Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Aktivitas Gunung Merapi

Pantauan Terkini Gunung Merapi dari Pos Boyolali : 11 Kali Luncurkan Lava, Disuplai Magma dari Bawah

Luncuran lava ini dari puncak Gunung Merapi ke arah barat daya atau ke hulu Kali Krasak dan Kali Putih.

Penulis: Tri Widodo | Editor: Hanang Yuwono
Dok. Istimewa
AKTIVITAS GUNUNG MERAPI - Gunung Merapi saat mengeluarkan guguran lava sebanyak 50 kali pada Kamis (17/10/2024). Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat selama pengamatan dari pukul 06.00-12.00 terjadi 11 kali guguran lava Gunung Merapi pada Sabtu (23/8/2025). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo 

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI- Guguran lava merapi masih terus terjadi sampai saat ini.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat selama pengamatan dari pukul 06.00-12.00 terjadi 11 kali guguran lava.

Luncuran lava ini dari puncak Gunung Merapi ke arah barat daya atau ke hulu Kali Krasak dan Kali Putih.

Baca juga: 3 Rekomendasi Tempat Makan Dengan Pemandangan Indah di Boyolali, Bisa Sambil Lihat Gunung Merapi

Material yang diluncurkan paling jauh mencapai 1.800 meter dari puncak.

BPPTKG juga melaporkan hasil pemantauan visual Gunung Merapi.

Penampakan gunung terlihat jelas.

Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 50 meter di atas puncak kawah.

Baca juga: Sejarah Dodol Susu jadi Kuliner Boyolali, Kreativitas Warga Selo Olah Susu Sapi Pasca-Erupsi Merapi

Kepala  BPPTKG Yogyakarta, Agus Budi Santoso, melalui siaran tertulis BPPTKG masih mempertahankan status gunung Merapi berada di level 3.

Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas di sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km. 

Sementara, di sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km.

 Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

Baca juga: Asal-usul Bukit Argobelah di Kemalang Klaten, Dulu Sebuah Kampung Sebelum Disapu Erupsi Dahsyat

Dari data pemantauan, menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya.

Masyarakat pun diminta tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.

Masyarakat juga diminta mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran (APG) terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

"Masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi," ucap Agus kepada TribunSolo.com, Sabtu (23/8/2025).

Gunung Merapi, salah satu gunung api paling aktif di Indonesia, terus menunjukkan aktivitas vulkanik sejak memasuki fase erupsi efusif pada 4 Januari 2021.

Baca juga: Tradisi 1 Suro di Boyolali Jateng, Larungan Kepala Kerbau Puncak Merapi, Pemkab Minta Waspada Erupsi

Terletak secara administratif di Kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta) serta Kabupaten Magelang, Boyolali, dan Klaten (Jawa Tengah), Merapi saat ini terus dipantau intensif dari lima Pos Pengamatan Gunung Api (PGA).

Kelima pos tersebut berada di Pos Kaliurang (Sleman), Pos Ngepos dan Babadan (Magelang), serta Pos Jrakah dan Selo (Boyolali).

Pemantauan dilakukan secara visual dan instrumental untuk mendeteksi setiap perubahan signifikan pada aktivitas gunung.

Merapi saat ini berada dalam fase erupsi efusif bertipe “Tipe Merapi”, yang ditandai dengan pembentukan kubah lava di puncak kawah.

Erupsi tipe ini relatif tidak eksplosif, namun tetap berbahaya, terutama jika kubah lava mengalami ketidakstabilan dan runtuh. Runtuhan inilah yang kemudian memicu awan panas guguran (APG) salah satu ancaman paling mematikan dari aktivitas Merapi.

Saat ini, dua kubah lava aktif menjadi fokus pemantauan:

  • Kubah Lava Barat Daya
  • Kubah Lava Tengah Kawah

Keduanya menunjukkan pertumbuhan yang fluktuatif, yang dapat memicu longsoran lava atau awan panas sewaktu-waktu.

Kali terakhir Merapi mengalami erupsi signifikan terjadi pada Minggu malam, 25 Agustus 2024, ketika gunung ini memuntahkan lava pijar.

Peristiwa ini memperkuat status aktivitas Merapi yang masih tinggi, dan mengingatkan warga di lerengnya untuk tetap waspada.

Meskipun tidak disertai letusan eksplosif, luncuran lava pijar tersebut menunjukkan bahwa tekanan magma di dalam perut Merapi masih aktif dan berpotensi memicu erupsi lanjutan.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved