Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen

Alokasi Pupuk Subsidi Berkurang 40 Persen, Petani di Sragen Dilema, Pertanyakan Keputusan Pemerintah

Ketua KTNA Sragen, Suratno mengatakan keputusan tersebut semakin menunjukkan bahwa pemerintah tidak lagi berpihak kepada petani.

Tribunsolo.com/Septiana Ayu Lestari
Ketua KTNA Sragen, Suratno saat ditemui TribunSolo.com, Selasa (16/1/2024). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Melalui Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA), petani di Sragen menyuarakan keresahannya karena jatah pupuk subsidi semakin dikurangi.

Bahkan, jatah pupuk subsidi untuk petani di Kabupaten Sragen tahun 2024 berkurang lebih dari 40 persen dibanding tahun 2023.

Ketua KTNA Sragen, Suratno mengatakan keputusan tersebut semakin menunjukkan bahwa pemerintah tidak lagi berpihak kepada petani.

"Sebenarnya kalau petani diminta untuk menyiapkan lahan, budidayanya kan sudah oke, tapi sebenarnya yang menjadi masalah adalah hulu, pupuk ini yang menjadi persoalan petani," katanya kepada TribunSolo.com, Selasa (16/1/2024).

"Dari tahun ke tahun, malah justru periode ini, mohon maaf, kepemimpinan saat ini (alokasi pupuk subsidi) semakin tidak naik, malah turun, ini menunjukkan salah satu ketidakberpihakan pemerintah pada petani," lanjutnya.

Lanjutnya, sebenarnya berapapun alokasi pupuk subsidi untuk petani tidak menjadi masalah, apabila pemerintah mampu mempertahankan harga pembelian gabah dari petani sebesar Rp 7.000.

Baca juga: Kata DKPPP Sragen soal Penyebab Jatah Pupuk Subsidi Petani Sragen Berkurang Lebih dari 40 Persen

Baca juga: Suaranya Jadi Rebutan Banyak Peserta Pemilu, Petani di Sragen Emoh Hanya Dijadikan Objek Politik

Dengan kondisi seperti itu, tidak timbul gejolak dari para petani.

Namun, jika harga pembelian gabah dari petani ini turun, tentu akan timbul gejolak diantara para petani.

Meski begitu, petani pun tidak bisa berbuat banyak, dan hanya bisa merasa kecewa dan pasrah.

Menurut Suratno, alokasi pupuk subsidi untuk petani di Kabupaten Sragen ini terus menurun sejak tahun 2018 silam.

"Trend-nya terus turun, malah ini paling parah, paling ekstrem kalau turun sampai 40 persen," kata dia.

Tentu saja, dengan dikuranginya pupuk subsidi ini akan membuat biaya produksi petani membengkak.

Ada 3 pilihan yang bisa diambil para petani.

"Petani pilihannya ada 3, beralih ke organik yang memerlukan proses lebih lama, yang kedua beralih ke pupuk non subsidi yang biayanya akan tinggi," jelasnya.

"Atau yang ketiga menerima apa adanya, kalau menerima apa adanya, ya dampaknya produksi akan menurun, ini jadi persoalan dilematis bagi petani," terangnya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved