Berita Sragen Terbaru
Herannya Bupati Sragen: Angka Kemiskinan Tertinggi, Tapi Terbanyak Berangkat Haji Se-Solo Raya
Bupati Sragen mengaku bingung dengan tingginya angka kemiskinan di Bumi Sukowati. Padahal calon jamaah haji dari Sragen terbanyak se-Solo Raya
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM SRAGEN - Kabupaten Sragen kini terus mengupayakan untuk menekan angka kemiskinan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, persentase kemiskinan di Kabupaten Sragen mencapai angka 13,83 persen atau sebanyak 119.300 jiwa.
Persentase tersebut berada diurutan pertama atau tertinggi di wilayah Solo Raya.
Baca juga: Ubah Mindset Petani, KTNA Sragen Bakal Kembali Gelar Expo Akhir Juli 2022: Rencana Undang 3 Menteri
Baca juga: Pindahkan Anak ke SDN Sragen Kota, Pejabat Ini Kena Pungli : Dipalak Rp1,5 Juta oleh Kepala Sekolah
Peringkat dua diduduki Kabupaten Klaten dengan 13,49 persen.
Kini pengentasan kemiskinan menjadi fokus utama Pemerintah Kabupaten Sragen.
Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati merasa bingung bagaimana caranya mengentaskan kemiskinan di wilayahnya.
Sekilas, menurutnya kehidupan masyarakat Sragen lebih baik dibanding dengan daerah lainnya.
Bahkan, jika dilihat dari keberangkatan calon jamaah haji, Sragen selalu menyumbangkan jumlah terbanyak di Solo Raya.
Baca juga: Lebih dari Sebulan Ditutup karena Wabah PMK, Pasar Hewan di Kabupaten Sragen Kembali Dibuka
Baca juga: Hari Pertama Masuk Sekolah di Sragen, SD dan SMP Langsung Terapkan PTM 100 Persen, Ini Aturannya
Hal itulah yang membuatnya heran, kenapa angka kemiskinan di Kabupaten Sragen masih tinggi.
"Kita berjibaku dengan kemiskinan bertahun-tahun, saya sampai mikir ini caranya bagaimana," ujar Yuni dalam sambutan melaunching program Desa Tuntas Kemiskinan (Tumis) Gotong Royong di Desa Jabung, Kecamatan Plupuh, Rabu (13/7/2022).
"Sembrebet (sekilas) semua kehidupan masyarakat kita di Sragen lebih baik," katanya.
"Rumah meskipun jelek tapi masih kokoh dan bertembok, calon jamaah haji juga paling banyak Se-Solo Raya sebanyak 500 lebih, sebenarnya kita diatas rata-rata, lha kok selalu angka kemiskinan sangat tinggi," tambah Yuni lagi.
Pihaknya mencoba melakukan pengentasan kemiskinan dengan fokus di satu desa, dimana pilot project berlokasi di Desa Jabung.
Baca juga: Bermain Perosotan Berujung Petaka, Pemuda Tewas Tenggelam di Embung Sigit Sragen
Pilot project kali ini menyedot dana hampir Rp 1,7 miliar.
Tapi dana itu tidak sepeserpun diambil dari APBD Kabupaten Sragen, melainkan gotong royong dari stakeholder terkait.
Bantuan diberikan dalam bentuk pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), jambanisasi, Usaha Ekonomi Produktif (UEP), beasiswa anak sekolah hingga jatah hidup bagi warga miskin tidak produktif.
"Harapannya bisa zero kemiskinan, makanya terus diidentifikasi dan evaluasi, kita sudah melakukan berdasarkan data DTKS kalau sudah mampu ya kita coret," jelasnya.
Termasuk mengentaskan kemiskinan absolut, dengan diberikan bantuan jatah hidup.
Apabila anaknya sudah mampu mandiri, maka yang bersangkutan sudah tidak lagi mendapatkan jatah hidup.
Baca juga: Kuliner Enak di Sragen : Lontong Sumatera Wak Loy, Sambal Tauconya Bikin Nagih, Ada Jengkolnya Juga
Baca juga: Rekor, Pengkok Jadi Desa Terbanyak di Sragen yang Sembelih Hewan Kurban : Ada 167 Sapi & 36 Kambing
"Alokasi jatah hidup Rp 200.000 per bulan, tentu kalau anaknya sudah mandiri sudah tida diberi, nanti kita evaluasi tahun depan," terangnya.
Jika program Desa Tumis di Desa Jabung sukses, Yuni mengatakan penerapan serupa bakal menyasar desa lain seperti Desa Kadipiro dan Desa Cemeng.
Terpisah, Kepala Desa Jabung, Triyono mengatakan total ada 57 unit rumah yang mendapat bantuan RTLH.
Ke-57 rumah tersebut akan dibangun secara bertahap menjadi 3 sesi.
Menurutnya di Desa Jabung sendiri saat ini ada 515 penduduk miskin berdasarkan data DTKS.
"Yang masuk data DTKS ada 515 orang, kalau dulu sebanyak 630an, ada yang sudah layak, sekarang tinggal 515," ujar Triyono.
(*)