Program Prioritas Solo Era Gibran
Baru 100 Ton Per Hari, PLTSa Putri Cempo Targetkan Bisa Capai 545 Ton Akhir Tahun Ini
Menurutnya, jika sampah yang diolah bisa ditingkatkan, ia yakin listrik yang dihasilkan juga sesuai dengan ekspektasi.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Naufal Hanif Putra Aji
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - PLTSa Putri Cempo hingga kini masih belum bisa mengolah sampah sesuai dengan ekspektasi awal.
Diketahui PLTSa Putri Cempo dibangun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
Proyek ini merupakan upaya pemanfaatan teknologi ramah lingkungan untuk mengolah sampah menjadi listrik.
PLTSa resmi beroperasi sejak 30 Oktober 2023, setelah memperoleh Sertifikat Laik Operasi (SLO) dan peresmian dilakukan oleh Walikota Solo serta pihak terkait.
Direktur Utama PT. Solo Citra Metro Plasma Power (SCMP) Elan Suherlan mengungkapkan saat ini PLTSa Putri Cempo baru bisa mengolah sampah sekitar 100 ton per hari.
Ia menargetkan akhir tahun ini bisa mencapai 545 ton per hari sesuai ekspektasi awal.
“Cuma bicara kapasitas baru 100 (ton). Secara perlahan kita tingkatkan sampai Desember bisa mencapai target 545 ton per hari,” ungkapnya saat ditemui di kantornya, Selasa (12/8/2025).
Baca juga: PLTSa Putri Cempo di Solo Belum Optimal, Wakil Ketua MPR Dorong Revisi Perpres
Meski begitu, menurutnya pembangkit listrik sudah bisa mengolah sesuai target awal yakni 8 megawatt. Hanya saja kemampuan sampah yang diolah belum mencapai seperlima dari yang ditargetkan.
“Dari awal kita sudah jelaskan PLTSA dua plan satu pembangkit listrik satu pengolahan sampah. Kalau pembangkit listrik sudah ready. Pengolah sampahnya baru bisa produksi sekitar 100 ton per hari. Ini dalam rangka mencapai 545 ton sampai Desember nanti,” jelasnya.
Menurutnya, jika sampah yang diolah bisa ditingkatkan, ia yakin listrik yang dihasilkan juga sesuai dengan ekspektasi.
“Kalau misalnya pengolahannya bisa mencapai angka tersebut pembangkit listriknya insyaallah bisa mencapai secara penuh. Bagaimana kita mengolah sampah untuk keperluan pembangkit,” terangnya.
Saat ini PLTSa Putri Cempo baru menghasilkan sekitar 1,5 megawatt. Ia berharap pelan tapi pasti listrik yang dihasilkan bisa meningkat seiring dengan kemampuan pengolahan sampah.
“Listrik yang dihasilkan 1,5-1,6 megawatt. Nanti kalau sudah full kapasitas pembangkitnya insyaallah kita bisa full juga listriknya,” jelasnya.
Baca juga: PSEL Putri Cempo Solo Didenda Karena Gagal Hasilkan 5 Megawatt, Operator Lobi Pemerintah Ubah MoU
Karena tak mencapai target, pihaknya harus menanggung denda yang dikenakan oleh PLN. Ia pun berupaya agar ada penyesuaian sehingga tidak ada yang dirugikan dalam upaya pengelolaan sampah ini.
“Ya nggak apa-apa. Denda ya denda. Listriknya di bawah yang ditargetkan kita terkena denda. Kita sadari dalam usaha peningkatan produksi waste processing-nya. Bahan bakarnya supaya memenuhi yang diperjanjikan. Perjanjian tentu di sini kebaikan kedua belah pihak antara kami dengan pemkot dan PLN ada penyesuaian. Supaya kami bisa berjalan,” tuturnya.
Ia juga berharap pemerintah bisa menjalankan program pemilahan sampah di hulu. Selama ini, kemampuan pengolahan sampah yang dilakukan PLTSa masih minim karena sampah yang terlalu heterogen.
“Itu sangat membantu kalau misalnya dari hulu dari sumbernya. Kalau sekarang kita lihat sampahnya semua masuk. Apa pun ada. Kesulitan utamanya memilah tadi. Usahanya memilah luar biasa karena tidak ada pemilahan dari sumbernya. Kalau ada program memilah dari sumbernya sangat membantu,” tuturnya.
3 Kendala Belum Terpenuhinya Target
Tim Ahli Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) Putri Cempo Prof. Prabang Setyono mengungkapkan tiga kendala utama kenapa hingga kini baru bisa mengolah sekitar seperlima dari target 545 ton sampah.
“Sekitar 100 ton per hari. Sejak commissioning kemarin 2024 akhir. Agak naik turun ada sedikit maintenance. Kadang naik juga 120 ton. Betul belum sebanding. Makanya dikejar mesinnya optimal beroperasi. Kalau beroperasi kapasitasnya 545 ton,” ungkapnya.
Dengan menggunakan teknologi plasma gasifikasi, sampah yang bisa diolah harus memenuhi kualifikasi tertentu.
Berbeda dengan incinerator yang hampir semua jenis dan kondisi sampah bisa masuk.
“Semua teknologi tidak ada yang sempurna. Gasifikasi lebih ribet sehingga TPA Putri Cempo dalam pengelolaan mundur,” terangnya.
Menurutnya, ada tiga kendala yang menyebabkan PSEL Putri Cempo belum memenuhi target.
Salah satunya PT. Solo Citra Metro Plasma Power (SCMPP) selaku operator berhadapan dengan tumpukan sampah berpuluh-puluh tahun.
“Ada tiga kendala besar. Pertama PT SCMPP berhadapan dengan tumpukan sampah 31,5 tahun. Tumpukan sampah perlu dibuat flat untuk pengeringan sampah. Mau tidak mau gunungan menjadi flat. Meskipun sekarang Blok C dan Blok D sudah flat tapi butuh proses lama berbulan-bulan. Kecuali lahan sudah land clearing. Waktunya tidak dihabiskan gunungan dikeruk menjadi lahan datar. Ini sudah hambatan,” jelasnya.

Hambatan kedua sampah yang harus diolah dalam kondisi sangat beragam.
Padahal teknologi plasma gasifikasi cenderung mampu mengolah sampah yang bersifat homogen.
“Kedua sampah kita campuran. Padahal gasifikasi agak sedikit manja teknologinya. Dalam proses untuk menjadi fit stock perlu persyaratan. Beda dengan incinerator. Itu kaya tungku bakar. Ada bahan bakar bablas. Kesulitan teknologi di situ. Sesuai skenario gasifikasi lebih ramah lingkungan karena termokimia bukan sistem tungku bakar. Sudah menghasilkan listrik targetnya 5 megawatt baru 1,5 megawatt. Kadang naik 2 turun lagi,” terangnya.
Hambatan terakhir menurutnya surplus sampah yang membuat kemampuan pengolahan sampah PSEL tak sebanding dengan sampah yang datang tiap hari.
Belum selesai berhadapan dengan sampah yang sudah menumpuk puluhan tahun, TPA Putri Cempo terus didatangi sampah yang sangat heterogen tanpa pemilahan sama sekali.
“Kesulitan ketiga sampah tidak pernah berkurang. Solo 340-380 ton per hari. Padahal butuh waktu membangun infrastruktur. Butuh shelter biar sampah baru di situ proses pengeringan diubah RDF siap fit stock. Sampah datang terus kejar-kejaran,” jelasnya.
Wakil Ketua MPR Dorong Revisi Perpres
Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno mendorong revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.
Hal ini terutama setelah melihat Pembangkita Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Putri Cempo di Kota Solo, Provinsi Jawa Tengah belum optimal mengolah sampah menjadi energi listrik.
“Kami sampaikan dalam waktu dekat revisi perpres akan keluar untuk menata kembali bagaimana proses penanganan sampah yang hari ini sangat akut bisa kita percepat,” ungkapnya usai meninjau PLTSa Putri Cempo, Selasa (12/8/2025).
Dalam perpres ini menurutnya perlu ada beberapa hal yang direvisi agar penanganan sampah bisa optimal.
Dengan begitu penyerapan sampah yang bisa dikelola bisa ditingkatkan mengingat timbunan sudah sangat memprihatinkan.
“Sampah bisa kita turunkan volumenya. Di daerah mencapai kadar yang sangat tinggi. TPA-TPA kita sudah 80-90 persen. Malah ada yang sudah 120 persen. Oleh karena itu ditangani,” jelasnya.
Menurutnya, revisi perpres ini sangat urgent dilakukan.
Dari 12 wilayah yang ditargetkan memiliki PLTSa, baru 2 wilayah yang berhasil dikembangkan, yakni Surabaya dan Solo.
“Kami membahas berbagai hal terkait penanganan sampah. Urgensi penanganan sampah, kondisi sampah kita yang sudah akut secara nasional dan bagaimana kita menanganinya. Kita diskusi mengenai payung hukum yang saat ini sedang proses revisi yaitu Perpres Pengelolaan Sampah,” terangnya.
Wali Kota Solo Respati Ardi mengakui penanganan sampah ini memerlukan koordinasi lintas sektor dari tingkat daerah hingga pusat.
“Beliau bawahannya Pak Menko selaku Satgas Sampah. Menawarkan bantuan untuk mengkomunikasikan dengan pihak terkait. Sampah ini tidak hanya pemerintah kota. Tapi juga kementerian dan provinsi. Harapan saya perpres menjadi solusi pengelolaannya sampai sekitar Solo Raya,” tuturnya.
Ia sepakat perpres perlu direvisi agar pengolahan sampah menjadi energi listrik dapat berjalan optimal.
Ia juga mengajak masyarakat untuk ikut mengawasi PLTSa Putri Cempo agar berjalan sesuai ekspektasi.
“Kita menunggu Perpres. Ada penyesuaian baru. Kami awasi terus kami ajak masyarakat mengawasi performa dari mitra kami,” terangnya.
Baca juga: Kejar Target, PSEL Putri Cempo Solo Tambah Incinerator, Polusi Udara dan Eksploitasi Air Membayangi
Gibran Pernah Janji Kawal
Catatan TribunSolo.com, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka pernah berjanji akan mengawal proyek ini.
Ini dia sampaikan pada Oktober 2023 lalu.
Gibran berjanji akan menyelesaikan sejumlah pekerjaan di Solo.
Salah satunya Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Putri Cempo.
Ia pun menargetkan pada 30 Oktober 2023 mendatang pembangkit listrik dapat mulai beroperasi.
"Tenang aja. Tugas saya itu kita selesaikan. Tanggal 30 (beroperasi)," ungkapnya saat ditemui di kantornya, Senin (23/10/2023).
Sertifikat Layak Operasi (SLO) telah diterbitkan.
Ia pun optimis pengoperasian sesuai target.
"Nanti segera kita lengkapi. Ditunggu aja. Udah (SLO). Tinggal kita luncurkan aja. Bisa bisa (selesai)," terangnya.
Gibran juga mengaku tetap bakal mengawal pembangunan di Kota Solo meski dirinya didapuk menjadi cawapres Prabowo Subianto.
Terutama 18 titik prioritas pembangunan yang telah dicanangkan selama kepemimpinannya.
"Aku tak ngrampungke gawean. Insyaallah lanjut terus. Saya pasti ngawal terus," tutur Gibran.
Hari pertama Gibran pasca dideklarasikan menjadi cawapres sendiri dilalui dengan memantau salah satu titik prioritas pembangunan di Kota Solo.
Pasca ngantor di Balai Kota Solo selama satu jam lamanya, Gibran kemudian mengunjungi Pembangunan Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Putri Cempo.
PLTSa Putri Cempo merupakan satu dari 18 titik prioritas pembangunan di Kota Solo.
Gibran sendiri terlihat mengenakan batik berwarna biru.
Putra sulung Presiden Jokowi itu terpantau berada di kantornya selama kurang lebih satu jam, yakni mulai pukul 07.50-08.50 WIB.
Gibran mengutarakan alasannya tidak hadir saat rapat koalisi di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (22/10/2023) malam.
"Ya karena saya harus menyelesaikan pekerjaan di Solo," jelasnya saat ditemui awak media di kantornya.
(*)
DLH Solo Akui Sarana dan Prasarana Belum Memadai untuk Pemilahan Sampah dari Hulu ke Hilir |
![]() |
---|
PSEL Putri Cempo Solo Didenda Karena Gagal Hasilkan 5 Megawatt, Operator Lobi Pemerintah Ubah MoU |
![]() |
---|
Kejar Target, PSEL Putri Cempo Solo Tambah Incinerator, Polusi Udara dan Eksploitasi Air Membayangi |
![]() |
---|
PSEL Putri Cempo Solo Baru Bisa Olah Seperlima dari Target, Tim Ahli Ungkap Tiga Kendala Utama |
![]() |
---|
6 Bulan Beroperasi, Sentra Mebel Sri Kayu Solo Belum Hasilkan Sepeserpun Transaksi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.