Berita Sragen Terbaru
Kasus Corona di SMAN 1 Gondang Sragen, Diduga Berawal dari Guru yang Hadiri Hajatan di Luar Kota
Tiga orang guru SMAN 1 Gondang, Sragen meninggal dunia terkonfirmasi positif Covid-19. Dari mana awal mula kasus ini terjadi?
Penulis: Rahmat Jiwandono | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Rahmat Jiwandono
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Tiga orang guru SMAN 1 Gondang, Sragen meninggal dunia terkonfirmasi positif Covid-19.
Selain itu, ada sembilan guru dan karyawan SMAN 1 Gondang yang juga tertular virus corona.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen, Hargiyanto mengatakan, dari hasil tracing yang dilakukan, penularan Covid-19 di SMAN 1 Gondang diduga berasal dari salah seorang guru yang menghadiri hajatan ke luar kota.
Baca juga: Apa Kabar Corona Solo? Kasus Minggu Ini Bertambah Ratusan: Klaster Keluarga Jadi Catatan
Baca juga: Pondok Pesantren di Klaten Lockdown, 37 Orang Terpapar Corona: Lakukan Isolasi Mandiri
"Diduga dari seorang guru yang pergi ke acara hajatan di luar kota," papar Hargiyanto, Senin (19/4/2021).
Dijelaskannya, dari beberapa guru SMAN 1 Gondang yang juga terkena Covid-19 kondisinya sudah mulai membaik.
"Beberapa guru yang positif Covid-19 kondisinya sudah perlahan membaik."
"Ada empat orang yang sembuh," ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, tiga orang guru SMAN 1 Gondang meninggal usai terpapar virus corona.
Sebagai dampaknya, SMAN 1 Gondang sedang lockdown mulai 12 April sampai 26 April 2021.
Puluhan Orang Jalani Rapid Antigen
Puluhan Guru dan karyawan SMAN 1 Gondang menjalani tes rapid antigen di Puskesmas Gondang, Sragen pada Senin (19/4/2021).
Tes ini diikuti 48 guru dan karyawan SMAN 1 Gondang setelah tiga orang guru dinyatakan meninggal dunia terkonfirmasi positif Covid-19.
"Tes ini digelar karena sudah ada tiga guru yang meninggal dan sembilan karyawan yang juga positif Covid-19," ungkap Kepala Puskesmas Gondang, Dedi Ari Saputro kepada wartawan, Senin (19/4/2021).
Baca juga: Buntut Guru di Sragen Meninggal Terpapar Covid-19, Pembelajaran Tatap Muka TK dan PAUD Dihentikan
Baca juga: Dua Guru SMAN 1 Gondang Sragen Meninggal karena Covid-19, Bupati : Tak Ditunjuk Gelar Tatap Muka
Dedi menyampaikan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sragen meminta tes ini digelar guna memastikan kondisi mereka.
"Kami adakan tes rapid antigen secara menyeluruh untuk mengetahui kondisi guru dan karyawan SMAN 1 Gondang seperti apa," katanya.
Dikatakannya, mayoritas guru dan karyawan SMAN 1 Gondang hadir di Puskesmas Gondang untuk menjalani tes rapid antigen.
"Yang enggak datang hanya beberapa orang saja karena tidak enak badan," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Wilayah Jateng VI, Suratno mengatakan, tes rapid antigen dilakukan untuk memutus mata rantai penularan corona.
Baca juga: Ada Kasus Corona di Ponpes Solo, Pemkot Pastikan Simulasi Pembelajaran Tatap Muka Jalan Terus
“Untuk hasilnya masih menunggu. Nanti kami koordinasi dengan Dinkes Sragen,” ujarnya.
Sebelumnya, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Sragen menghentikan pembelajaran tatap muka (PTM) di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan taman kanak-kanak.
Hal itu tertuang dalam surat nomor 420/1460/013/2021.
Penghentian PTM di tingkat PAUD dan TK menyusul adanya tiga orang guru di SMAN 1 Gondang yang meninggal dunia usai terkonfirmasi positif Covid-19.
Baca juga: Imbas Klaster Ponpes di Ceper Positif, Satgas Corona Klaten Siaga, Agar Tak Menyebar ke Perkampungan
Baca juga: Alasan Warga Solo Tetap Jalani Tradisi Padusan di Tengah Pandemi Corona, Sebut untuk Bersihkan Diri
Kepala Disdikbud Sragen, Suwardi mengatakan, meski PTM dihentikan namun pembelajaran tetap berlanjut secara daring (online).
"Tatap mukanya dihentikan dulu untuk sementara dan sekarang belajarnya online," ujar Suwardi saat ditemui wartawan di ruang kerjanya pada Senin (19/4/2021).
Suwardi belum bisa memastikan kapan PTM akan digelar lagi.
"Belum tahu akan dihentikan sampai kapan, harus disesuaikan dengan perkembangan Covid-19 di Sragen," paparnya.
Menurutnya, PTM di tingkat PAUD dan TK dihentikan karena ada instruksi dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah.
Baca juga: Ada Kasus Corona di Ponpes Solo, Pemkot Pastikan Simulasi Pembelajaran Tatap Muka Jalan Terus
"Instruksi dari Pemprov Jawa Tengah bahwa PTM belum bisa dilaksanakan lagi," terangnya.
Alasan lainnya adalah PTM diutamakan bagi sekolah yang akan menggelar ujian penilaian akhir tahun (PAT).
"Itu pun dengan catatan sekolahnya siap dari segi infrastruktur untuk menggelar PTM saat ujian PAT," ujarnya.
Guru Meninggal karena Corona
Dua orang guru di SMAN 1 Gondang, Kabupaten Sragen meninggal dunia karena terpapar Covid-19.
Setelah adanya kasus tersebut, SMAN 1 Gondang lockdown mulai 12-26 April 2021.
Berdasarkan pantauan TribunSolo.com di lokasi, sekolah nampak sepi dari aktivitas guru maupun murid.
Hanya ada seorang satpam dan petugas kebersihan.
Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati menyatakan bahwa SMAN 1 Gondang sejatinya bukan sekolah yang ditunjuk untuk melaksanakan simulasi pembelajaran tatap muka (PTM).
Baca juga: Bukannya Belajar, Bocah 15 Tahun Asal Boyolali Curi 6 Motor di Sragen, Sejumlah Motor Sudah Dijual
Baca juga: 4 Fakta Pria dan Wanita Mandi di Bak Truk Keliling Sragen : Akui Ingin Viral Tapi Sering Melakukanya
Adapun Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Jawa Tengah menunjuk sejumlah sekolah lain selama ini untuk menggelar PTM.
"SMAN 1 Gondang tidak termasuk dalam sekolah yang menggelar PTM," kata Yuni kepada TribunSolo.com, Senin (19/4/2021).
Ihwal sumber penularan Covid-19, lanjutnya, ia mengaku belum tahu secara pasti dari mana sumber virusnya.
"Kami belum bisa simpulkan mereka tertular Covid-19 dari mana," terangnya.
Guru yang terkonfirmasi Covid-19 merupakan hasil dari tracing Satgas Penanganan Covid-19 Sragen.
"Karena guru kan juga tiap hari masuk ke sekolah maka terjadi kontak erat dengan yang lain," katanya.
Karena Jagong ke Luar Daerah
Sebanyak 7 guru sekolah negeri di Kabupaten Sragen terkonfirmasi positif Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen, Hargiyanto menjelaskan, kasus tersebut bermula dari seorang guru perempuan yang melakukan perjalanan luar kota.
Adapun yang bersangkutan menghadiri acara pernikahan dengan naik mobil bersama lima orang.
"Sempat berpergian ke luar kota dengan naik mobil ke acara jagong. Ada enam orang dalam mobil," kata dia kepada TribunSolo.com, Sabtu (17/4/2021).
Seusai menghadiri acara tersebut, guru perempuan merasa tidak enak badan dan menjalani uji swab antigen.
Baca juga: Inilah Untung Raharjo, Warga Terdampak Tol Solo-Jogja yang Membuat Monumen Setum di Ngawen Klaten
Baca juga: Tanpa Basa-basi Sekolah di Sragen Lockdown, Imbas 7 Guru Positif, 2 Orang di antaranya Meninggal
Uji tersebut menunjukkan bila guru perempuan tersebut reaktif.
