Sejarah Kuliner Legendaris

Sejarah Utri Singkong, Jajanan Legendaris Solo yang Sudah Ada Sejak Abad ke-18

Salah satu kuliner tradisional Solo yang masih bertahan di tengah derasnya arus modernisasi, adalah lemet atau utri singkong.

|
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Sajian Sedap
JAJANAN LEGENDARIS SOLO - Utri atau lemet singkong, jajanan legendaris di Solo, Jawa Tengah. Begini sejarah kuliner satu ini. 

Ringkasan Berita:
  • Lemet atau utri singkong adalah jajanan tradisional Jawa berbahan singkong, gula merah, dan kelapa yang telah dikenal sejak abad ke-18, tercatat dalam Serat Centini.
  • Asalnya dari Jawa Tengah dan sekitarnya, lemet mencerminkan kreativitas masyarakat memanfaatkan singkong, tanaman yang dibawa Portugis pada abad ke-16, sebagai pangan alternatif di masa sulit.
  • Maknanya lebih dari sekadar camilan; utri kini menjadi simbol kehangatan, kesederhanaan, dan keharmonisan dalam budaya Jawa du Solo.

 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Kota Solo, Jawa Tengah, dikenal sebagai surganya kuliner tradisional.

Salah satu kuliner tradisional Solo yang masih bertahan di tengah derasnya arus modernisasi, adalah lemet atau utri singkong.

Kudapan sederhana berbahan dasar singkong parut, gula merah, dan kelapa ini telah hadir sejak abad ke-18 dan masih bertahan hingga kini sebagai bagian dari identitas kuliner Nusantara.

Baca juga: Geger Isu Bakso Non-halal di Solo, Ini Sejarah Kuliner Bakso yang Disempurnakan Perantau Wonogiri

Asal-usul dan Sejarah Panjang Utri

Lemet yang juga dikenal dengan sebutan utri atau ketimus merupakan jajanan khas Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Catatan tertua mengenai kudapan ini dapat ditemukan dalam Serat Centini, naskah klasik yang disusun pada abad ke-18, menandakan bahwa keberadaannya telah dikenal luas di kalangan masyarakat Jawa sejak masa lampau.

Bahan utamanya, singkong, baru dikenal di Nusantara pada abad ke-16 ketika bangsa Portugis memperkenalkannya di wilayah Maluku.

Sekitar tahun 1810, tanaman ini mulai dibudidayakan secara komersial di Hindia Belanda.

Baca juga: Sejarah Kolak Pisang, Kuliner Khas Ramadhan yang Legendaris di Solo, Ternyata Dikenalkan Wali Songo

Dari situlah singkong menjadi sumber pangan penting, terutama pada masa-masa sulit seperti zaman pendudukan Jepang, ketika beras langka dan masyarakat beralih pada bahan pangan alternatif seperti ketela pohon.

Dalam perjalanan sejarahnya, lemet menjadi lambang kreativitas masyarakat Jawa dalam memanfaatkan hasil bumi lokal. Kue ini memadukan parutan singkong dengan gula jawa dan kelapa parut, kemudian dibungkus daun pisang dan dikukus hingga matang, menghasilkan aroma harum dan rasa manis legit yang khas.

Keunikan dan Ciri Khas

Secara bentuk, lemet atau utri memiliki tampilan ramping dan panjang seperti lontong, dibungkus rapat menggunakan daun pisang yang menambah aroma wangi alami.

Teksturnya kenyal, lembut, dan sedikit lengket dengan cita rasa manis legit dari gula jawa.

Kelapa parut di dalam adonan menambah lapisan rasa gurih yang berpadu sempurna dengan singkong dan gula merah.

Baca juga: Sejarah Opor Ayam Khas Solo: Konon Merupakan Kuliner Akulturasi India, Jawa, dan Arab

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved