Sejarah Kuliner Legendaris
Sejarah Bakmi Jawa, Kuliner Legendaris Solo Berasal dari China dan Disempurnakan Warga Gunungkidul
Keunikan utama bakmi Jawa terletak pada cara memasaknya yang masih menggunakan anglo atau tungku tanah liat dengan bahan bakar arang.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Ringkasan Berita:
- Bakmi Jawa populer saat musim hujan di Solo, memiliki cita rasa gurih khas Jawa dan teknik memasak tradisional dengan anglo.
- Kuliner ini lahir dari perpaduan budaya Jawa–Tionghoa, menggunakan bumbu lokal serta bahan seperti ayam kampung dan telur bebek.
- Penyebarannya luas hingga Malaysia–Singapura, dan Solo punya banyak warung legendaris seperti Bu Citro, Bu Yayuk, Mbah Mangoen, Pak H Dul, dan Padmosa
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Setiap musim hujan, ada satu kuliner yang biasanya menjadi primadona di Kota Solo, Jawa Tengah.
Kuliner itu adalah Bakmi Jawa, makanan satu ini sangat populer di Yogyakarta dan wilayah sekitarnya.
Hidangan ini dikenal dengan cita rasa gurih khas masakan Jawa serta proses memasaknya yang masih mempertahankan teknik tradisional.
Baca juga: Kenapa Sate Kere Solo dan Sate Kere Jogja Berbeda? Ternyata Masing-masing Punya Sejarah Unik
Tidak hanya digemari di Yogyakarta dan Solo saja, bakmi Jawa juga dikenal hingga Malaysia dan Singapura dengan sebutan mee rebus, meskipun versi khas Jawa memiliki variasi dan karakter rasa yang berbeda.
Sejarah Singkat: Perpaduan Budaya Jawa dan Tionghoa
Kemunculan bakmi Jawa tidak lepas dari perpaduan budaya kuliner Jawa dan Tionghoa.
Pada masa lampau, pedagang Tionghoa membawa mie ke Nusantara.
Masyarakat Jawa kemudian mengolahnya dengan bumbu lokal seperti bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, kunyit, dan kecap manis.
Hasilnya adalah hidangan baru yang lebih manis, gurih, dan kaya rempah.
Desa Piyaman di Wonosari, Gunungkidul, diyakini sebagai daerah asal pembuatan bakmi Jawa sebelum kuliner ini menyebar luas ke seluruh Indonesia.
Baca juga: Sejarah Rempeyek, Camilan Populer di Solo Raya yang Ternyata Sudah Dikenal Sejak Abad ke-16
Ciri Khas Bakmi Jawa
Keunikan utama bakmi Jawa terletak pada cara memasaknya yang masih menggunakan anglo atau tungku tanah liat dengan bahan bakar arang.
Proses ini memberi aroma khas yang tidak bisa ditiru oleh kompor gas.
Selain itu, meskipun seorang pembeli memesan banyak porsi, penjual tetap memasaknya satu per satu menggunakan wajan kecil agar bumbu meresap sempurna.
Bahan-bahan yang digunakan pun khas, seperti suwiran ayam kampung dan telur bebek yang memberi rasa lebih gurih.
Bakmi Jawa sendiri memiliki dua varian utama, yaitu bakmi godog yang disajikan dengan kuah kaldu ayam jago, serta bakmi goreng dengan bumbu yang lebih pekat dan meresap.
Baca juga: Sejarah Semar Mendem, Jajanan Keraton yang Masih Eksis di Solo, Namanya Ternyata sebagai Pengingat
Perkembangan dan Penyebaran
Sekarang, penjual bakmi Jawa mudah ditemui di berbagai kota, termasuk Solo Raya.
Bahkan di Malaysia dan Singapura, hidangan mirip bakmi Jawa dikenal sebagai mee rebus, meskipun secara rasa dan teknik memasak tidak sepenuhnya sama.
