Raja Keraton Solo Meninggal Dunia
TNI-Polri Jaga Ketat Loji Gandrung, Kawal Transit Jenazah Raja Keraton Solo PB XIII Menuju Imogiri
Pantauan TribunSolo.com, sejak pukul 07.45 WIB, area Loji Gandrung dijaga ketat oleh aparat gabungan dari Polri, TNI, dan Satpol PP.
Penulis: Andreas Chris Febrianto | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Kereta utama, yang membawa peti jenazah, ditarik oleh delapan ekor kuda.
Sementara di belakangnya, tiga kereta lain menyusul, membawa berbagai pernak-pernik, ampilan, serta udik-udik yang merupakan simbol persembahan dan kemurahan hati sang raja kepada rakyat.
Udik-udik itu nantinya akan disebar sepanjang perjalanan menuju peristirahatan terakhir Sinuhun sebagai bentuk berkah bagi masyarakat yang menyaksikan.
Baca juga: MAKNA Rute Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII, Ada Alasan Dilakukan dari Belakang, Bukan dari Depan
“Masih ada brobosan di sebelah selatan tempat disemayamkan. Ke Magangan dipindah ke kereta jenazah. Bersama iring-iringan 3 kereta yang lain termasuk prajurit dan seterusnya kelengkapan upacara berjalan ke selatan. Sitinggil selatan ada gamelan upacara dibunyikan. Jalan tengah alun-alun sampai perempatan gading ke barat. Perempatan Gemblegan ke utara, Slamet Riyadi ke kiri sampai Loji Gandrung masuk untuk dipindahkan ke mobil jenazah,” jelas KPH Eddy Wirabhumi, salah satu kerabat Keraton.
Prosesi diawali dari Sasana Parasdya, tempat jenazah disemayamkan.
Sekitar pukul 07.41 WIB, lantunan surat Al-Fatihah menggema, diikuti prosesi brobosan sebelum peti jenazah diusung menuju Bangsal Magangan untuk dipindahkan ke kereta.
Sejumlah senopati lampah tampak mengenakan kain mori putih sebagai tanda duka.
Baca juga: TANDA Berduka atas Wafatnya Raja Keraton Solo PB XIII, Senopati Lampah Kenakan Kain Mori Putih
KPH Eddy menuturkan, seluruh tata prosesi dan arah perjalanan jenazah memiliki makna filosofis mendalam.
Rute pemberangkatan yang dimulai dari Magangan menuju Alun-Alun Selatan melambangkan peralihan dari dunia fana menuju alam keabadian.
“Alun-alun ini konsepnya awang-uwung. Masuk ke alam sana. Makanya kalau meninggal ke sana. Meletakkan kereta di alun-alun yang kanan kereta jenazah yang kiri kereta wisata. Meninggalkan duniawi menuju sang khalik,” terangnya.
Setiap bagian dari Keraton, menurut Eddy, memang mencerminkan siklus kehidupan manusia — dari kelahiran hingga kematian.
“Kalau dulu kita mengajarkan kepada masyarakat depan itu tempat untuk belajar kebudayaan keraton. Kalau kita kembali ke falsafah yang disampaikan PB X keraton jangan hanya dilihat wujud fisiknya. Tapi juga makna sinandinya. Mengajarkan kehidupan manusia sejak dilahirkan sampai meninggal,” tambahnya.
Rombongan kereta jenazah Sinuhun nantinya melintasi rute penuh makna: dari Magangan ke Alun-Alun Kidul, lalu ke barat melewati Perempatan Gading, terus ke utara menuju Gemblegan, dan berakhir di Loji Gandrung sebelum diberangkatkan ke pemakaman Imogiri.
| Jelang Pemakaman PB XIII, Karangan Bunga Penuhi Pintu Masuk Makam Imogiri |
|
|---|
| Kisah Firsa, Siswi yang Jadi Pagar Betis Jelang Pemakaman Raja Solo, Awali Hari dengan Sarapan Roti |
|
|---|
| 3 KERETA Iringi Kereta Kencana Pembawa Jenazah Raja Keraton Solo PB XIII, Bawa Ampilan dan Udik-udik |
|
|---|
| Suasana Makam Imogiri Jelang Pemakaman Raja Solo PB XIII Pagi Ini: Masih Lengang |
|
|---|
| 300 Siswa SMKN 3 Solo Jadi Pagar Betis di Alun-Alun Kidul, Kawal Kereta Jenazah Sang Raja PB XIII |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.