Berita Boyolali Terbaru
Perhatian Warga Cepogo, Pemerintah Izinkan Tradisi Sadranan, Tapi Tak Boleh Ada Open House
Masyarakat di lereng Merapi-Merbabu, khususnya di Kecamatan Cepogo biasanya mengadakan tradisi Sadranan menjelang puasa Ramadan.
Penulis: Tri Widodo | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Masyarakat di lereng Merapi-Merbabu, khususnya di Kecamatan Cepogo biasanya mengadakan tradisi Sadranan menjelang puasa Ramadan.
Bahkan, tradisi ini bisa dikatakan lebih meriah dan lebih besar dibandingkan lebaran Idul Fitri.
Tradisi yang digelar pada bulan ruwah (penanggalan jawa) bisanya dimulai dengan membawa berbagai makanan ke makam dan dilanjutkan dengan bersih-bersih serta doa bersama.
Baca juga: Tradisi Sadranan di Keraton Kartasura : Dimulai Sejak Tahun 1945, Waktunya Jelang Ramadan
Baca juga: Saat Tradisi Jawa Sadranan & Padusan Jelang Ramadhan Juga Harus Off karena Corona, Ini Penampakannya
Selanjutnya, tiap desa akan menggelar open house.
Tapi, mengingat saat ini masih pandemi Covid-19, dan Boyolali masuk PPKM Level 3, masyarakat diminta tak menggelar open house.
Sekda Boyolali, Masruri, mengatakan, tradisi sadranan tetap mengacu pada intruksi Bupati.
Sebab, Boyolali masih berada di level 3 PPKM.
Baca juga: Puasa Syawal atau Puasa Qadha Ramadan yang Harus Didahulukan? Ini Jawaban Ustaz Abdul Somad
Tradisi open house diimbau untuk ditiadakan. Peniadaan open house ini baru diberlakukan di wilayah Cepogo.
"Kalau ke makam boleh tapi kalau ramai-ramai kunjungan ke rumah-rumah atau open house kami sarankan tidak usah dulu," terangnya, Senin (7/3/2022).
Masruri menambahkan, khusus di wilayah Cepogo, tidak boleh mengadakan open house. Pemerintah kecamatan hanya mengizinkan untuk menggelar tradisi dan membawa tenongan ke makam.
Dia menilai, pembatasan ini sebagai langkah antisipasi potensi paparan covid-19.
Baca juga: Nekat Bermain Petasan Rakitan dari Kaleng saat Ramadan, 41 Remaja Dibina Satpol PP Kota Solo
“Karena biasanya pengunjung tradisi sadranan sangat banyak dan berasal dari berbagai daerah,” katanya.
Camat Cepogo, Waluyo Jati, menambahkan di wilayah Cepogo ada 11 desa dari 13 desa yang menggelar tradisi rutin ini.
Namun, tradisi sadranan yang paling ramai biasanya digelar di Desa Kembang Kuning dan Dukuh Tumang, Desa/Kecamatan Cepogo.
Untuk desa-desa lain hanya beberapa dusun yang mengadakan. Sedangkan dua desa lainnya, yakni Jelok dan Candigatak tidak pernah mengadakan tradisi sadranan.
Baca juga: Promo Ramadan KFC Kamis 22 April 2021, Ada Promo 10 Potong Ayam Rp 90.000
"Kemarin sudah ada kesepakatan dengan tiap desa. Sadranan bisa digelar. Tapi khusus untuk bersih makam dengan prokes ketat. Karena kami menyesuaikan dengan situasi kondisi pandemi. Sedangkan untuk open house tahun ini ditiadakan," jelasnya.
Pemerintah Kecamatan juga membuat surat edaran nomor 300/103/6.2/2022 tentang panduan pelaksanaan sadranan di wilayah Cepogo.
“Beberapa peraturan yang diimbaukan seperti, pelaksanaan sadranan sesuai adat istiadat yang berlaku. Yakni, kenduri, bersih makam dan tenongan ke makam,” pungkasnya. (*)