Penyerangan Acara Pernikahan di Solo
Update Pelaku Penyerangan Keluarga Umar Assegaf, Polisi Tangkap Lagi 2 Orang, Tapi 5 Orang Masih DPO
Kapolresta Solo Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak mengatakan, kedua tersangka baru tersebut berisial W (42) dan M (45).
Penulis: Ilham Oktafian | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ilham Oktafian
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Dua pelaku penyerangan dan penganiayaan keluarga Umar Assegaf bin Jufri yang masuk daftar pencarian orang (DPO) di Metrodanan, Kelurahan/Kecamatan Pasarkliwon, Kota Solo kembali ditangkap polisi.
Kapolresta Solo Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak mengatakan, kedua tersangka baru tersebut berisial W (42) dan M (45).
"Peran kedua tersangka yang kita tangkap yakni bersama-sama melakukan kekerasan," ujar dia saat jumpa pers di Mapolres Solo, Senin (21/9/2020).
"Mereka kita amankan di rumahnya di Solo," imbuhnya.
Dari pengakuannya, 2 tersangka baru yang diamankan Polresta Solo tersebut mengaku mendapatkan ajakan dari grup WhastApp (WA) untuk mendatangi lokasi dan melakukan penyerangan.
Sampai saat ini, imbuh Ade Polresta Solo telah mengamankan 10 pelaku kekerasan.
Ia tak menutup kemungkinan akan menangkap pelaku lain mengingat kasus tersebut masih terus ia dalami.
Terlebih 5 DPO lain juga tengah diburu Polresta Solo lantaran berperan menghasut pelaku lain untuk menyerang kediaman rumah Umar Assegaf.
"S, C, R, B, dan W masih kita cari, namun kita tidak menutup kemungkinan ada pelaku lain," jelasnya.
Melakukan Rekontruksi
Polisi melakukan rekonstruksi kasus penyerangan dan penganiayaan di Mertodranan, Kelurahan/Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Kamis (17/9/2020).
Dari rekonstruksi yang diikuti TribunSolo.com, diketahui penyerangan tersebut digerakkan oleh seorang DPO berinisial R.
Adapun R melakukan pemantauan dan mengabarkan rekan-rekannya jika ada kegiatan yang mereka anggap tidak sesuai dengan ajaran agama.
Para pelaku sebelum melakukan aksinya sempat melakukan klarifikasi soal acara dengan ketua RT.
Namun, ketua RT tidak mengetahui berkaitan acara tersebut.
• Polisi Gelar Rekontruksi Kasus Penyerangan Keluarga Umar Assegaf di Pasar Kliwon Solo Pagi Ini
• Identitas Otak Penyerangan Rumah Umar Assegaf di Pasar Kliwon Solo Sudah Terkuak, Kini Berstatus DPO
Kemudian pada R dan Ketua RT datang ke kediaman korban.
Namun di tengah jalan R pamit untuk pergi.
Ternyata R memberikan kabar pada pelaku lainnya lewat WhatsApp (WA).
Setelah itu, kelompok R datang dan memaksa masuk ke rumah korban namun dihalau pihak kepolisian.
Bahkan, Kapolresta Solo pada massa itu, Kombes Pol Andy Rifai juga turun lapangan dan meminta massa membubarkan diri.
Namun massa tak mau pergi sebelum acara didalam rumah korban dihentikan.
Tak selang berapa lama, satu persatu kendaraan dari dalam rumah keluar.
Pada momen ini seorang pelaku menendang bagian pintu depan sebelah kiri, ada pula pelaku lain yang memendang bagian mobil lain.
Mereka juga melakukan hal serupa pada motor yang melintas dari rumah korban.
• Kronologi Lengkap 10 Anggota PSHT Diserang di Kartasura Sukoharjo, Dilakukan saat Pagi Buta
• Akhir Cerita Penggerak Penyerangan Umar Assegaf di Pasar Kliwon yang Jadi Buron & Dicokok di Pacitan
Diketahui, kondisi paling parah saat 3 orang yang mengendari dua unit sepeda motor yang tidak lain merupakan UA berserta anaknya HU (15) serta HA (57).
Mereka jatuh saat melintas itu, kemudian ditolong pihak kepolisian.
Setelah kejadian tersebut polisi membubarkan massa.
Kasatreskrim Polresta Surakarta, AKP Purbo Adjar Waskito mengatakan, ada 77 adegan dalam rekonstruksi ini.
"77 adegan, tadi dilaksanakan," papar dia.
Ada 8 tersangka yang ikut dalam rekonstruksi ini.
Detik-detik Penyerangan versi Keluarga
Perwakilan keluarga besar Umar Assegaf bin Jufri akhirnya buka suara mengungkapkan detik-detik penyerangan yang dilakukan sekelompok anggota ormas.
Peristiwa yang mencekam itu berlangsung saat ada upacara doa pernikahan di kawasan Mertodranan, Kelurahan/Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Sabtu (8/8/2020) malam.
Perwakilan keluarga Assegaf bin Jufri, Memed menyampaikan pihaknya saat itu tengah menjalani prosesi midodareni untuk adik perempuannya.
"Tanggal 8 diselenggarakan acara doa bersama, midodareni untuk kelancaran kegiatan akad nikah yang akan dilangsungkan keesokan harinya," terang Memed kepada TribunSolo.com di Polresta Solo, Senin (10/8/2020).
• Terungkap, Ini Sebab Polisi Baru Tangkap Pelaku Penyerangan oleh Anggota Ormas di Pasar Kliwon Solo
• Dicari : Pelaku Penyerangan di Mertodranan Pasar Kliwon, Diberi Waktu 2x24 Jam Agar Serahkan Diri
Prosesi midodareni, lanjut Memed, berlangsung khidmat dan selesai dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Setelahnya, acara dilanjutkan dengan makan-makan bersama keluarga.
"Pada saat kegiatan makan itu terdengar teriakan-teriakan dari luar, sekilas tidak terlalu keras," kata Memed.
Memed menuturkan pintu rumah kemudian terdengar terketuk selang 10 menit kemudian.
Pintu saat itu memang ditutup dengan alasan acara internal keluarga.
Perwakilan keluarga lalu membuka pintu dan mendapati Kapolsek Pasar Kliwon, Adis Dani Garta telah berada di hadapannya.
"Beliau mohon izin masuk ke dalam kami persilahkan dan kemudian beliau minta keterangan perihal kegiatan apa yang tadi berlangsung," urai Memed.
"Setelah mendengar penjelasan kami bapak Kapolsek mohon diri menyampaikan kepada pihak yang ada di luar," tambahnya.
Tak berselang lama, Kapolresta Solo, Kombes Pol Andy Rifai juga mengetuk pintu dan melakukan hal serupa dengan Adis.
"Yang teriak makin banyak dan makin keras kurang lebih 15 sampai 30 menit kemudian pintu gerbang diketok kemudian ada arahan dari bapak Kapolres," ujar Memed.
• Polda Jateng Turun Langsung Tangani Kasus Penyerangan di Mertodranan Pasar Kliwon
• Polda Jateng Turun Langsung Tangani Kasus Penyerangan di Mertodranan Pasar Kliwon
"Untuk tamu-tamu yang hadir di rumah keluarga ini dipersilahkan untuk meninggalkan area atas permintaan pihak-pihak di luar," imbuhnya.
Pihak keluarga, tutur Memed, berharap ada jaminan keaman bila harus ada yang keluar serta meminta massa yang berada di luar rumah untuk segera membubarkan diri.
Terlebih lagi, mereka juga hendak memenuhi undangan keluarga mempelai laki-laki.
Memed menuturkan mereka juga tidak ingin kejadian di medio 2018/2019 terulang kembali.
Sayang, massa diluar enggan mengabulkan permintaan pihak keluarga dan kekeh bertahan meminta mereka keluar.
"Itu tidak memungkinkan untuk keluar dengan aman," tutur dia.
Memed mengungkapkan pihak keluarga meminta polisi supaya memberikan jarak 50 sampai 100 meter antara mereka dan massa.
Permintaan dikabulkan dan sanak keluarga yang memarkirkan mobil di luar kemudian keluar dan bergegas melajukan mobil.
"Mereka hanya mendapatkan intimidasi verbal dan tidak sampai kejadian fisik," ungkap dia.
Massa kemudian mencoba mendekati sanak saudara saat mobil CRV dari dalam rumah keluar.
Kaca Mobil Dipecah dan Keluarga Diserang
Pemecahan kaca mobil terjadi, orang-orang yang di dalam coba menahan diri dan kembali masuk ke rumah sembari meminta pertimbangan Andy.
Pemberian jarak tetap menjadi yang diminta sekali lagi dan polisi mengusahakannya.
Tiga mobil kemudian keluar dengan dibuntuti dua motor yang masing-masing dikendarai Habib Umar Assegaf dan sang adik, Hussein Abdullah.
Memed mengatakan Hussein lalu menerima pukulan bertubi-tubi dari massa dan sempat terjatuh.
Hussein sempat berusaha kembali berdiri dan berjalan nahas saat itu dirinya harus mendapat hantaman batu seukuran kurang lebih 20 cm.
"Saat kena hantaman Hussein jatuh tidak bisa berdiri," katanya.
Umar, lanjut Memed, tidak bisa berbuat apa-apa saat sang adik menerima itu semua.
Pasalnya, ia juga mendapat perlakuan yang sama saat berboncengan dengan Hadi, putranya.
"Umar dan putranya juga menghadapi pukulan dan tendangan mencoba agak melajukan kendaraan," tutur Memed.
• Tanggapi Penyerangan di Mertodranan Pasar Kliwon, Gibran: Yakin Polresta Solo Bisa Selesaikan
• Respon Gibran Putra Jokowi Soal Penyerangan di Mertodranan Pasar Kliwon: Aksi Intoleran Dihilangkan
"Di situ tetap dirangsek oleh pihak yang di luar dan kena pukul di dagu sebelah kiri," tambahnya.
Umar terjatuh dan lantas bergegas melindungi anaknya dari massa yang terus memukulinya.
"Beliau menderita pukulan dengan batu, kayu, tangan kosong, dan diinjak kepalanya," kata Memed.
"Posisi Umar terjepit motor yang jatuh kemudian pak umar teriak kaki saya patah," imbuhnya.
Mendengar teriakan Umar, polisi lantas berusaha menghalau massa dan segera membawa ketiganya ke rumah sakit.
Awalnya mereka dirujuk ke rumah sakit islam Kustati sebelum akhirnya dirawat di rumah sakit Indriarti Solo Baru.
"Selang 3 menit, massa langsung membubarkan diri," tandasnya. (*)