Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Tahun Ajaran Baru 2025

Orang Tua di Sragen Keluhkan Harga Seragam Batik Mahal, Rp 150 Ribu Dapat Atasan : Cuma Ada di Toko

Para orang tua di Kabupaten Sragen mengeluhkan mahalnya harga seragam batik Sukowati.

|

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Para orang tua di Kabupaten Sragen mengeluhkan mahalnya harga seragam batik Sukowati.

Salah seorang orang tua siswa, Rofik mengaku seragam batik di toko dijual Rp 150.000.

Namun, dengan harga tersebut, ia hanya mendapatkan seragam atasannya saja.

"Batik harganya Rp 150.000, itu hanya atasannya saja, dua stel seragam biru putih dan pramuka itu Rp 277.000," katanya kepada TribunSolo.com, Rabu (9/7/2025).

RAMAI - Kondisi toko seragam di Kabupaten Sragen jelang masuk sekolah, Rabu (9/7/2025). Ini jelang tahun ajaran baru.
RAMAI - Kondisi toko seragam di Kabupaten Sragen jelang masuk sekolah, Rabu (9/7/2025). Para orang tua di Kabupaten Sragen mengeluhkan mahalnya harga seragam batik Sukowati. (TribunSolo.com/Septiana Ayu Lestari)

Orang tua lainnya, Mulyani mengatakan, seragam batik lebih mahal ketimbang seragam merah putih dan pramuka untuk siswa SD.

"Kalau seragam SD, satu stel itu Rp 100.000-an, kalau batik ini belum beli, karena (di toko ini) kosong," ujar Mulyani.

"Batik harganya lebih mahal daripada merah putih dan pramuka, dari sekolah pun bilang lebih mahal," sambungnya.

Menurutnya, dari pihak sekolah memang tidak menyediakan seragam sekolah.

Dengan begitu, para orang tua siswa harus mencari seragam-seragam sekolah itu ke toko.

"Belinya cari toko yang ada, di sekolah tidak menyediakan, beli sendiri," ucapnya.

Baca juga: Jelang Tahun Ajaran Baru, Penjualan Seragam Sekolah di Sragen Meningkat 2 Kali Lipat

Sementara itu, salah satu karyawan toko seragam di Shopping Sragen, Juliana mengatakan harga seragam batik memang lebih mahal daripada seragam lainnya.

Karena harga kain dari Batik Sukowati sudah mahal.

"Atasan batik SMP itu Rp 150.000, untuk SD atasan Rp 80.000, itu hanya atasan saja, penjualan tidak banyak karena mahal," jelasnya.

"Dari sana sudah mahal, kita beli kainnya, lalu dikonveksi sendiri," pungkasnya.

(*)

 

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved