Raja Keraton Solo Meninggal Dunia

Cerita Mbah Boyo, Rela Kayuh Sepeda Pagi Buta ke Alun-alun Kidul Solo Demi Lihat Pakubuwono XIII

Dengan semangat tinggi, ia mengayuh sepeda onthel sejauh lebih dari dua kilometer demi menyaksikan momen bersejarah itu.

|
TribunSolo.com/Mardon Widiyanto
DEMI LIHAT RAJA - Sri Suryati alias mbah Boyo (68), warga Tanjung Anom, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo mengayuh sepedannya ke Alun-alun Kidul Keraton Solo sedari pagi buta, Rabu (5/11/2025). Mbah Boyo mengaku hanya ingin melihat iringan kereta kencana pembawa jenazah Pakubuwono XIII menuju Loji Gandrung, 

Prosesi diawali dari Sasana Parasdya, tempat jenazah disemayamkan.

Sekitar pukul 07.41 WIB, lantunan surat Al-Fatihah menggema, diikuti prosesi brobosan sebelum peti jenazah diusung menuju Bangsal Magangan untuk dipindahkan ke kereta.

Sejumlah senopati lampah tampak mengenakan kain mori putih sebagai tanda duka.

Baca juga: TANDA Berduka atas Wafatnya Raja Keraton Solo PB XIII, Senopati Lampah Kenakan Kain Mori Putih

KPH Eddy menuturkan, seluruh tata prosesi dan arah perjalanan jenazah memiliki makna filosofis mendalam.

Rute pemberangkatan yang dimulai dari Magangan menuju Alun-Alun Selatan melambangkan peralihan dari dunia fana menuju alam keabadian.

“Alun-alun ini konsepnya awang-uwung. Masuk ke alam sana. Makanya kalau meninggal ke sana. Meletakkan kereta di alun-alun yang kanan kereta jenazah yang kiri kereta wisata. Meninggalkan duniawi menuju sang khalik,” terangnya.

Setiap bagian dari Keraton, menurut Eddy, memang mencerminkan siklus kehidupan manusia — dari kelahiran hingga kematian.

“Kalau dulu kita mengajarkan kepada masyarakat depan itu tempat untuk belajar kebudayaan keraton. Kalau kita kembali ke falsafah yang disampaikan PB X keraton jangan hanya dilihat wujud fisiknya. Tapi juga makna sinandinya. Mengajarkan kehidupan manusia sejak dilahirkan sampai meninggal,” tambahnya.

Rombongan kereta jenazah Sinuhun nantinya melintasi rute penuh makna: dari Magangan ke Alun-Alun Kidul, lalu ke barat melewati Perempatan Gading, terus ke utara menuju Gemblegan, dan berakhir di Loji Gandrung sebelum diberangkatkan ke pemakaman Imogiri.

 

 

 

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved