Bukan Asal Bunyi, Ini Arti Penting 3 Suara Sebelum Kereta Api Diberangkatkan
Di antaranya tiga suara sesaat sebelum kereta diberangkatkan atau dikenal dengan semboyan 40, 41, dan 35.
TRIBUNSOLO.COM -- Bagi pengguna kereta api, pernah tidak mendengar beberapa suara sebelum kereta diberangkatkan?
Rupanya suara tersebut sangat menentukan dalam perjalanan sebuah kereta dan berpengaruh besar pada keamanan perjalanan kereta.
“Suara itu dinamakan semboyan,” ujar Vice President Public Relations PT Kereta Api Indonesia (KAI), Joni Martinus kepada Kompas.com, belum lama ini.
• Antisipasi Corona Saat Perjalanan Kereta Api, Penumpang Kereta Jarak Jauh Dapat Face Shield Gratis
• Syarat Naik Kereta Jarak Jauh dari Stasiun Solo Balapan di Masa Pandemi : Wajib Ada Surat Rapid Test
Dalam dunia perkeretaapian di Indonesia, semboyan dikenal sebagai pesan atau tanda yang berfungsi memberikan isyarat tertentu.
Aneka semboyan
Isyarat tersebut bisa berupa gerakan tangan, sinyal, suara, bentuk, warna, maupun cahaya. Tujuannya, untuk mengatur atau mengontrol pengoperasian agar perjalanan suatu kereta api dapat berjalan dengan lancar.
Ada banyak semboyan di perkeretaapian.
Di antaranya tiga suara sesaat sebelum kereta diberangkatkan atau dikenal dengan semboyan 40, 41, dan 35.
Joni menjelaskan, sebelum kereta diberengkatkan, petugas pengatur perjalanan kereta api akan mengecek jalur aman untuk dilalui. Setelah aman, petugas yang mengenakan pakaian dinas akan keluar dari ruangannya mendekati kereta.
Petugas berdiri, mengacungkan edblek berwarna hijau, kemudian membunyikan peluit. Semboyan 40 ini menjadi tanda pemberian izin kepada kondektur bahwa kereta siap diberangkatkan.
Kemudian, kondektur akan menjawabnya dengan semboyan 41. Caranya dengan membunyikan peluit, sebagai tanda kondektur memberikan perintah berangkat ke masinis.
Semboyan 35
Tanda mengerti kereta akan diberengkatkan, masinis menjawabnya dengan semboyan 35. Caranya dengan membunyikan klakson.
“Ada tiga suara yang dibunyikan saat kereta akan diberangkatkan. Lalu ada semboyan berupa pembunyian lonceng untuk memberitahu petugas perlintasan kereta akan melintas, dan semboyan-semboyan lainnya,” tutur dia.
Sistem persinyalan ini sudah ada sejak zaman Belanda. Sebagian stasiun di Indonesia masih menggunakanya, seperti di KAI Daerah Operasi (Daop) 2 Bandung.