Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Pembacokan Anggota Silat di Sukoharjo

Polisi Sukoharjo Dalam Desakan, Diminta Segera Ungkap Kasus Pesilat Dibacok 

Polisi di Sukoharjo didesak agar segera menyelesaikan kasus pembacokan di Sukoharjo. Hingga kini pelaku masih bebas.

TribunSolo.com/Anang Ma'ruf
DIBANTU DONASI PSHT - Kolase Suwartini (kiri) ibunda dari Wisnu (kanan), salah satu dari 4 pesilat yang jadi korban pembacokan orang tak dikenal di Baki Sukoharjo, 4 Juli 2025 lalu. Wisnu tiap dua hari sekali harus mengeluarkan Rp400 ribu untuk biaya penggantian perban dari luka-lukanya tersebut. Rekan-rekan anggota PSHT-nya berdonasi untuk membantu biaya perawatan Wisnu. 

Laporan Wartawan TribunSo.com, Anang Ma'ruf

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Polres Sukoharjo kini didesak untuk mengungkap kasus pembacokan pesilat di Baki, Sukoharjo

Kejadian pembacokan itu terjadi pada 4 Juli 2025 lalu.

Ada empat korban dari kasus ini. Salah satunya adalah Wisnu warga Kartasura, Sukoharjo

Ibu korban, Suwartini (55) tak kuasa menahan kesedihan saat menceritakan kondisi anak sulungnya yang kini hanya bisa terbaring lemah di rumah.

Ucapan yang ia keluarkan dari mulutnya pun terlihat terbata-bata, seolah menahan kesedihan yang mendalam.

“Jadi sedih saya kalau ingat kejadian itu. Harapan saya ya supaya cepat terang, cepat ditangkap pelakunya,” kata Suwartini saat ditemui di rumahnya di Desa Sedahromo Lor, Kecamatan Kartasura, Rabu (6/8/2025).

Baca juga: Perguruan Silat Ini Beri Tenggat Waktu Sebulan ke Polres Sukoharjo Ungkap Pembacok 4 Anggotanya

Wisnu (27), anak pertama dari tujuh bersaudara, sebelumnya bekerja di sebuah pabrik percetakan di Kartasura. 

Namun, hidupnya berubah drastis setelah menjadi salah satu korban penyerangan brutal oleh sekelompok orang tak dikenal yang membawa senjata tajam.

Akibat luka serius di kedua tangan dan kakinya, Wisnu terpaksa berhenti bekerja dan harus menjalani perawatan intensif di rumah.

Hingga satu bulan berlalu sejak kejadian, kondisi Wisnu belum memungkinkan untuk berjalan.

“Sekarang hanya bisa tiduran di kasur. Luka-lukanya masih basah dan harus rutin diganti perban. Kalau tidak dibantu teman-teman, saya tidak tahu bagaimana harus membiayai semua ini,” ujar Suwartini.

Keluarga mengaku belum menerima bantuan apapun, baik dari pemerintah daerah maupun dari pihak kepolisian. 

Dengan kondisi rumah yang sederhana dan beban ekonomi yang berat, mereka berharap aparat segera menuntaskan kasus ini dan menciptakan rasa aman kembali bagi masyarakat.

Desakan dari Perguruan Silat

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved