Sejarah Kuliner Legendaris

Sejarah Sayur Bobor : Kuliner Solo yang Sudah Berusia 2 Abad, Dulu untuk Ritual Menyapih Anak

Sayur bobor selama beratus tahun telah menjadi salah satu kuliner yang paling populer dan dekat dengan kehidupan masyarakat Jawa.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
SAJIAN SEDAP/ROBERTUS
SAYUR LEGENDARIS - Seporsi sayur bobor bayam labu dipotret beberapa waktu lalu. Beginilah sejarah sayur bobor yang legendaris di Solo Raya, Jawa Tengah. 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Bagi warga Solo Raya, Jawa Tengah, mungkin familier dengan kuliner bernama sayur bobor.

Sayur bobor selama beratus tahun telah menjadi salah satu kuliner yang paling populer dan dekat dengan kehidupan masyarakat Jawa.

Sajian berkuah santan ini tidak hanya menggugah selera, tetapi juga menyimpan kisah panjang yang menautkan dapur rakyat dengan dapur para bangsawan keraton.

Baca juga: Sejarah Kunyit Asam : Jamu Legendaris Solo, Warisan Kerajaan Mataram Islam Sejak Abad ke-16

Cita Rasa Sederhana yang Menggugah Selera

Sayur bobor merupakan hidangan sayuran berkuah santan yang gurih dan segar, umum disajikan sebagai menu rumahan di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.

Bahan dasarnya bisa berupa daun bayam, daun kangkung, atau labu siam, dengan tambahan daun katuk atau pucuk labu sesuai selera.

Ciri khas sayur bobor adalah aroma kencur yang kuat serta kuah santan yang bisa dibuat encer atau kental.

Proses memasaknya pun sederhana. Santan direbus bersama bumbu halus, campuran bawang merah, bawang putih, ketumbar sangrai, kencur, dan garam, lalu dimasukkan sayuran hingga matang.

Baca juga: Sejarah Jadah Blondo, Kuliner Legendaris Solo yang Dulu jadi Sajian Khas Pernikahan Adat Jawa

Biasanya, sayur bobor disajikan dengan nasi putih hangat, tempe goreng, tahu bacem, ayam goreng, ikan asin, hingga sambal jenggot dari parutan kelapa.

Menu Favorit Para Sultan Jogjakarta

Meski dikenal sebagai makanan rakyat, sayur bobor ternyata juga menjadi menu favorit para Sultan Yogyakarta.

Dalam buku Ngelencer ke Yogyakarta karya Chef Vindex Tengker (2017), disebutkan bahwa Sri Sultan Hamengku Buwono VII gemar menikmati sayur bobor bersama gembrot dan sapitan lidah.

Kegemaran serupa juga dimiliki Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang bahkan kerap memasak sendiri hidangan bobor untuk keluarganya di Pesanggrahan Ngeksigondo, Kaliurang.

Dalam tradisi keraton, sayur bobor disajikan secara lebih lengkap dengan pelengkap khas seperti bacem tahu, tempe, kepala ayam, dan sambal jenggot.

Pelengkap ini menunjukkan bahwa kelezatan kuliner keraton tak selalu hadir dalam kemewahan, melainkan pada kesederhanaan yang penuh makna dan kearifan lokal.

Baca juga: Sejarah Kafe Es Setabelan Solo : Konon Sudah Jualan Sejak 1950, Ada Berbagai Macam Es dan Makanan

Bobor dan Tradisi Menyapih Anak

Lebih dari sekadar hidangan, sayur bobor juga memiliki tempat tersendiri dalam tradisi masyarakat Jawa, khususnya dalam ritual menyapih anak.

Dalam tradisi ini, keluarga yang menyapih anaknya akan “berjualan sayur bobor” kepada para tetangga menggunakan kreweng (pecahan genteng) sebagai alat bayar simbolis.

Maknanya, agar anak yang disapih tidak lagi gembeng (cengeng), karena sifat rewel itu diibaratkan melebur bersama kreweng yang kemudian dibuang.

Tradisi ini menggambarkan kearifan masyarakat Jawa dalam mengajarkan nilai kesabaran dan kasih sayang melalui simbol kuliner sederhana.

Baca juga: Sejarah Kampung Sewu di Tepi Bengawan Solo, Diyakini Lebih Tua Dibandingkan Berdirinya Kota Solo

Jejak Bobor dalam Serat Centhini

Menariknya, jejak keberadaan sayur bobor sudah terekam sejak lebih dari dua abad lalu.

Dalam Serat Centhini, ensiklopedia kebudayaan Jawa yang disusun pada 1814–1823 atas perintah Sunan Pakubuwono V, sayur bobor disebut sebagai salah satu kuliner yang sudah dikenal pada masa itu, berdampingan dengan gudeg, sayur lodeh, dan garang asem.

Buku Kuliner Jawa dalam Serat Centhini mencatat, dari 12 jilid naskah yang berjumlah 3.112 halaman, terdapat 117 pupuh yang membahas topik kuliner, dengan setidaknya 46 jenis makanan yang masih lestari hingga kini, termasuk sayur bobor.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved