Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Update Gunung Merapi

Gunung Semeru Meletus, Begini Kondisi Gunung Merapi Terbaru, yang Sama-sama Dipantau Selama Ini

Tiga gunung berapi di wilayah Indonesia dalam waktu hampir bersamaan mengalami peningkatan aktivitas.

Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Asep Abdullah Rowi
Istimewa
kawah merapi (@bpptkg) 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Tiga gunung berapi di wilayah Indonesia dalam waktu hampir bersamaan mengalami peningkatan aktivitas.

Yakni Gunung Ile Lewotolok, Semeru dan Merapi.

Di Nusa Tenggara Timur tepatnya di bagian utara Pulau Lembata, Kabupaten Lembata, Gunung Ile Lewotolok atau Ile Ape meletus, Minggu (29/11/2020) kemarin.

Setelah itu Gunung Semeru meletus dan mengeluarkan awan panas, Selasa (1/12/2020) dini hari.

Baca juga: APBD Klaten 2021 : Dipangkas Rp 400 Miliar, Kini Jadi Rp 2,3 Triliun, Difokuskan Pemulihan Covid-19

Baca juga: Kontroversi Bilik Ayah Bunda di Pengungsian Merapi: Disetujui Aparat Desa, Dikritisi Anggota Dewan

Sedangkan Gunung Merapi mengalami peningkatan deformasi atau pemekaran tubuh akibat desakan magma dari dalam sejak ditetapkan berstatus siaga pada 5 November 2020 lalu.

Lalu bagaimana situasi Gunung Merapi sampai saat ini?

Berdasarkan laporan pengamatan aktivitas Gunung Merapi oleh KESDM, Badan Geologi, PVMBG, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi, tercatat ada 4 kali guguran dengan panjang gelombang 3-30 milimeter dan durasi 20,6 hingga 62,2 detik.

Lalu Gunung Merapi mengeluarkan hembusan sebanyak 19 kali dengan panjang gelombang 3 hingga 11 milimeter serta durasi 10,3 hingga 20,3 detik.

Kemudian untuk fase banyak di gunung Merapi terjadi 97 kali dengan panjang gelombang 3 sampai 30 milimeter.

Serta vulkanik dangkal sebanyak 14 kali, dengan panjang gelombang 40 sampai 75 milimeter dengan durasi 15,3 sampai 39.6 detik.

Sekretaris BPBD Klaten, Nurcahyo mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi komando darurat sudah diberlakukan kepada pihak-pihak terkait dalam kesiapsiagaan Gunung Merapi.

Ia mengatakan saat ini sudah dikoordinasikan masing-masing seperti bidang evakuasi dan penyelamat korban logistik,kesehatan, perlengkapan pengungsian, pengerahan relawan administrasi keuangan dan kesekretariatan.

Baca juga: PDIP Gelar Sayembara, Dapat Suara Terbanyak saat Yuni-Suroto Hadapi Kotak Kosong, Hadiahnya Kambing

Baca juga: Terjadi 43 Kali Guguran di Gunung Merapi, BPBD Boyolali Sebut Belum Membahayakan Aktivitas Warga

"Sehingga di status siaga ini, kami telah menyiapkan beberapa bidang, sehingga kita tidak membuat kepanikan terhadap warga, tetapi kita tetap mengupayakan kesiapsiagaan, dari normal, waspada, siaga, kemudian awas," katanya.

Warga Lereng Merapi

Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klaten menjadi salah satu yang masuk dalam zona Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Merapi.

Sejak Gunung Merapi berstatus siaga, warga desa Sidorejo belum dievakuasi ke tempat pengungsian.

Menurut salah seorang warga setempat, Sukiman mengatakan, salah satu alasan mereka belum mengungsi hingga hari ini karena menerapkan Catur Gatra Ngadepi Bebaya Gunung Merapi.

"Kami, belum mengungsi karena kami patuh dengan Catur Gatra Ngadepi Bebaya Gunung Merapi," kata Sukiman kepada TribunSolo.com, Minggu (29/11/2020).

Baca juga: Hewan Ternak di Dua Desa di Klaten Belum Dievakuasi untuk Diungsikan, BPBD Sebut Ada SOP Tersendiri

Baca juga: Sampai Hari Ini, Warga Satu Desa di Klaten Belum Mau Mengungsi, Padahal Berjarak 5 Km dari Merapi

Baca juga: Hasil Swab Puluhan Pengungsi Gunung Merapi Negatif, Dinkes Klaten : Ke Depan Menyasar Semuanya

Baca juga: Ratusan Lembar Surat Suara Pilkada Klaten 2020 Rusak, KPU Klaten: Kebanyakan Sobek

Alasan yang kedua ia dan warganya belum mengungsi karena menghindari kejenuhan jika lama mengungsi di tempat pengungsian.

Ia mengatakan jika nantinya warga terlalu lama di pengungsian sebelum Merapi erupsi, mereka akan kembali ke rumah.

"Itu yang menjadi dasar kami belum mau diungsikan,"kata Sukiman.

Selain itu, ia mengatakan meskipun belum mengungsi, pihaknya mengaku sudah melakukan persiapan-persiapan untuk mengungsi nantinya.

Seperti menyiapkan kendaraan, dan telah meletakan barang berharga kedalam tas,  yang sudah siap dibawa jika sewaktu-waktu mereka harus mengungsi.

"Kami sudah persiapkan evakuasi jika terjadi peningkatan pada Merapi, salah satunya armada kami stand by bukan di posko, melainkan di rumah warga yang terdapat warga rentan serta pangan kami masih tercukupi," ujarnya.

Penampakan Gunung Merapi di Kaliworo, Desa Siderejo, Kecamatan Kemalang, Klaten
Penampakan Gunung Merapi di Kaliworo, Desa Siderejo, Kecamatan Kemalang, Klaten (TribunSolo.com/Mardon Widiyanto)

Catur Gatra Ngadepi Bebaya Gunung Merapi

Dikutip dari TribunJogja.com, warga Desa Sidorejo selalu menerapkan Catur Gatra Ngadepi Bebaya Gunung Merapi sehingga tahu harus berbuat apa dalam menghadpi Merapi di masing-masing statusnya.

Sesuai namanya catur, maka ada empat status Merapi yang dijadikan patokan warga untuk bertindak.

Misal ketika saat ini di mana Merapi dalam kondisi level 2 atau waspada, maka yang dilakukan adalah berkegiatan di luar radius 3km dari puncak.

Mengikuti informasi resmi perkembangan Merapi, kumpulkan surat penting dan siapkan dalam satu tempat, dan pahami lokasi titik kumpul dan tempat evakuas.

Ketika Merapi naik ke level 3 atau Siaga maka yang dilakukan adalah dahulukan evakuasi di kawasan Rawan Bencana (KRB) 3, amankan harta bergerak seperti ternak.

Siapkan tas siaga yang berisi pakaian, senter, obat-obatan sederhana, radio, hp/HT, makan ringan dan minuman untuk diletakan di tempat yang mudah dijangkau.

Kemudian untuk segera mengungsi bila mulai terlihat guguran lava pijar atau awan panas dan suara gemuruh yang terus menerus.

Untuk level 4, atau status Awas, maka yang perlu dilakukan adalah wajib mengungsi bagi warga KRB 3 yang wilayahnya diperkirakan terlanda awan panas.

Sesalkan Masih Adanya Aktivitas Masyarakat

Sukiman menyesalkan masih adanya aktivitas ekonomi di lereng gunung Merapi, meski kondisinya berstatus siaga.

Hal ini membuat dia bertanya-tanya, mengapa warga desa harus mengungsi, sementara warga luar desa bisa lalulalang di kawasan lereng Merapi.

"Sebenarnya, kami mempertanyaakan kenapa kami harus mengevakuasi segera."

"Dan untuk apa warga kami turun sedangkan warga diluar desa kami bisa masuk ke desa kami?" kata Sukiman.

"Warga Merapi mengungsi, tetapi orang luar boleh masuk bebas seperti itu? Bagaimana jika tiba-tiba awas dan terjadi evakuasi?" Kata tambahnya.

Sebuah truk bermuatan pasir melintas di jalan depan Balai Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jumat (6/11/2020).
Sebuah truk bermuatan pasir melintas di jalan depan Balai Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jumat (6/11/2020). (TribunSolo.com/Adi Surya)

Pengungsi Gunung Merapi

Sementara itu, dua desa yang masuk dalam KRB III Kabupaten Klaten telah mengungsi.

Dari data yang dihimpun BPBD Klaten, Laporan Situasi Merapi, Sabtu (28/11/2020) pukul 21.00 WIB, jumlah pengungsi Desa Tegalmulyo berjumlah 55 orang pengungsi.

Sedangkan Desa Balerante sendiri berjumlah 281 orang pengungsi dan 129 ekor ternak.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved