Sejarah Kuliner Legendaris

Mengenal Bistik Galantin, Kuliner Favorit Pakubuwono XIII, Hidangan Perpaduan Eropa-Jawa

Bistik, atau beef steak dalam tradisi Barat, telah lama menjejak di Indonesia sejak masa kolonial Belanda.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
KOMPAS/SARIE FEBRIANE
KULINER LEGENDARIS SOLO - Bistik galantin dari Restoran Kusuma Sari merupakan salah satu wujud bistik klasik yang telah lama dikenal kalangan keraton Jawa. Inilah sejarah bistik galantin yang merupakan kuliner favorit Pakubuwono XIII. (KOMPAS/SARIE FEBRIANE) 
Ringkasan Berita:
  • Sinuhun Pakubuwono XIII, Raja Keraton Kasunanan Surakarta, wafat pada Minggu (2/11/2025) dan dikenal sebagai penjaga budaya Jawa.
  • Semasa hidupnya, mendiang memiliki makanan favorit bernama bistik galantin, hidangan akulturasi Jawa-Belanda yang dahulu disajikan untuk tamu kerajaan.
  • Bistik galantin berasal dari bistik Barat, dimodifikasi dengan bumbu lokal seperti kecap manis, merica, dan pala, kini menjadi kuliner khas Solo yang merakyat.

 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Kabar duka menyelimuti Keraton Kasunanan Surakarta.

Sebab, Sang Raja, Sinuhun Pakubuwono XIII meninggal dunia pada Minggu (2/11/2025) pagi.

Semasa hidupnya, Pakubuwono XIII adalah sosok yang nguri-nguri budaya Jawa, khususnya mataram.

Baca juga: Asal-usul Candi Sewu di Klaten : Jumlahnya Tak Sampai Seribu, Bukti Kejayaan Peradaban Mataram Kuno

Soal makanan favorit mendiang, konon Pakubuwono XIII punya hidangan favorit yakni bistik galantin.

Fakta itu pernah disampaikan oleh Pengageng Kerja Sama Dalam dan Luar Negeri, R. Ay. Febri Dipokusumo pada Senin (4/7/2022) sore jelang event Welcome Dinner G20.

Makanan satu ini juga adalah kuliner khas Belanda zaman dulu.

Biasanya, bistik dihidangkan untuk menyambut tamu kerajaan.

Sejarah Bistik Galantin

Bistik, atau beef steak dalam tradisi Barat, telah lama menjejak di Indonesia sejak masa kolonial Belanda.

Awalnya hanya dinikmati kalangan elite, kini bistik telah menjelma menjadi hidangan yang akrab di lidah masyarakat, terutama di Jawa.

Cita rasa daging sapi dengan bumbu rempah lokal menjadikan bistik sebagai contoh akulturasi kuliner yang unik antara Barat dan Timur.

Baca juga: Sejarah Pasar Klithikan Notoharjo Solo, Dari Lokalisasi Silir hingga Jadi Pusat Barang Bekas Populer

Tak kalah menarik, ada pula bistik galantin, turunan bistik bergaya Jawa yang populer di Solo dan Jakarta.

Galantin dibuat dari daging sapi cincang yang diadoni dengan tepung roti dan telur, dikukus lalu digoreng dengan sedikit margarin.

Hidangan ini disajikan bersama kentang, kacang polong, wortel, telur rebus, dan siraman saus manis gurih khas Jawa.

Bistik galantin dahulu merupakan sajian istimewa di istana Kasunanan Solo pada masa kolonial Belanda.

Kini, makanan yang dulu berkesan elitis itu telah menjadi hidangan yang lebih terjangkau, tanpa kehilangan keanggunan rasa dan tampilannya.

Secara historis, bistik berasal dari kata biefstuk (Belanda) atau beefsteak (Inggris).

Namun di tangan masyarakat Jawa, makanan ini dimodifikasi dengan sentuhan lokal: daging digoreng, diberi kecap manis, merica, dan pala.

Hasilnya adalah bistik Jawa yang lembut, manis-gurih, dan kaya aroma rempah.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved