Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kisah Boimin dan Ngatini di Sambi Boyolali, Pasutri yang Menopang Hidup dari Meracik Emping Melinjo

Duduk bersebelahan, keduanya berbagi tugas yang seakan sudah tak perlu lagi diatur.  Boimin mengupas, Ngatini mencetak

Penulis: Tri Widodo | Editor: Rifatun Nadhiroh
TRIBUNSOLO.COM/Tri Widodo
PASUTRI - Boimin dan Ngatimin di Dukuh Kiringan, Desa Canden, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali meracik emping mlinjo untuk dijual. 

Suara benturan batu itu tak pernah absen setiap pagi.

Seperti jam weker alami bagi tetangga sekitar.

Tak lama, Ngatini, istri Boimin, bergabung setelah menyiapkan sarapan. 

Duduk bersebelahan, keduanya berbagi tugas yang seakan sudah tak perlu lagi diatur.

Boimin mengupas, Ngatini mencetak. Harmoni yang tak pernah pudar meski usia kian menua.

"Bikin emping ini sudah 35 tahun, sejak anak pertama saya lahir,” tutur Ngatini, matanya menerawang, seolah mengingat perjalanan panjangnya bersama emping.

Baca juga: Mengenal Wisata Edukasi Religi Qolbu Boyolali, Destinasi untuk Praktik Manasik Umroh dan Haji

Bagi mereka, emping bukan sekadar makanan ringan. 

Ia adalah penopang kehidupan. Dengan mengandalkan batu dan tungku sederhana, Ngatini membesarkan empat anaknya hingga dewasa.

Dulu, tenaga masih kuat.

Dalam sehari, ia sanggup menghasilkan enam hingga tujuh kilogram emping mentah. 

Kini, usia memaksa langkahnya melambat.

"Kalau sekarang paling dua sampai tiga kilo. Ya nggak kuat lagi,” katanya, sambil tersenyum menerima kenyataan.

Dari dua kilogram biji melinjo, hanya jadi satu kilogram emping. Untung ruginya tergantung harga. 

Kadang emping kering dihargai Rp80 ribu per kilogram, kadang melonjak sampai Rp100 ribu lebih, terutama menjelang Lebaran.

Namun bukan sekadar rupiah yang jadi kebanggaan. 

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved