Berita Sragen Terbaru
Benarkan Angka Kematian Meroket Gegara Oksigen Langka? Begini Penjelasan Petugas Medis di Sragen
Ada yang menyebut meroketnya kematian pasien Covid-19 akhir-akhir ini karena langkanya oksigen.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Ada yang menyebut meroketnya kematian pasien Covid-19 akhir-akhir ini karena langkanya oksigen.
Seperti yang terjadi di Kabupaten Sragen.
Direktur RSUD Soehadi Prijonegoro Sragen, Didik Haryanto mengatakan ternyata langkanya oksigen bukan menjadi penyebab banyaknya kematian belakangan ini.
"Karena kebutuhannya bukan di oksigen saja, karena di ICU kita bisa pasang ventilator," jelasnya kepada TribunSolo.com, Sabtu (10/7/2021).
"Kepada pasien covid-19 kita bisa berikan oksigen dengan tekanan besar, itu lebih efektif," katanya menekankan.
Penyebab utama banyaknya kematian menurut Didik, karena banyaknya antrean pasien di rumah sakit.
Baca juga: Kasus Covid-19 Bertambah Hingga 38.124 Kemarin, Pemerintah Kini Perluas PPKM Darurat
Baca juga: Info Vaksinasi Sragen: Sentra Vaksinasi Dibuka Senin - Kamis, Diprioritaskan Lansia
"Terus terang, antrean yang ada di UGD saat ini, seharusnya antre di ICU, pasien antre ada 15 orang, itu yang menyebabkan kemarin banyak pasien meninggal," ujarnya.
Selain itu, banyaknya pasien lansia disertai penyakit penyerta, juga menjadi penyebabnya.
"Selain itu, juga ada banyak pasien yang sudah isolasi lama di rumah, pas dibawa ke rumah sakit, kondisinya sudah memburuk," singkatnya.
Saat ini, keterisian bed ICU di RSUD Soehadi Prijonegoro Sragen, sudah penuh 100 persen.
Sedangkan, bed isolasi mencapai lebih dari 90 persen.
Terkait pengisian bed isolasi, Didik mengatakan tempat tidur yang kosong tidak bisa langsung diisi pasien baru.
"Sebelum masuk ruang isolasi, di depan itu harus dilakukan pemeriksaan dulu, di screening, rontgen, di lab, dipastikan ini nanti di masukkan ke kelompok mana," jelasnya.
"Karena disitu ada kelompok suspect, ada yang positif, ada yang ragu-ragu, itulah yang harus dibedakan, kalau kelihatannya kosong, bukan berarti itu bisa diisi," terangnya.
Pemulasaran Jenazah
Petugas RSUD Soehadi Prijonegoro Sragen kewalahan menangani pemulasaraan jenazah yang meningkat beberapa hari terakhir.
Bahkan, kemarin dalam 1 hari terdapat 21 jenazah yang mengantre untuk dilakukan pemulasaraan jenazah.
Direktur RSUD Soehadi Prijonegoro Sragen, Didik Haryanto mengatakan penumpukan terjadi, karena banyaknya jenazah yang meninggal dunia di rumah dibawa ke rumah sakit.
"Banyak jenazah yang meninggal di rumah, dibawa ke RSUD untuk memastikan, apakah terjangkit Covid-19," katanya kepada TribunSolo.com, Sabtu (10/7/2021).
Baca juga: Salat Idul Adha Berjamaah Boleh, Kemenag Solo: Asal di Rumah Masing-masing dengan Keluarga Inti
Baca juga: Hampir 3 Minggu, FX Rudy Masih Jalani Isoman di Lantai 2 Rumahnya: Ada Cucu Saya
"Karena minta diswab dulu, ditunggu hasilnya, nanti pemulasaraannya seperti apa," tambahnya.
Jumlah jenazah yang dikirim ke RSUD Sragen, jumlahnya meningkat.
"Jumlah jenazah yang dari rumah banyak, tadi malam saja, dari 3 jenazah, 2 diantaranya sudah meninggal di rumah," ungkapnya.
Proses pemulasaraan yang memakan waktu lama, membuat antrean memanjang.
"Selama ini, kita jenazah kita mandikan, kafani, diantar ke pemakaman, hingga dimakamkan, terkadang sampai di lokasi juga belum siap," jelasnya.
"Melihat prosesnya yang panjang, maka jenazah akan kita siapkan hingga memasukkan ke peti jenazah, kemudian kita koordinasi dengan relawan, untuk diantar dan dimakamkan," terangnya.
Selain itu, jumlah tenaga yang terbatas juga menjadi penyebab terhambatnya pemulasaraan jenazah.
"Kita kemarin tambah 7 petugas, sebelumnya kita sudah punya 5 orang, totalnya ada 12 petugas, tapi yang 2 petugas kini juga isoman," kata dia.
Meski begitu, seluruh proses pemulasaraan jenazah, dipastikan sesuai dengan agama yang dianut masing-masing orang yang meninggal itu.
Gedung Isolasi
Satgas covid-19 Kabupaten Sragen menambah tempat isolasi baru di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen.
Bekas gedung SD Negeri 2 Kragilan, yang terletak di Desa Kragilan, Gemolong kini sudah disulap menjadi tempat isolasi terpusat.
Gedung tersebut sudah tidak dipakai lagi selama dua tahun, karena masuk regrouping.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen, Hargiyanto mengatakan tempat isolasi terpusat tersebut, sudah dapat digunakan mulai hari ini.
"Sudah siap digunakan, hari ini sudah bisa diisi, mulai nanti jam 3 sore," katanya kepada TribunSolo.com, Sabtu (10/7/2021).
Baca juga: Sempat Kontroversial, Obat Ivermectin Dibagikan Secara Cuma Cuma Oleh Mantan Bupati Sragen
Baca juga: Alasan Pria di Tanon Sragen Hadang Bidan Desa Pakai Parang: Agar Dia Mau Periksa Bapak Saya
Baca juga: Kasus Aktif Corona di Sragen Turun , Bupati Yuni Sebut Kuncinya Isolasi Terpusat
Tempat isolasi terpusat baru tersebut, akan digunakan untuk masyarakat yang terkonfirmasi positif, khusus wilayah Gemolong, Kalijambe, Sumberlawang, Miri dan sekitarnya.
Gedung tersebut, khusus digunakan untuk merawat pasien tanpa gejala.
"Kita sudah siapkan total 85 bed," ungkapnya.
Meski belum resmi dibuka, namun tempat isolasi baru itu sudah ada pasien yang mengantri.
Ada 9 pasien, yang siap menghuni tempat isolasi terpusat kedua di Sragen tersebut.
"Sudah ada 9 orang, dari Gemolong dan Kalijambe, tapi belum nanti puskesmas yang lain," ujarnya.
Diketahui sebelumnya, gedung SD 2 Kragilan sudah tidak digunakan sejak 2 tahun lalu.
Seluruh ruangan kelas, kini telah diisi 6-10 tempat tidur untuk pasien isolasi covid-19.
Selain itu, juga disiapkan fasilitas lainnya, seperti tempat olahraga, dapur, laundry, dan kamar mandi. (*)