Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Program Prioritas Solo Era Gibran

Kejar Target, PSEL Putri Cempo Solo Tambah Incinerator, Polusi Udara dan Eksploitasi Air Membayangi

Saat ini PSEL Putri Cempo baru bisa mengolah sekitar 100 ton dari target 545 ton per hari.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Putradi Pamungkas
TRIBUNSOLO.COM/Ahmad Syarifudin
TPA PUTRI CEMPO - Suasana Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, beberapa waktu lalu. Saat ini PSEL Putri Cempo baru bisa mengolah sekitar 100 ton dari target 545 ton per hari. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Tim Ahli Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) Putri Cempo Prof. Prabang Setyono mengungkapkan pihaknya akan menambahkan incinerator untuk meningkatkan kapasitas sampah yang bisa diolah.

Saat ini PSEL Putri Cempo baru bisa mengolah sekitar 100 ton dari target 545 ton per hari.

Bahkan, menurutnya untuk mencapai nilai keekonomian PSEL Putri Cempo harus mampu mengolah hingga 1000 ton per hari.

Untuk mendongkrak pengolahan sampah, pihaknya berencana menambah incinerator.

“Ini ada pembenahan blended dengan incenerator. Sampah yang diolah semula 545 ton per hari karena nilai keekonomian 1000 ton penambahan 1000 ton akan ada instalasi baru incinerator,” jelasnya.

TPA PUTRI CEMPO - Suasana Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, beberapa waktu lalu.
TPA PUTRI CEMPO - Suasana Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, beberapa waktu lalu. Saat ini PSEL Putri Cempo baru bisa mengolah sekitar 100 ton dari target 545 ton per hari. (TribunSolo.com/Andreas Chris Febrianto Nugroho)

Pengadaan alat ini dilakukan dengan bantuan subsidi dari pemerintah.

Incinerator akan dijalankan beriringan dengan plasma gasifikasi yang saat ini sudah dijalankan.

“Dari hitungan keekonomian kalau kita ingin PSEL nilai BEP harus jumlahnya 1000 ton. Kita ngejar 1000 ton. Yang terpasang 545 ton yang 400 sekian harus mesin baru. Makanya hybrid dengan incinerator. Nanti akan ada bantuan pengadaan subsidi untuk alat itu,” tuturnya.

Sayangnya, meski lebih ramah lingkungan, plasma gasifikasi tidak cocok untuk sampah di Solo yang heterogen.

Ini yang membuat sampah yang berhasil terolah jauh dari target.

“Sebenarnya gasifikasi kalau sampahnya lebih homogen milih gasifikasi. Kalau sampahnya karakter indonesia apa-apa dicampur ini yang membuat gasifikasi tidak optimal,” terangnya.

Maka dari itu, incenerator yang mampu mengolah sampah heterogen menjadi salah satu pilihan.

Namun pengolahan sampah semacam ini menghasilkan polusi udara. Meski begitu, polusi udara bisa diminimalisir dengan teknologi wet scrubber.

“Ada zat karsinogenik yang berbahaya. Anak-anak, bayi bisa menimbulkan kanker paru,” jelasnya.

Baca juga: PSEL Putri Cempo Solo Baru Bisa Olah Seperlima dari Target, Tim Ahli Ungkap Tiga Kendala Utama

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Solo Kristiana menjelaskan incinerator memang menjadi salah satu pilihan menghadapi sampah heterogen.

Namun perlu ada kajian mendalam untuk menerapkan teknologi ini.

“Kami berkoordinasi dengan PT. SCMPP mengupayakan untuk infrastruktur mengkondisikan sampah yang masih heterogen. Incinerator harus ada kajian lagi,” terangnya.

Salah satu resiko yang dihadapi yakni eksploitasi air berlebihan.

Selain itu, jika memanfaatkan sungai di sekitar jarak yang jauh menjadi tantangan.

“Incinerator membutuhkan air yang banyak sementara di sekitar TPA susah air. Dari sisi lingkungan menggunakan sumur artesis apakah akan berdampak sumur di sekitarnya. Mereka jadi berkurang debit airnya di warga. Kalau mengambil air sungai Kali Kebo tidak ada airnya kecuali hujan deras. Sungai paling dekat Bengawan Solo jaraknya 5 kg lebih. Itu perlu kajian lagi. Bukan tidak mungkin tapi kita harus membuat kajian dulu,” ungkapnya.

(*)

 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved