Sejarah Kuliner Legendaris
Geger Isu Bakso Non-halal di Solo, Ini Sejarah Kuliner Bakso yang Disempurnakan Perantau Wonogiri
Bahkan Kabupaten Wonogiri dikenal sebagai kawasan penghasil bakso enak yang sudah melalangbuana hingga penjuru nusantara.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Ringkasan Berita:
- Warung Bakso Remaja Gading di Solo sempat diisukan menggunakan bahan non-halal, namun isu tersebut dipastikan tidak benar.
- Bakso berasal dari kuliner Tionghoa dengan nama “Bak-So”, yang berarti daging babi cincang, lalu bertransformasi menjadi hidangan halal berbahan sapi di Indonesia.
- Wonogiri dikenal sebagai pusat penjual bakso terkenal; kuahnya bening, rasanya gurih, dan kini telah tersebar ke seluruh Nusantara.
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Beberapa waktu ini, kuliner bakso sedang jadi omongan.
Hal itu lantaran Warung Bakso Remaja Gading yang berlokasi di Jalan Veteran, Kelurahan Joyosuran, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, sempat diisukan penggunaan bahan baku non-halal dalam produk dagangannya.
Namun isu tersebut ternyata tak terbukti, sebab Warung Bakso Remaja Gading dipastikan halal.
Baca juga: Sejarah Kolak Pisang, Kuliner Khas Ramadhan yang Legendaris di Solo, Ternyata Dikenalkan Wali Songo
Terlepas dari isu soal soal bakso non halal, kuliner satu ini cukup populer di Solo Raya, Jawa Tengah.
Bahkan Kabupaten Wonogiri dikenal sebagai kawasan penghasil bakso enak yang sudah melalangbuana hingga penjuru nusantara.
Lantas bagaimana sejarah bakso sendiri hingga jadi populer di Solo Raya? Simak ulasan TribunSolo.com di bawah:
Sejarah Bakso
Secara historis, bakso memiliki akar kuat dalam kuliner Tionghoa. Kata “bakso” berasal dari bahasa Hokkien Bak-So (肉酥), yang secara harfiah berarti “daging babi cincang”.
Dalam tradisi Tionghoa, bola daging dibuat dari daging babi yang digiling halus lalu dibentuk bulat dan direbus dalam kuah bening.
Baca juga: Sejarah Huzarensla, Kuliner Perpaduan Belanda-Jawa yang jadi Favorit Putri Mangkunegaran Solo
Namun, ketika masakan ini diadaptasi di Indonesia, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, bahan dasar bakso mengalami transformasi. Daging babi diganti dengan daging sapi, ayam, ikan, udang, hingga kambing.
Adaptasi ini menunjukkan kemampuan kuliner Indonesia dalam mengolah dan menyesuaikan pengaruh asing menjadi sesuatu yang khas dan diterima luas.
Seiring waktu, istilah bakso tidak lagi identik dengan daging babi, melainkan menjadi istilah umum untuk bola daging kenyal yang disajikan dalam kuah kaldu gurih.
Komposisi dan Cara Penyajian
Bakso umumnya terbuat dari campuran daging sapi giling dan tepung tapioka.
Campuran ini diolah hingga membentuk tekstur kenyal dan padat yang menjadi ciri khasnya.
Dalam penyajiannya, bakso disajikan panas bersama kuah kaldu bening yang gurih, ditambah pelengkap seperti mi kuning, bihun, tahu, tauge, dan taburan bawang goreng serta daun seledri.
| Mengenal Bistik Galantin, Kuliner Favorit Pakubuwono XIII, Hidangan Perpaduan Eropa-Jawa |
|
|---|
| Sejarah Kolak Pisang, Kuliner Khas Ramadhan yang Legendaris di Solo, Ternyata Dikenalkan Wali Songo |
|
|---|
| Sejarah Huzarensla, Kuliner Perpaduan Belanda-Jawa yang jadi Favorit Putri Mangkunegaran Solo |
|
|---|
| Sejarah Garang Asem, Kuliner Legendaris Solo yang jadi Salah Satu Menu Favorit Mangkunegara VI |
|
|---|
| Sejarah Opor Ayam Khas Solo: Konon Merupakan Kuliner Akulturasi India, Jawa, dan Arab |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.