Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen Terbaru

Pemerintah Akan Impor Beras, Anggota DPR Beri Sindiran : Sekarang Surplus, Kenapa Malah Pilih Impor?

Anggota Komisi IV DPR RI, Luluk Nur Hamidah menilai kebijakan tersebut dinilai salah langkah.

Penulis: Rahmat Jiwandono | Editor: Asep Abdullah Rowi
KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG
ILUSTRASI : Buruh memasukkan beras ke mobil di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Rabu (26/7/2017). Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk komoditas beras memberikan pengaruh yang besar kepada para petani dan pedagang sehingga menyebabkan pasokan beras ke pasar induk anjlok. 

"Pemerintah melihat komditas pangan itu penting. Sehingga salah satu yang penting adalah penyediaan beras dengan stok 1 juta-1,5 juta ton," ujarnya dalam Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2021, Kamis (4/3/2021).

Sementara itu, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, rencana impor ini telah disepakati dalam rapat koordinasi terbatas, Kementerian Perdagangan bahkan telah mengantongi jadwal impor beras tersebut.

Menurut dia, impor beras akan digunakan untuk menambah cadangan atau pemerintah menyebutnya dengan istilah iron stock.

Menanggapi rencana tersebut, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo langsung menanggapi soal impor tersebut.

Baca juga: 2.000 Sapi Pengungsi Bakal Dapat Subsidi Pakan, Dinas Pertanian Ajukan Rp 800 Juta untuk Sebulan

Dia berpendapat, stok pangan dalam negeri cukup baik. 

"Stok pangan di tengah pandemi menurut data dari BPS kita cukup," kata dia. 

"kita memasuki momen-momen panen raya," katanya saat melakukan kunjungan di Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Jumat (5/3/2021).

Perkuat Pengembangan Integrated Farming Berbasis Korporasi 

Menteri Pertanian berkomitmen memperkuat pengembangan integrated farming berbasis korporasi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah untuk meningkatkan perekonomian di tengah pandemi covid 19.

Dengan demikian, Boyolali menjadi salah satu penggerak utama sektor pertanian di wilayah Jawa.

"Hari ini saya bersama Wakil Bupati Boyolali melakukan upaya optimasi semua lahan yang ada di Kabupaten Boyolali lebih khusus lahan 5.000 hektare yang kita konsentrasi membenahi mulai dari varietas benihnya, pupuk dan tentu obat obatan, serta pengendalian hama yang ada," ujar Syahrul Yasin Limpo.

Baca juga: Air Irigasi dan Pupuk Bersubsidi Masih Menjadi Kendala Pertanian di Sukoharjo

Dia menjelaskan, selain melakukan gerakan pengendalian hama, Kementan juga turut menggulirkan program padat karya seperti memperbaiki irigasi saluran-saluran atau gorong-gorong yang ada.

Lahan eksisting juga akan dioptimalisasikan sehingga hasilnya lebih baik dan ini juga yang sedang dicoba Pemerintah Boyolali untuk dikembangkan.

"Kedua masyarakat Boyolali tidak hanya hidup dari padi, jagung dan kacang-kacangan. Kita juga menurunkan di sini, di beberapa tempat rakyat harus bisa mengembangkan perkebunan kelapa di lahan lahan yang ada," sebutnya.

Baca juga: Peredaran Daging Babi Diubah Daging Sapi di Bandung Terbongkar, Dinas Pertanian Klaten Ikut Telusuri

"Sebanyak 20 ribu kelapa bisa dijadikan skala ekonomi pada saatnya ada sekitar 2,5 tahun lagi, kita bisa menghasilkan minyak kelapa, menghasilkan sabuk kelapa, briket dari tempurung kelapa, airnya jadi nata de coco yang  besok bisa menghasilkan," imbuh Syahrul.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved