Raja Keraton Solo Meninggal Dunia

Sejarah Masjid Pajimatan Imogiri Bantul DIY Tempat Dimana Jenazah Pakubuwono XIII Disalatkan

Dilangsungkan prosesi serah terima jenazah dari pihak Keraton Surakarta dalam hal ini Senopati Lampah kepada Bupati Pajimatan

Penulis: Tribun Network | Editor: Rifatun Nadhiroh
Tribun Jogja
Masjid Pajimatan Imogiri memiliki kisah panjang sejarah. Sebab, selain sebagai tempat ibadah, masjid ini menjadi simbol harmonisasi dua wilayah. Masjid Pajimatan Imogiri dibangun tahun 1632 era pemerintahan Sultan Agung Mataram III, yaitu Prabu Hanyokrokusumo. 

Dinding masjid dibuat dari bata yang diplester rapi, dan lantainya menggunakan tegel, memperlihatkan kesederhanaan namun tetap anggun.

Seperti masjid-masjid kuno di Jawa pada umumnya, Masjid Pajimatan Imogiri memiliki beberapa bagian utama, yaitu ruang utama, serambi, pawestren (tempat ibadah bagi jamaah perempuan), serta tempat wudlu.

Ruang utama berdenah bujur sangkar dengan empat sokoguru sebagai penopang atap tajug. Di dalamnya terdapat mihrab untuk imam, mimbar untuk khatib, serta jendela dan pintu kayu dengan ukiran khas Jawa.

Di sisi selatan ruang utama terdapat pawestren, dan di sisi utara terdapat tempat wudlu.

Sementara itu, serambi di bagian timur memiliki denah persegi panjang dengan tiang-tiang kayu penopang atap limasan.

Di area serambi inilah biasanya bedug diletakkan. Tangga naik menuju serambi terbuat dari bata yang diplester, menjadi akses utama bagi jamaah menuju masjid.

Baca juga: Tangis Putra Pakubuwono XIII KGPH Hangabehi Pecah Saat Peti Jenazah sang Raja Solo Dinaikkan Kereta

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved