Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Sejarah Kuliner Legendaris

Sejarah Gendar Pecel yang Populer di Solo Raya, Kuliner Tradisional Warisan Masyarakat Jawa Kuno

Gendar pecel pertama kali disebutkan dalam Kakawin Ramayana yang ditulis pada abad IX.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TribunSolo.com/Tri Widodo
KULINER GENDAR PECEL - Gendar pecel yang disajikan di Warung Mbok Samini di pinggir Jalan Boyolali-Tlatar, tepatnya di wilayah Karanggeneng, Senin (12/9/2022). Begini sejarah gendar pecel hingga jadi kuliner populer di Solo Raya. 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO Gendar Pecel adalah salah satu kuliner yang cukup populer di Solo Raya.

Umumnya kuliner ini terdiri dari sayur-sayuran tradisional seperti genjer, bunga turi, kacang panjang, bayam, kubis, krokot, kecombrang, petai cina, tauge dan sawi yang direbus.

Sayuran tersebut lalu disantap dengan gendar yang terbuat dari campuran nasi dan bleng atau boraks, dan terakhir disiram dengan sambal kacang.

Baca juga: Sejarah Soto Triwindu Solo, Kuliner Legendaris Langganan Jokowi, Eksis Sejak Tahun 1939

Gendar pecel atau pecel gendar bisa dinikmati dengan kerupuk atau tempe atau tahu yang dibacem maupun digoreng.

Pecel gendar ini kerap dijajakan di pinggir jalan, dengan penyajian yang biasanya berupa pincuk. 

Pincuk sendiri adalah salah satu dari sembilan gaya penyajian tradisional tanah jawa ang umumnya terbuat dari daun pisang ataupun kertas minyak.

Asal-usul Gendar Pecel

Gendar pecel pertama kali disebutkan dalam Kakawin Ramayana yang ditulis pada abad IX.

Kuliner satu ini sudah menjadi bagian dari tradisi kuliner masyarakat Jawa sejak zaman kuno.

Bahkan dalam Babad Tanah Jawi, tercatat bahwa Ki Gede Pamanahan terkesan dengan hidangan pecel yang disajikan oleh Ki Ageng Karang Lo di Dusun Taji.

Baca juga: Sejarah Semar Mendem, Jajanan Pasar Legendaris di Solo, Kuliner Penuh Filosofi

Dari sini, sejarah pecel gendar mulai dikenal dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Jawa.

Gendar, sebagai bahan dasar pecel, terbuat dari nasi yang dicampur dengan bahan yang disebut "Uyah Bleng" atau lebih dikenal dengan boraks.

Proses pembuatan gendar awalnya bertujuan untuk mengolah sisa nasi agar tidak terbuang percuma.

Dalam tradisi masyarakat Jawa, ini menjadi solusi yang cerdas dan efisien untuk memanfaatkan nasi yang tersisa dari makanan sebelumnya.

Selain itu, penggunaan boraks dalam nasi juga mempengaruhi tekstur nasi menjadi lebih kenyal, memberi kesan berbeda dibandingkan nasi biasa.

Baca juga: Sejarah Karak Bratan Mbah Sastro di Solo, Kerupuk Legendaris yang Dirintis Usai Kemerdekaan

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved