Berita Solo Terbaru
Ganasnya Pandemi : Sopir Ini Sampai Merana Tidur di Jalanan, Ternyata Lulusan D3 Teknik Informatika
Perjalanan hidup Ario (51), mantan sopir travel yang kehilangan pekerjaannya karena pandemi sangatlah pilu.
Penulis: Iqbal Fathurrizky | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Iqbal Faturrizky
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Perjalanan hidup Ario (51), mantan sopir travel yang kehilangan pekerjaannya karena pandemi sangatlah pilu.
Tidak hanya kehilangan pekerjaan dan kesulitan makan, namun ia juga hidup sebatang kara karena sudah bercerai lama dengan istri dan tidak mempunyai anak.
Kedua orang tua yang sudah meninggal ditambah ia adalah anak tunggal membuat pria asal Kabupaten Semarang ini tidak mempunyai tempat tinggal.
Ario dalam kesehariannya harus berjalan kaki puluhan kilometer dan juga menggunakan bus Batik Solo Trans yang masih gratis untuk mencari job menjadi supir pengganti.
Baca juga: Kisah Sedih dari Solo : Ario Dulu Hidup Cukup, Kini Pandemi Bertahan Hidup Cari Nasi Bungkus Gratis
Baca juga: Jadi Yatim Piatu karena Corona, Bupati Etik Suryani Jamin Pendidikan 31 Anak di Sukoharjo
Namun demikian, dibalik kisahnya yang pilu terdapat sesuatu yang mengagetkan.
Ario yang memutuskan untuk berkarir menjadi sopir travel di umur 30 tahun ini mengaku lulusan D3 Teknik Informatika.
Pria yang tidak mempunyai tempat tinggal dan harus tidur di emperan pasar ini mengaku pernah bekerja sebagai ahli IT di sebuah perusahaan.
"Saya dulu pernah bekerja di PT Coca Cola sebagai ahli IT, dulu memegang tanggung jawab dalam sistem operasi komputer di perusahaan," aku Ario kepada TribunSolo.com di Stasiun Purwosari Solo, Selasa (24/8/2021).
"Dulu juga sering mengotak-ngatik sistem operasi Windows dan Linux sekitar tahun 2000an pada saat itu," sambungnya.
Namun karena sering berpindah-pindah perusahaan dan juga kemampuan IT nya yang sudah ketinggalan jaman membuat ia banting stir menjadi supir seperti yang diketahui sebelumnya.
"Teknologi semakin lama semakin canggih, walaupun saya setidaknya melek teknologi namun itu saja tidak cukup, jadi saya banting stir untuk menjadi supir," kata Ario.
Banting stir menjadi supir, ia mengaku pilihan yang sedikit disesali karena merasa keberuntungannya hanya sekejap mata saja.
Baca juga: Senyapnya Penghapusan Coretan di Solo yang Kritik Pemerintah : Tak Ada Warga yang Mengetahuinya
Baca juga: Curi Uang Jutaan Rupiah Milik Tetangga, 2 Pemuda Sragen Dibekuk Polisi, Salah Satu Masih Bau Kencur
Pernah berpenghasilan besar hingga 500 ribu sekali sebagai sopir nampaknya tidak bertahan lama.
Perusahaannya yang bangkrut diawal pandemi karena pariwisata sedang terpuruk, membuat Ario kebingungan untuk mencari rezeki ke mana lagi.
Hingga untuk makan dari Senin-Minggu saja, Ario harus bergantung kepada pihak yang sering memberikan nasi bungkus.
Hidup Berpindah-pindah
Mantan sopir travel bernama Ario (51) warga Kabupaten Semarang harus hidup berpindah-pindah di Solo.
Dia tidak memiliki tempat tinggal dan pekerjaan, sehingga hanya bisa pasrah tidur di emperan.
Ario harus kehilangan pekerjaan akibat terpuruknya pariwisata di Indonesia.
Baca juga: Nasib Sopir Bus Sugeng Rahayu yang Tabrak Pikap Pengangkut Sayur di Sragen, Kini Masih Ditahan
Baca juga: Aksi Kades Krajan, Rela Jadi Sopir Ambulans & Tukang Gali Kubur: Demi Warga Meninggal karena Corona
Ia hidup sebatang kara karena sudah bercerai dengan istrinya dan tidak memiliki anak.
Bahkan ia juga tidak memiliki kakak maupun adik, ia anak tunggal yang harus berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhannya.
Bahkan alamat di KTP nya saja hanya formalitas karena rumahnya sudah dijual.
Baca juga: Nasib Sopir Bus yang Ugal-ugalan di Kuningan, Dapat SP dari Atasan hingga Ditilang Polisi
Untuk tidur dan beristirahat, ia menumpang di warung-warung tutup di Pasar Klewer, Pasar Gedhe.
Dia sempat hidup berkecukupan sebagai sopir tour & travel di salah satu agen di Yogyakarta.
Namun, kini dia harus menerima kenyataan kehilangan pekerjaan semenjak pandemi Covid-19 melanda.
Baca juga: Dikira Tidur, Ternyata Sopir Truk Meninggal di Jalan Tol Sragen: Sempat Mengeluh Sesak Napas
Hidup Ario semenjak itu tak jelas arahnya, hanya bergantung menjadi sopir pengganti di pasar-pasar di Solo.
Hingga suatu ketika, ia tidak punya uang untuk sekedar membeli nasi kucing seharga Rp 2 Ribu.
Akhirnya, dia memberanikan diri untuk meminta kepada seorang siswa SMA Warga Solo yang sedang bermain basket.
Baca juga: Nasib Sopir Ambulans Klaten : 2 Kali Mobil Jadi Sasaran Perusakan,Minta Polisi Sikat yang Buat Teror
Ternyata, siswa tersebut membantunya untuk mencarikan pekerjaan di media sosial.
Berkat postingan siswa SMA tersebut, Ario memang kebanjiran tawaran pekerjaan, namun menurut pengakuannya, pekerjaan tersebut tidak bisa diambil lantaran syaratnya kebanyakan harus mempunya SIM B1 sedangkan ia hanya punya SIM A.
"Memang sudah banyak yang WA, tapi rata-rata masib belum sesuai sama kapasitas saya," kata Ario saat ditemui TribunSolo.com, Selasa (24/8/2021).
Baca juga: Nasib Pilu Lansia Meninggal di Taksi Online Usai Ditolak 2 RS, Sopir Ungkap Kronologinya
Ario berharap segera mendapat pekerjaan yang sesuai kapasitas yang ia miliki karena hanya sekedar untuk makan ia pun sudah tak sanggup.
Ario bercerita untuk makan dari Hari Senin sampai Minggu, ia mengunjungi tempat-tempat yang memberikan makan gratis.
"Saya Senin dan Kamis puasa, Hari selasa saya ke Sriwedari di sana ada yang bagi nasi setiap pagi, kadang minta dua untuk dimakan di malam hari," ungkap Ario.
"Kemudian Rabu ke depan Kejaksaan Surakarta ada yang bagi nasi di siang hari, Jumat banyak sekali yang mengadakan Jumat Berkah, Sabtu dan Minggu di Gereja Solo," sambung Ario.
Selain itu, Ario juga juga berharap kepada Wali Kota Solo untuk memberikannya vaksin.
Menurutnya pekerjaan menjadi sopir membutuhkan surat vaksin untuk antar kota antar provinsi.
Ia sudah berusaha mencari vaksin di Solo tapi belum membuahkan hasil.
"saya titip pesan untuk Wali Kota Solo, agar orang seperti saya juga disediakan vaksin," kata Ario. (*)