Di banyak tempat, para pedagang biasanya mulai berjualan sejak senja dengan gerobak khas yang menjadi bagian dari identitas kuliner ini.
Rekomendasi Bakmi Jawa Enak dan Legendaris di Solo
Di Kota Solo, ada banyak tempat yang bisa dikunjungi untuk menikmati bakmi Jawa dengan cita rasa otentik.
Berikut daftarnya:
1. Bakmi Jowo Bu Citro di Tipes, Serengan.
Tempat ini sudah berdiri sejak 1970 dan dulunya hanya berupa gerobak sederhana sebelum akhirnya memiliki tempat permanen.
Ciri khas bakmi di sini adalah aromanya yang harum karena dimasak menggunakan anglo.
Selain bakmi jawa, mereka juga menyajikan nasi goreng dan bihun yang tak kalah lezat.
Menurut TribunSolo.com, rasa Bakmi Jowo Bu Citro cenderung sangat kuat aroma bumbu rempahnya.
2.RM Bakmi Bu Yayuk
Pilihan lainnya adalah RM Bakmi Bu Yayuk di kawasan Penumping, Laweyan.
Rumah makan ini selalu ramai oleh pelanggan karena hidangannya yang lengkap dan rasanya yang konsisten.
Selain bakmi, mereka juga menyajikan bihun, capcay, paklay, hingga beragam lauk tambahan seperti telur, paha, sayap, dan ati ampela.
3. Bakmi Jowo Mbah Mangoen
Nah kalau warung makan di Badran, Laweyan ini terkenal karena semua menu dimasak tanpa MSG namun tetap gurih berkat penggunaan rempah melimpah.
Proses memasaknya pun masih menggunakan anglo sehingga memberi aroma smokey yang menggugah selera.
Selain bakmi, tempat ini juga menawarkan bihun goreng, bihun godog, nasi goreng, serta rica-rica ayam.
4. Warung Bakmi Pak H Dul
Lokasinya ada di Kampung Baru.
Warung yang sudah berdiri sejak 1980 ini terkenal dengan kaldunya yang menggunakan ayam jago sehingga rasanya lebih pekat.
Isiannya terdiri dari mi kuning, kol, sawi hijau, dan suwiran ayam kampung yang melimpah.
Menurut TribunSolo.com rasa bakmi di sini didominasi kuah kaldu yang kuat, namun tetap menyegarkan.
5. RM Bakmi Jawa Padmosari
Rekomendasi lainnya adalah RM Bakmi Jawa Padmosari di Tipes.
Di sini, sayuran dan bumbu dimasak di atas arang sehingga memberikan aroma panggangan yang khas.
Rasanya paling smoky dibandingkan warung Bakmi Jawa lainnya di atas.
Selain bakmi, tempat ini juga menawarkan menu lain seperti nasi goreng, capcay rebus, capcay goreng, dan minuman teh gula batu yang menjadi favorit pengunjung.
(*)
| Sejarah Rempeyek, Camilan Populer di Solo Raya yang Ternyata Sudah Dikenal Sejak Abad ke-16 |
|
|---|
| Sejarah Semar Mendem, Jajanan Keraton yang Masih Eksis di Solo, Namanya Ternyata sebagai Pengingat |
|
|---|
| Sejarah Kerupuk Kaleng Bisa Sampai Solo : Dibawa Perantau Jawa Barat, Pernah jadi Simbol Kemelaratan |
|
|---|
| Sejarah Jadah Manten, Sajian Khas Pernikahan atau Lamaran di Solo Raya, Dulu Resep Rahasia Keraton |
|
|---|
| Sejarah Dadar Gulung, Jajanan Legendaris Solo yang Ternyata Adaptasi Kuliner Romawi Tahun 1430 M |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/solo/foto/bank/originals/Seporsi-Bakmi-Jawa-di-Bakmi-Pak-H-Dul-Solo.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.