Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kisah Hidup Tokoh Legendaris

Kisah Dokter Moewardi, Dijuluki Dokter Gembel karena Kesederhanaannya, Diabadikan jadi Nama RS Solo

Namanya diabadikan menjadi sebuah rumah sakit di Surakarta, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Wikipedia
LUKISAN DR MOEWARDI - Sosok dr Moewardi dalam sebuah lukisan. Dr. Moewardi adalah seorang dokter yang juga dikenal sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia, memiliki perjalanan hidup yang penuh dedikasi, perjuangan, dan pengorbanan. 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - dr. Moewardi adalah seorang pahlawan nasional Indonesia.

Namanya diabadikan menjadi sebuah rumah sakit di Surakarta, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

Dr. Moewardi adalah seorang dokter yang juga dikenal sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia, memiliki perjalanan hidup yang penuh dedikasi, perjuangan, dan pengorbanan.

Baca juga: Kisah Oen Boen Ing, Dokter Dermawan yang Namanya Diabadikan jadi Rumah Sakit di Solo dan Sukoharjo

Lahir pada 30 Januari 1907 di Desa Randukuning, Pati, Jawa Tengah, Moewardi tidak hanya dikenal sebagai seorang tenaga medis, tetapi juga sebagai tokoh penting dalam sejarah Indonesia.

Awal Kehidupan dan Pendidikan

Moewardi adalah anak ketujuh dari pasangan Mas Sastrowardojo dan Roepeni.

Sejak kecil, Moewardi menunjukkan kecerdasan luar biasa.

Pada tahun 1913, ia mulai bersekolah di Hollandsch Inlandsche School (HIS) di Kudus, sebuah sekolah yang menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantar.

Berkat kepintarannya, ayahnya kemudian memindahkannya ke Europesche Lagere School (ELS) di Pati, sebuah sekolah untuk keturunan Eropa yang lebih dekat dengan rumahnya.

Setelah lulus dari ELS pada 1921, Moewardi melanjutkan pendidikan ke STOVIA (Sekolah Kedokteran di Batavia), yang menjadi pintu gerbangnya untuk menekuni dunia kedokteran.

Baca juga: Kisah Hidup Honggowongso yang Kini Jadi Nama Jalan di Solo : Sang Jenius Perancang Keraton Surakarta

Meski memerlukan waktu lebih dari 12 tahun untuk menyelesaikan pendidikan kedokterannya, perjalanan Moewardi di dunia pendidikan bukan karena ketidakmampuan, melainkan karena keterlibatannya yang sangat aktif dalam berbagai organisasi dan kegiatan mahasiswa pada masa itu.

RS Dr Moewardi di Surakarta.
NAMA RS SOLO - Rumah Sakit Dr Moewardi di Surakarta. (TribunSolo.com/Ryantono PS)

Aktif dalam Organisasi dan Kepanduan

Selain cerdas di bidang akademik, Moewardi juga aktif dalam organisasi kepanduan.

Ia menjadi anggota Nederlandsch Indische Padvinders Vereeniging (NIPV), yang merupakan organisasi kepanduan Belanda untuk anak-anak.

Moewardi berhasil mencapai posisi Assistant Troep Leider, posisi yang jarang dicapai oleh anak-anak pribumi.

Pada 1925, ia terpilih sebagai ketua Jong Java cabang Jakarta, dan ia juga menjadi salah satu utusan yang mengikrarkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Baca juga: Asal-usul Nambangan Selogiri : Dulu Tempat Penyeberangan, Saksi Perang Gerilya Pangeran Sambernyawa

Moewardi kemudian memimpin Pandu Kebangsaan, yang nantinya berubah nama menjadi Kepanduan Bangsa Indonesia, sebuah organisasi yang sangat berperan dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Terlibat dalam Peristiwa Proklamasi

Setelah menyelesaikan pendidikan kedokterannya, Moewardi mulai berpraktik sebagai dokter.

Namun, dedikasinya tidak hanya terbatas pada dunia medis, tetapi juga pada perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Saat Jepang datang menggantikan Belanda, Moewardi bergabung dengan Barisan Pelopor, sebuah organisasi bentukan Jepang yang kemudian dipergunakan oleh para pemuda sebagai gerakan untuk memerdekakan Indonesia.

Sebagai anggota Barisan Pelopor, Moewardi sempat menjadi buronan tentara Jepang.

Dalam sebuah kesempatan, Moewardi bahkan berdebat dengan Soekarno mengenai waktu pembacaan teks proklamasi.

Baca juga: Kisah Raden Mas Said, Mangkunegara I yang Diabadikan jadi Nama Kampus, Jalan, dan Klub Bola di Solo

Moewardi mendesak Soekarno untuk segera membacakan proklamasi, meskipun Moh. Hatta belum hadir.

Namun, Soekarno bersikukuh untuk menunggu kedatangan Hatta.

Meskipun demikian, keterlibatannya dalam peristiwa penting ini menegaskan komitmen Moewardi terhadap kemerdekaan Indonesia.

Julukan "Dokter Gembel" dan Kedermawanan

Moewardi dikenal dengan julukan “Dokter Gembel” karena kesederhanaan dan kedermawanannya.

Ia lebih suka bergaul dengan golongan bawah, seperti para pengemis, daripada dengan golongan atas.

Julukan ini tidak hanya mencerminkan gaya hidupnya yang sederhana, tetapi juga menunjukkan hati yang tulus dalam membantu masyarakat tanpa membedakan status sosial.

Baca juga: Asal-usul Nama Desa Gonilan di Sukoharjo, Ada Kisah Terkenal Kyai Honggo Nilo dan Tanaman Nila

Akhir Hidup dan Penghargaan

Pada 13 September 1948, Moewardi diculik oleh sekelompok orang yang menyarankan agar ia tidak melanjutkan praktek kedokterannya karena situasi negara yang sedang darurat.

Namun, Moewardi tetap melanjutkan tugasnya dan tidak takut akan ancaman.

Saat menjalankan operasi, ia sempat dibolehkan menyelesaikan proses operasi terlebih dahulu.

Tak lama setelah itu, kabar buruk datang, Moewardi dan beberapa korban lainnya tewas dibunuh oleh para penculik.

Untuk mengenang jasa-jasanya, pada 1964, Moewardi dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden RI No. 190 Tahun 1964.

Pada 24 Oktober 1988, nama Moewardi juga diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Moewardi yang terletak di Solo, sebagai penghormatan terhadap dedikasi dan pengorbanannya dalam bidang medis dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved