Kecelakaan Maut di Sragen

Lumpur Sawah Picu Tabrak Lari Maut Sragen, KTNA Ingatkan Operator Combine Bersihkan Kotoran di Jalan

Imbauan tersebut tidak hanya ditujukan kepada operator combine, tetapi juga kepada pengguna alat pertanian lain seperti traktor.

Istimewa
TABRAK LARI - Lokasi satu keluarga, yang terdiri dari ayah, ibu, dan 2 anak mengalami kecelakaan hingga menyebabkan meninggal dunia usai menjadi korban tabrak lari di Jalan Gedongan-Pungsari, di Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen, Senin (27/10/2025) malam. Para korban tersebut diketahui menjadi korban tabrak lari, lantaran mobil pikap langsung meninggalkan lokasi kejadian. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Aktivitas mesin pemanen padi atau combine di Kabupaten Sragen tengah menjadi sorotan publik.

Hal ini menyusul kecelakaan tragis di Kecamatan Plupuh yang menewaskan empat orang, diduga akibat tumpukan lumpur dari sawah yang terbawa ke badan jalan.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Sragen, Suratno, mengimbau para operator combine agar bertanggung jawab membersihkan sisa-sisa aktivitas pertanian seperti jerami, lumpur, dan tanah yang tercecer di jalan.

"Maka harapan kita kepada para pelaku combine itu ketika sudah selesai melakukan aktivitas di sawah, kalau berjalan di jalan tolong dalam kondisi bersih, kalau nanti ada combine yang lewat jalan, dia harus berkewajiban untuk membersihkan," katanya kepada TribunSolo.com, Rabu (29/10/2025).

CEK CCTV - Polisi cek rekaman CCTV mengungkap pelaku tabrak lari di Jalan Gedongan-Pungsari, Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen, Selasa (28/10/2025). Pelaku tabrak lari di Jalan Gedongan-Pungsari, Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen akhirnya ditangkap.
CEK CCTV - Polisi cek rekaman CCTV mengungkap pelaku tabrak lari di Jalan Gedongan-Pungsari, Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen, Selasa (28/10/2025). Pelaku tabrak lari di Jalan Gedongan-Pungsari, Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen akhirnya ditangkap. (Istimewa)

Imbauan tersebut tidak hanya ditujukan kepada operator combine, tetapi juga kepada pengguna alat pertanian lain seperti traktor.

Suratno juga mengingatkan para petani untuk tidak membakar jerami di sawah, karena hal itu telah dilarang dalam peraturan.

"Ada peraturan kita dilarang untuk membakar jerami, bisa untuk dikeringkan atau diamankan biar nanti bisa jadi pupuk," ujarnya.

Ia meminta dinas terkait, termasuk Dinas Perhubungan, untuk turut mengawasi aktivitas combine yang berpotensi mencemari jalan dengan tanah dan lumpur.

"Saya berharap pemilik atau pengusaha combine bertanggung jawab membersihkan kotoran sisa, baik itu jerami, lumpur, dan tanah yang berada di jalan, karena itu sangat membahayakan bagi kita semua," jelas Suratno .

"Satu mesin combine itu ada 3 sampai 4 orang, nanti kalau di jalan, yang dua atau tiga orangnya bertugas untuk mengawasi dan membersihkan," sambungnya.

Baca juga: Terungkap, Sopir Tersangka Tabrak Lari Berujung Satu Keluarga Tewas di Sragen Tak Punya SIM

Senada dengan Suratno, Kasat Lantas Polres Sragen, Iptu Kukuh Tirto Satria Leksono, juga mengimbau agar operator combine tidak menyepelekan sisa kotoran yang jatuh ke jalan.

"Tentunya ini menjadi evaluasi bersama, agar tidak menyepelekan hal sekecil apapun, sehingga ketika ada limbah apapun itu, entah lumpur, entah hasil panennya untuk dikembalikan," kata Kukuh.

Kukuh juga mengingatkan agar petani tidak membakar sampah di pinggir jalan, karena dapat membahayakan pohon-pohon kering yang berpotensi roboh.

"Dan kami mengimbau kepada para petani untuk tidak membakar sampah di pinggiran jalan, yang itu bisa membahayakan pohon-pohon mati, kering, sehingga berpotensi roboh di jalan," pungkasnya.
 
(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved