan sampah yang homogen agar berjalan optimal.
Hal ini menjadi kendala PSEL baru bisa mengolah sekitar 100 ton per hari dari target 545 ton.
“Sampah kita campuran. Padahal gasifikasi agak sedikit manja teknologinya. Dalam proses untuk menjadi fit stock perlu persyaratan. Beda dengan incinerator. Itu kaya tungku bakar. Ada bahan bakar bablas. Kesulitan teknologi di situ. Sesuai skenario gasifikasi lebih ramah lingkungan karena termokimia bukan sistem tungku bakar,” ungkapnya.
Ia mencontohkan kebiasaan memilah sampah yang berhasil diterapkan di Jepang.
Di sana masyarakat sudah terbiasa disiplin memilah sampah karena pemerintah tegas tak akan mengambil sampah jika tidak sesuai jadwalnya.
“Mereka sudah menetapkan pengolahan sampah berbasis teknologi. Jepang sistemnya berjadwal. Selain sampah plastik tidak diambili. Kuncinya disiplin. Tiap Rabu sampah organik. Dengan itu nilai homogenitasnya dijaga. Kalau di Indonesia belum jalan. Kalaupun ada wadah organik anorganik oleh petugas dicampur,” jelasnya.
(*)
Program Prioritas Solo Era Gibran
Gibran Rakabuming Raka
Kota Solo
Putri Cempo
Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik
PSEL Putri Cempo Solo Didenda Karena Gagal Hasilkan 5 Megawatt, Operator Lobi Pemerintah Ubah MoU |
![]() |
---|
Kejar Target, PSEL Putri Cempo Solo Tambah Incinerator, Polusi Udara dan Eksploitasi Air Membayangi |
![]() |
---|
PSEL Putri Cempo Solo Baru Bisa Olah Seperlima dari Target, Tim Ahli Ungkap Tiga Kendala Utama |
![]() |
---|
6 Bulan Beroperasi, Sentra Mebel Sri Kayu Solo Belum Hasilkan Sepeserpun Transaksi |
![]() |
---|
Roda Nasib Sri Kayu dan Pasar Mebel eks-Bong Mojo Solo : Ramai Sebelum Dibangun, Kini Makin Sepi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.