Grup Facebook Gay di Solo

Ada Anak Sekolah Pengidap HIV yang Menolak Berobat, SPEK-HAM Solo : Evaluasi Mekanisme Pengobatan

Sejumlah pengidap HIV/AIDS yang menolak berobat diduga karena tak mendapatkan rasa aman akan kerahasiaan data pribadinya.

Tribunsolo.com/Dok. Diskominfo Klaten
ENGGAN BEROBAT - Ilustrasi anak-anak dengan HIV/AIDS. Masih ada anak sekolah pengidap HIV/AIDS yang menolak pengobatan. Hal ini diduga karena mereka tak mendapatkan rasa aman akan kerahasiaan data pribadinya, khawatir akan ketahuan menjadi pengidap dan mendapat diskriminasi. 

“Memastikan tidak ada stigma dan diskriminasi. Misalkan aktif pengibatan HIV sekolah jadi tahu karena setiap bulan harus ambil obat. Berarti mekanisme pengambilan obatnya harus selalu dievaluasi. Apakah bagi anak sekolah bisa dilakukan hari Sabtu misalkan. Atau bisa bisa juga setiap 3 bulan sekali,” jelas Rahayu.

Diketahui, angka kasus HIV/AIDS di Kota Solo terus menjadi perhatian.

Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Solo, hingga Juni 2025 tercatat sebanyak 1.480 kasus HIV.

Dari jumlah tersebut, 689 orang telah berkembang menjadi AIDS dan 186 di antaranya meninggal dunia.

Pada periode Januari hingga Juni 2026, dari 2.362 target sasaran LSL, baru sekitar 1.065 orang atau 45 persen yang menjalani tes HIV.

Baca juga: Grup Facebook Gay Surakarta Lenyap, Diskominfo Solo Pastikan Kemkomdigi Sudah Take Down

Hal ini semakin disorot dengan temuan grup Facebook bernama "Gay Surakarta dan Sekitarnya" yang dikabarkan memiliki 13 ribu anggota.

Informasi ini pertama kali viral setelah akun Instagram @visit.surakarta memposting tangkapan layar grup tersebut pada pertengahan September 2025.

Grup itu awalnya ditemukan secara tidak sengaja saat akun tersebut mencari grup jual-beli di Facebook.

Namun, justru muncul grup dengan nama yang mengejutkan warga.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved