Bisnis Sepeda Redup Setelah Pandemi
Tren Bersepeda Makin Menghilang di Solo, Penjual Sepeda Meraja saat Pandemi Covid-19, Kini Merugi
Penjual sepeda Taufiq Tri Haryono mengaku kini ia tak bisa menjual meski sudah menjatuhkan hingga separuh dari harga saat kulakan
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
“Dulu kan permintaan tinggi barang baru keluar barang lama tukar tambah barang lama masih bisa dijual. Orang beralih olahraga dan sepertinya ekonomi tidak baik-baik saja. Dulu Rp 165 juta sekarang Rp 55 juta aja nggak ada yang minat,” tuturnya.
Ia sempat mengalami krisis ekonomi tahun 1997-1998. Namun, saat itu banting setir masih memungkinkan.
Kini melihat pasar sepeda yang semakin jatuh ia tak melihat adanya peluang bisnis lain.
“(Saat reformasi) saya banting setir ke sport. Kita bisa berganti arah karena kondisi waktu krisis Pak Harto daya beli masih ada. (Sekarang) sepeda menurun mau ganti usaha tapi terus apa,” ungkapnya.
Dalam sebulan ia hanya mampu menjual 2 unit sepeda saja. Kondisi serupa juga dirasakan di berbagai lini. Ia berharap setelah lebaran kondisi ekonomi membaik.
“Saya 2 bulan kemarin bagus tapi jual rugi. Dua bulan kemarin 15 ada. Tapi sebulan ini baru laku 2. Kalau Lebaran bagus kita punya harapan. Kalau Lebaran tidak ada permintaan bagus tanda bahaya. Usaha kecil mengeluh semua,” jelasnya.
(*)
Tren Sepeda Berangsur Menghilang di Solo, Rawan Pencurian Buat Orang Enggan Jadikan Transportasi |
![]() |
---|
Tren Sepeda Hingga Lari di Anak Muda Hanya FOMO? Sosiolog : Lebih Baik Ketimbang Tren Mukbang |
![]() |
---|
Bukan Hanya Penjual Sepeda, Teknisi di Solo Ikut Banjir Rezeki saat Pandemi Covid-19, Kerap Lembur |
![]() |
---|
Tren Sepeda Booming saat Pandemi, Kini Jenis Lain Menghilang, Tapi Road Bike Masih Digemari di Solo |
![]() |
---|
Kisah Larisnya Sepeda Federal di Solo, Penjual Singgung Faktor Customer Ingin Nostalgia Masa Kecil |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.