Sejarah Kuliner Legendaris
Sejarah Putu Bambu, Jajanan Legendaris Solo yang Kini Mulai Langka, Dipercaya Berasal dari China
Meskipun penjual kue putu bambu di Solo semakin berkurang dari tahun ke tahun, kuliner satu ini tetap memiliki penggemar setianya.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Etimologi nama "putu" sendiri berasal dari kata dalam bahasa Jawa "puthon", yang berarti bundar atau lingkara, merujuk pada bentuk cetakan bambu.
Dalam bahasa Bali dan Tagalog, kue ini juga dikenal sebagai putu bumbung atau puto bumbong.
Bentuk silinder dari kue ini dipercaya melambangkan keberlanjutan dan keseimbangan hidup.
Sementara komposisi bahannya tepung, gula, kelapa mewakili keragaman yang berpadu dalam harmoni, mencerminkan nilai-nilai kebersamaan masyarakat Indonesia.
Varian Regional dan Perluasan Global
Meski versi paling umum dikenal berwarna hijau dan putih, kue putu juga memiliki varian lokal seperti Putu Bugis dari Sulawesi Selatan.
Varian ini berbahan dasar ketan hitam tanpa gula merah dan biasanya disantap dengan kelapa serta sambal di pagi hari.
Baca juga: Sejarah Stasiun Balapan Solo Salah Satu Ikon Kota Bengawan, Diresmikan 155 Tahun Lalu
Melalui diaspora masyarakat Jawa dan Bugis, kue putu juga dikenal luas di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan bahkan Filipina, di mana ia menjadi bagian dari budaya kuliner lokal dengan adaptasi masing-masing.
Di Mana Penjual Kue Putu Bambu di Solo?
Di Solo, salah satu tempat yang cukup dikenal pencinta kue putu adalah Puthu Bambu Legend 34, yang berlokasi di Gang Gareng No. 34, Tegalharjo, Banjarsari.
Warung ini menawarkan berbagai varian rasa seperti pandan, cokelat, strawberry, durian, dan banyak lagi lainnya.
Buka setiap hari pukul 10.00 hingga 21.00 WIB, kedai ini juga hadir di platform layanan daring seperti GoFood, GrabFood, dan ShopeeFood.
Selain di toko, penjual putu bambu keliling juga masih banyak ditemui, terutama saat sore menjelang malam.
Mereka kerap mangkal di lokasi keramaian atau acara hiburan rakyat di berbagai sudut Kota Solo.
(*)
Kenapa Banyak Warung Sate Kambing dan Tengkleng di Solo? Ternyata Pengaruh Orang Timur Tengah |
![]() |
---|
Sejarah Sate Kambing Tambak Segaran, Tempat Kuliner Legendaris di Solo, Pelopor Sate Buntel |
![]() |
---|
Sejarah Keripik Paru Mbah Mangun, Oleh-oleh Khas Klaten yang Legendaris, Sudah Ada Sejak 1965 |
![]() |
---|
Sejarah Sego Wiwit, Kuliner Khas Klaten yang Sarat Makna : Makanan Penghormatan untuk Dewi Sri |
![]() |
---|
Sejarah Pecel Solo yang jadi Menu Favorit Sarapan: Dulu Makanan Raja, Sambalnya Wijen Bukan Kacang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.