Program Prioritas Solo Era Gibran
PSEL Putri Cempo Solo Baru Bisa Olah Seperlima dari Target, Tim Ahli Ungkap Tiga Kendala Utama
Pengelolaan energi listrik dari sampah pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Mojosongo, Jebres, Solo mengalami sejumlah kendala.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Putradi Pamungkas
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Pengelolaan energi listrik dari sampah pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Mojosongo, Jebres, Solo mengalami sejumlah kendala.
Tim Ahli Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) Putri Cempo Prof. Prabang Setyono mengungkapkan tiga kendala utama kenapa hingga kini baru bisa mengolah sekitar seperlima dari target 545 ton sampah.
“Sekitar 100 ton per hari. Sejak commissioning kemarin 2024 akhir. Agak naik turun ada sedikit maintenance. Kadang naik juga 120 ton. Betul belum sebanding. Makanya dikejar mesinnya optimal beroperasi. Kalau beroperasi kapasitasnya 545 ton,” ungkapnya.
Dengan menggunakan teknologi plasma gasifikasi, sampah yang bisa diolah harus memenuhi kualifikasi tertentu.
Berbeda dengan incinerator yang hampir semua jenis dan kondisi sampah bisa masuk.
“Semua teknologi tidak ada yang sempurna. Gasifikasi lebih ribet sehingga TPA Putri Cempo dalam pengelolaan mundur,” terangnya.
Menurutnya, ada tiga kendala yang menyebabkan PSEL Putri Cempo belum memenuhi target.
Salah satunya PT. Solo Citra Metro Plasma Power (SCMPP) selaku operator berhadapan dengan tumpukan sampah berpuluh-puluh tahun.
“Ada tiga kendala besar. Pertama PT SCMPP berhadapan dengan tumpukan sampah 31,5 tahun. Tumpukan sampah perlu dibuat flat untuk pengeringan sampah. Mau tidak mau gunungan menjadi flat. Meskipun sekarang Blok C dan Blok D sudah flat tapi butuh proses lama berbulan-bulan. Kecuali lahan sudah land clearing. Waktunya tidak dihabiskan gunungan dikeruk menjadi lahan datar. Ini sudah hambatan,” jelasnya.

Hambatan kedua sampah yang harus diolah dalam kondisi sangat beragam.
Padahal teknologi plasma gasifikasi cenderung mampu mengolah sampah yang bersifat homogen.
“Kedua sampah kita campuran. Padahal gasifikasi agak sedikit manja teknologinya. Dalam proses untuk menjadi fit stock perlu persyaratan. Beda dengan incinerator. Itu kaya tungku bakar. Ada bahan bakar bablas. Kesulitan teknologi di situ. Sesuai skenario gasifikasi lebih ramah lingkungan karena termokimia bukan sistem tungku bakar. Sudah menghasilkan listrik targetnya 5 megawatt baru 1,5 megawatt. Kadang naik 2 turun lagi,” terangnya.
Baca juga: Agustus 2025, PLTSa Putri Cempo di Solo Targetkan Bisa Olah 400 Ton Sampah per Hari
Hambatan terakhir menurutnya surplus sampah yang membuat kemampuan pengolahan sampah PSEL tak sebanding dengan sampah yang datang tiap hari.
Belum selesai berhadapan dengan sampah yang sudah menumpuk puluhan tahun, TPA Putri Cempo terus didatangi sampah yang sangat heterogen tanpa pemilahan sama sekali.
“Kesulitan ketiga sampah tidak pernah berkurang. Solo 340-380 ton per hari. Padahal butuh waktu membangun infrastruktur. Butuh shelter biar sampah baru di situ proses pengeringan diubah RDF siap fit stock. Sampah datang terus kejar-kejaran,” jelasnya.
(*)
Program Prioritas Solo Era Gibran
Gibran Rakabuming Raka
Kota Solo
Putri Cempo
Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik
DLH Solo Akui Sarana dan Prasarana Belum Memadai untuk Pemilahan Sampah dari Hulu ke Hilir |
![]() |
---|
PSEL Putri Cempo Solo Didenda Karena Gagal Hasilkan 5 Megawatt, Operator Lobi Pemerintah Ubah MoU |
![]() |
---|
Kejar Target, PSEL Putri Cempo Solo Tambah Incinerator, Polusi Udara dan Eksploitasi Air Membayangi |
![]() |
---|
6 Bulan Beroperasi, Sentra Mebel Sri Kayu Solo Belum Hasilkan Sepeserpun Transaksi |
![]() |
---|
Roda Nasib Sri Kayu dan Pasar Mebel eks-Bong Mojo Solo : Ramai Sebelum Dibangun, Kini Makin Sepi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.