Sejarah Kuliner Legendaris
Sejarah Tempat Makan 'HIK' di Solo Raya, Apa Bedanya dengan Angkringan?
Bagi kamu pendatang di Kota Solo tentu sudah mulai mengenal istilah tempat makan HIK.
Penulis: Tribun Network | Editor: Naufal Hanif Putra Aji
TRIBUNSOLO.COM - Bagi kamu pendatang di Kota Solo tentu sudah mulai mengenal istilah tempat makan HIK.
Diketahui HIK adalah salah satu ikon kuliner malam yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan warga Solo.
Baca juga: Sejarah Tradisi Sinoman di Solo Raya : Cara Menyajikan Makanan dan Minuman yang Ada Sejak Abad ke-14
Tempat nongkrong yang sederhana namun penuh kehangatan ini dikenal sebagai singkatan dari Hidangan Istimewa Kampung.
Di sinilah berbagai gorengan, nasi kucing, dan minuman hangat tersaji, menemani obrolan santai hingga larut malam.
Biasanya, pedagang HIK mulai menggelar dagangannya menjelang sore dan baru menutup lapak saat dini hari.
Namun, ada pula yang beroperasi sejak pagi hingga sore.
Tak sulit menemukan HIK di Solo, gerobak-gerobaknya tersebar di berbagai sudut kota, dari pinggir jalan hingga dekat taman-taman kota.
Bagi kamu seorang pendatang yang berasal dari Yogyakarta mungkin akan membandingkan antara HIK dengan Angkringan yang sekilas mirip.
Menurut laman resmi Pemkot Solo, istilah HIK berasal dari Solo, sementara angkringan lebih lekat dengan budaya Yogyakarta.
Meski sekilas mirip, keduanya punya karakteristik khas masing-masing.
HIK Solo terkenal dengan wedhang jahe dan susu segar Boyolali, ditemani nasi kucing, gorengan, dan camilan tusuk sate yang bisa dipanaskan di atas bara. Sedangkan di Jogja, pengunjung “methangkring” sambil menikmati kopi joss atau kopi tubruk dengan bara arang panas yang memberikan aroma kuat nan unik.
Baik HIK maupun angkringan sama-sama menghadirkan suasana hangat, harga terjangkau, dan rasa kebersamaan yang kental. Bedanya hanya pada nama dan nuansa lokalnya.
Tapi satu hal yang pasti, keduanya adalah simbol kuliner rakyat yang selalu jadi tempat paling nyaman untuk berbagi cerita, tawa, dan secangkir hangat di malam hari.
Perbedaan HIK dan angkringan lebih pada asal budaya dan istilahnya saja.
Secara konsep, keduanya sama-sama tempat nongkrong rakyat yang menyajikan menu sederhana, murah, dan penuh keakraban. Kalau kamu di Solo, namanya HIK; kalau di Jogja, disebut angkringan.

Baca juga: Cekcok di Angkringan Berujung Maut, Pria asal Laweyan Solo Tewas Usai Berkelahi dengan Temannya
Sejarah Nasi Jemblung : Kuliner Legendaris Favorit Raja Pakubuwono X yang Kini Mulai Langka di Solo |
![]() |
---|
Sejarah Bakmi Jowo Mbah Mangoen, Rekomendasi Kuliner Enak di Solo dengan Nuansa Tempo Dulu |
![]() |
---|
Sejarah Cabuk Rambak, Kuliner Legendaris dari Kreatifitas Warga Solo Manfaatkan Bahan Sederhana |
![]() |
---|
Sejarah Tempe Gembus, Kuliner Legendaris Solo Raya yang Pernah jadi Penyelamat saat Krisis Pangan |
![]() |
---|
Sejarah Brem Khas Nguntoronadi Wonogiri yang Legendaris, Ini Bedanya dengan Brem dari Madiun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.