Berita Wonogiri Terbaru
Pesan Bupati Jekek ke Ribuan GTT di Wonogiri yang Terima SK PPPK: Jangan Cuma Didik Bidang Akademik
Ribuan guru tidak tetap di Wonogiri telah menerima SK PPPK. Bupati Jekek berpesan agar mereka tidak hanya mendidik perihal bidang akademik saja.
Penulis: Erlangga Bima Sakti | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Erlangga Bima Sakti
TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Sebanyak 2.697 guru tidak tetap (GTT) di Wonogiri menerima Surat Keputusan (SK) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Penyerahan tersebut dilakukan selama dua hari, dimana sebanyak 1.300 SK diserahkan Senin (27/6) kemarin dan 1.397 SK diserahkan pada Selasa (28/6/2022).
Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, mengharapkan para guru tersebut juga bisa membantu mengatasi berbagai permasalahan anak.
Baca juga: Imbas Tak Ada Ekspor, Harga Jual Porang Anjlok Drastis, Petani di Wonogiri Pilih Menunda Panen
Baca juga: Leganya 2.697 Guru Tidak Tetap di Wonogiri: Bertahun-tahun Jadi Guru Honorer, Kini Kantongi SK PPPK
"Kita berharap guru tidak cuma mengajar namun juga mendidik anak-anak di akademisnya saja. Tapi juga tata nilai, moralitas, sopan santun dan aspek-aspek lainnya," terang dia, kepada TribunSolo.com.
Bupati mengatakan, poin-poin tersebut juga merupakan tugas seorang guru.
Sebab, pemerintah tak bisa secara intensif melakukan peran tersebut.
Sehingga, peran guru dinilai vital dalam mengatasi permasalahan sosial anak yang disebabkan berbagai hal, mulai dari media sosial dan globalisasi.
Selain itu, dia menyebut di Wonogiri masih banyak anak yang putus sekolah.
Bahkan angka putus sekolah mencapai 6.000 anak.
Baca juga: 1.500 Vaksin PMK Sudah Datang, Pemkab Wonogiri Mulai Petakan Ternak Sasaran Vaksinasi
Baca juga: Mengunjungi Pantai Karang Payung : Surga Tersembunyi dengan Tebing Menjulang Tinggi di Wonogiri
Namun, angka tersebut belum diketahui secara pasti tercatat sejak kapan.
Dia mengaku, pihaknya bakal melakukan verifikasi ulang.
"Ini kan menjadi sebuah keprihatinan, saat sekolah sudah gratis, seragam gratis dan kita melahirkan program beasiswa," ujar dia.
Jekek, begitu dia biasa disapa, mengatakan banyaknya angka putus sekolah di wilayahnya disebabkan karena kultur.
Di daerah-daerah, menurut Jekek, masih banyak orang tua yang berpendapat sekolah itu tidaklah penting. Lebih penting agar anak mereka bisa segera bekerja.
"Itu ada yang dari SD mau ke SMP ada juga yang dari SMP mau ke SLTA. Tapi yang banyak dari SD ke SMP waktu itu. Sembilan tahun pendidikan kan tidak terpenuhi," kata Jekek.
Baca juga: Ingat Gadis Wonogiri yang Hilang Setahun Lalu? Kondisinya Kini Hamil 5 Bulan dan Dapat Ancaman
Atas kondisi tersebut, pemikiran orang tua anak-anak sekolah tantangan sosial yang harus diubah, dimana guru bisa berkontribusi dalam ruang itu.
Terlebih dengan adanya tambahan SDM baru sebagai guru, pihaknya bakal menekan angka putus sekolah dengan berbagai pendekatan yang berbeda.
"Itu harus berubah. Para guru bisa menjadi agent of change di wilayah masing-masing untuk melakukan edukasi, bukan kepada siswanya tapi kepada orang tuanya," tandas dia.
(*)