Ia kemudian menjalani uji swab PCR 30 Maret 2021 dan hasil keluar selang sehari.
Guru perempuan dinyatakan positif Covid-19.
"Suami dan anak ikut di-swab. Yang positif Covid-19 anaknya," tutur Hargiyanto.
Selain itu, lima orang yang ikut jagong bersama guru perempuan juga terkonfirmasi positif Covid-19.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen kemudian melakukan tracing ke kontak erat dan dekat pasien.
"Sudah di-tracing kemudian tanggal 5 April kemarin hasilnya keluar, 3 orang positif. Kemudian ditracing lagi dan didapati 3 orang positif," kata Hargiyanto.
Mereka kemudian menjalani karantina mandiri di Technopark Sragen.
Dua di antaranya meninggal dunia.
Sekolah Lockdown
Kasus Covid-19 dalam dunia pendidikan ditemukan di Kabupaten Sragen.
Sebanyak 7 guru di salah satu sekolah negeri di Kabupaten Sragen terkonfirmasi positif Covid-19.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Sragen, Tatag Prabawanto.
"Ada tujuh orang positif Covid-19 dan orang diantaranya positif Covid-19," kata Tatag kepada TribunSolo.com, Sabtu (17/4/2021).
Baca juga: Cerita Otobus di Sleman, Sudah Terpukul Pandemi Covid-19, Kini Ditambah Aturan Larangan Mudik
Baca juga: Catat! Jadwal Vaksinasi Covid-19 di Sragen, Selama Ramadhan Hanya Setengah Jam Saja
Atas temuan tersebut, Satgas penanganan Covid-19 langsung melakukan tracing ke kontak eran dan dekat pasien.
Dari tracing tersebut, puluhan orang diketahui pernah berkontak erat dan dekat dengan pasien.
"Banyak kurang lebih 24 orang," ucap Tatag.
Atas temuan tersebut, proses belajar mengajar di sekolah tersebut dihentikan sementara.
"Tidak ada pembelajaran tatap muka. Sekolah di Lockdown," ujar dia.
"Lockdown dilakukan mulai tanggal 5 April 2021, dan hari ini kemungkinan sudah selesai," tambahnya.
Menolak Vaksin?
Sementara itu, beberapa tenaga pendidik di Kota Solo masih menolak vaksinasi Covid-19.
Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka mengatakan, penolakan tersebut ditemukan di 2 sekolah.
"Ada dua sekolah yang gurunya, masih kurang berkenan untuk divaksinasi. Itu harus diedukasi," kata Gibran, Jumat (16/4/2021).
Baca juga: Terjadi Pembekuan Darah yang Langka, Denmark Putuskan Tak Lagi Gunakan Vaksin AstraZeneca
Baca juga: Daftar Negara Dunia yang Mengalami Masalah Stok Vaksin Covid-19, Bukan Hanya di Indonesia
"Ini menyangkut masa depan bangsa kita. Sekolah isinya anak - anak yang jadi penerus bangsa," tambahnya.
Namun, Gibran enggan menyebut secara pasti instansi sekolah yang guru-gurunya menolam divaksinasi.
"Ada yang tidak mau divaksin. Ya ada lah," ucapnya.
Gibran menegaskan bila guru-guru tidak divaksinasi, maka sekolah tidak diperbolehkan menjalankan pembelajaran tatap muka (PTM).
"Kalau tidak mau divaksin, (sekolah) tidak usah (menjalankan) pembelajaran tatap muka," ucap Gibran.
Baca juga: Vaksinasi Bulan Ramadhan Diperbolehkan, Kemenkes Akan Kebut Hingga 30 Juta Dosis
"Nanti kita tegasi ke semua gurunya," tambahnya.
Gibran menyampaikan vaksinasi tenaga pendidik dilakukan supaya PTM bisa segera diselenggarakan.
"Targetnya, Juli 2021, sekolah dibuka untuk PTM," ujarnya. (*)