Jumenengan Keraton Solo
Pakubuwono XIV Purboyo Gelar Jumenengan di Masa Berkabung, Tedjowulan: Silakan Diartikan Sendiri
Maha Menteri KG Panembahan Agung Tedjowulan melalui juru bicaranya Kanjeng Pakoenagoro meminta publik menilai sendiri tindakan ini.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hanang Yuwono
Menurutnya, hampir semua raja-raja terdahulu menggelar jumenengan dalam masa berkabung.
Adapun jumenengan yang digelar Pakubuwono XIII justru yang terlama dalam sejarah setelah Pakubuwono XII wafat. Selebihnya hanya berselang beberapa hari saja.
“Kenaikan tahta itu terlama Pakubuwono XIII. Berdasarkan Pustaka Sri Radya Laksana selang waktu jumenengan nata setelah mangkatnya susuhunan PB II ke PB III berselang waktu 6 hari setelah PB II wafat. Di PB III ke PB IV berselang 3 hari. IV ke V berselang 9 hari. Kemudian PB V ke VI 10 hari. PB VI ke VII 4 hari. PB VII ke VIII 7 hari. VIII ke IX 2 hari. IX ke X 13 hari. X ke XI 64 hari. Berikrar di depan jenazah baru jumenengan 64 hari. XI ke XII 10 hari. Terlama Pakubuwono XIII 101 hari. Sudah lewat masa berkabung makanya ada bedhaya ketawang,” ungkapnya.
Apa Itu Jumenengan?
Dalam tradisi Keraton Surakarta, Jumenengan berasal dari kata dumeneng yang berarti “berdiri” atau “naik takhta.”
Prosesi ini tidak sekadar seremoni politik, melainkan upacara agung yang menandai penobatan raja sebagai pemimpin tertinggi yang mengemban amanat menjaga kehidupan masyarakat, adat, serta keseimbangan alam.
Ritual lengkapnya disebut Jumenengan Dalem Nata Binayangkare, sebuah prosesi yang sarat makna spiritual dan simbolik.
Dikutip dari Kompas.tv, tradisi ini memosisikan seorang raja sebagai wakil Tuhan di bumi, sosok yang wajib menjaga harmoni antara manusia, alam semesta, dan Sang Pencipta.
Karena itu, Keraton Surakarta tetap mempertahankan tata cara adat yang ketat dalam pelaksanaan Jumenengan.
Rangkaian upacara umumnya meliputi wilujengan, pembacaan sabda raja, hingga penobatan resmi yang disaksikan keluarga keraton dan tamu kehormatan.
Baca juga: Suksesi Keraton Solo Makin Panas, Adik PB XIII Benowo Tegaskan Putra Tertua Tidak Otomatis Jadi Raja
Berbagai kesenian tradisional seperti gamelan, tari bedhaya, dan puspa warsa turut mengiringi prosesi, memperkuat nuansa sakral yang telah diwariskan turun-temurun.
Sebelum rangkaian Jumenengan digelar, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA) Hamengkunegoro atau Gusti Purboyo telah mendeklarasikan dirinya sebagai Pakubuwono XIV.
Pengumuman itu disampaikan menjelang pemberangkatan jenazah PB XIII ke Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri pada Rabu (5/11/2025).
Dalam pernyataannya, ia menyampaikan:
“Atas perintah dan titah Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, saya, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamangkunegoro, pada hari ini, Rabu Legi, 14 Jumadilawal Tahun Dal 1959 atau 5 November 2025, naik takhta menjadi Raja Keraton Surakarta Hadiningrat dengan gelar Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono XIV.”
Artinya, proses pergantian takhta Keraton Kasunanan Solo, Jawa Tengah, kembali memanas.
Gusti Purboyo
PB XIV
Pakubuwono XIV
Tedjowulan
Keraton Kasunanan Surakarta
GKR Timoer Rumbai
Multiangle
Solo
| Surat Wasiat Mendiang PB XIII Dipertanyakan Mangkubumi, GKR Timoer Rumbai : Seharusnya Dia Bijaksana |
|
|---|
| Pasca Jumenengan Pakubuwono XIV, Struktur dan Pejabat Keraton Solo Bakal Berganti, Ini Bocorannya! |
|
|---|
| Pengakuan Benowo soal Drama Keraton Solo : Hangabehi Tiba-tiba Nobatkan Diri, Banyak Saudara Kaget |
|
|---|
| Benowo Tolak Mentah-mentah Tedjowulan Klaim Raja Ad Interim Keraton Solo Berdasarkan Surat Mendagri |
|
|---|
| Detik-detik Warga Serbu Bunga Kereta Kencana Usai Kirab Jumenengan PB XIV di Solo, Sampai Berebut! |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/solo/foto/bank/originals/Sinuhun-Pakubuwono-XIV-Purboyo-tetap-menggelar-jumenengan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.