Fakta Menarik Tentang Solo
Kenapa Orang Solo Suka Minum Teh? Ternyata Sudah jadi Tradisi Sejak Abad ke-18, Dulu Sajian Istana
Berkat tradisi ini, teh Solo sempat viral karena rasanya yang enak dan beda dari teh-teh daerah lain.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Sejarawan Solo, Heri Priyatmoko, mencatat bahwa teh mulai dibudidayakan secara besar-besaran di tanah Jawa pada masa kolonial Belanda.
Tahun 1833, Inspektur Budi Daya Teh di Hindia Belanda, Jacobson, mendatangkan biji teh dari Tiongkok untuk ditanam di 14 titik di Jawa.
Salah satu wilayah yang menjadi pusat budidaya adalah sekitar Surakarta dan Boyolali.
Budaya teh mencapai masa kejayaan pada era Paku Buwono X (1893–1939).
Sang raja bahkan mendirikan pabrik teh bernama Madusita di Ngampel, Boyolali.
Pabrik tersebut memproduksi teh berkualitas tinggi yang diekspor hingga ke Eropa.
Dalam naskah Serat Biwadha Nata, disebutkan bahwa pabrik teh ini merupakan kebanggaan Kasunanan Surakarta.
Keberadaan pabrik Madusita membawa dampak ekonomi yang besar bagi warga sekitar.
Masyarakat lokal bekerja sebagai pengangkut daun teh hijau, penjaga tungku kayu bakar, hingga pekerja pengemasan teh kering.
Teh tidak hanya menjadi komoditas, tetapi juga sumber kehidupan bagi banyak keluarga di lereng Merapi dan Merbabu.
Baca juga: Kenapa Kebanyakan Selat Solo Disajikan dalam Kondisi Dingin? Ternyata Begini Sejarahnya
Gaya Hidup Kaum Bangsawan dan Elite Kolonial
Pada masa itu, minum teh juga menjadi simbol status sosial.
Kaum bangsawan Jawa meniru gaya hidup orang Belanda yang gemar minum teh sambil bersantai.
Namun berbeda dengan di negeri asalnya, di Hindia Belanda tradisi ini justru berkembang lebih kuat.
Keluarga bangsawan seperti Kartini dan Sosroningrat dikenal memiliki kebiasaan minum teh di sore hari.
Mereka menyesap teh dari cangkir porselen halus dengan tata cara yang sopan, tidak boleh menyeruput dengan suara, dan disajikan dengan kue kecil sebagai pendamping.
| Kenapa Pria Solo Simpan Keris di Belakang saat Pakai Baju Adat? Ternyata Ini Alasan dan Maknanya |
|
|---|
| Asal-usul Monumen Setya Bhakti di Sriwedari, Berisi Makam 23 Pejuang Solo yang Berani Lawan Belanda |
|
|---|
| Asal-usul Kampung Gandekan di Solo : Nama Diambil dari Abdi Dalem, Dulu Pelabuhan Kuno yang Sibuk |
|
|---|
| Asal-usul Gapura Gading Selatan Keraton Solo: Dipugar PB X, Jalur Sakral yang Dilalui Mendiang Raja |
|
|---|
| Cara Masuk Sakalasastra Perpustakaan BI Bank Indonesia Solo, Gratis Masuk dan Gratis Parkir |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/solo/foto/bank/originals/sejarah-Teh-Ndoro-Donker-yang-legendaris-di-Karanganyar.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.