Fakta Menarik Tentang Solo
Kenapa Orang Solo Suka Minum Teh? Ternyata Sudah jadi Tradisi Sejak Abad ke-18, Dulu Sajian Istana
Berkat tradisi ini, teh Solo sempat viral karena rasanya yang enak dan beda dari teh-teh daerah lain.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Tradisi ini bahkan menjadi bagian dari etiket kerajaan.
Pada tanggal 2 Juli 1901, ketika Raja Siam (Thailand) berkunjung ke Mangkunegaran dan Kasunanan Surakarta, teh disajikan sebagai bagian dari jamuan agung.
Pihak istana memperlihatkan kemegahan dan kesantunan mereka melalui upacara minum teh yang elegan.
Selain itu, perlengkapan teh seperti poci, teko, dan cangkir dari perak atau emas menjadi simbol kemewahan dan kebangsawanan.
Semakin indah peralatan tehnya, semakin tinggi status sosial pemiliknya.
Dari Istana ke Angkringan: Teh Menjadi Milik Rakyat
Seiring perubahan zaman, teh tak lagi menjadi minuman kaum elite.
Tradisi ngeteh meluas dan menjadi kebiasaan masyarakat dari berbagai lapisan.
Di Solo, hampir setiap rumah memiliki stok teh kering di dapur. Menyuguhkan teh kepada tamu sudah menjadi etika sosial yang tak tertulis.
Dalam pandangan masyarakat, menyambut tamu tanpa teh dianggap kurang sopan.
Air putih dinilai terlalu sederhana, sedangkan teh melambangkan penghargaan dan keramahan.
Karena itu, di mana pun seseorang bertamu di Solo, hampir pasti akan disuguhi secangkir teh hangat.
Kini, teh bukan hanya hadir di ruang tamu, tetapi juga di warung kaki lima, angkringan, dan kafe modern.
Di sepanjang jalan-jalan Solo, para penjual es teh plastikan berjejer hampir setiap lima hingga sepuluh meter.
Es teh menjadi minuman rakyat yang merakyat menyegarkan, murah, dan selalu tersedia.
Beberapa warga bahkan memiliki kebiasaan unik, seperti hanya minum es teh dalam wadah plastik karena porsinya lebih banyak, atau selalu memilih “teh adem”. teh suhu ruang yang tidak terlalu panas dan tidak dingin.
Kebiasaan-kebiasaan kecil ini menunjukkan bagaimana teh bukan sekadar minuman, melainkan bagian dari gaya hidup sehari-hari.
(*)
| Kenapa Pria Solo Simpan Keris di Belakang saat Pakai Baju Adat? Ternyata Ini Alasan dan Maknanya |
|
|---|
| Asal-usul Monumen Setya Bhakti di Sriwedari, Berisi Makam 23 Pejuang Solo yang Berani Lawan Belanda |
|
|---|
| Asal-usul Kampung Gandekan di Solo : Nama Diambil dari Abdi Dalem, Dulu Pelabuhan Kuno yang Sibuk |
|
|---|
| Asal-usul Gapura Gading Selatan Keraton Solo: Dipugar PB X, Jalur Sakral yang Dilalui Mendiang Raja |
|
|---|
| Cara Masuk Sakalasastra Perpustakaan BI Bank Indonesia Solo, Gratis Masuk dan Gratis Parkir |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/solo/foto/bank/originals/sejarah-Teh-Ndoro-Donker-yang-legendaris-di-Karanganyar.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.