Breaking News

Jumenengan Keraton Solo

Pakubuwono XIV Purboyo Gelar Jumenengan di Masa Berkabung, Tedjowulan: Silakan Diartikan Sendiri

Maha Menteri KG Panembahan Agung Tedjowulan melalui juru bicaranya Kanjeng Pakoenagoro meminta publik menilai sendiri tindakan ini.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM/AHMAD SYARIFUDIN
JUMENENGAN PB XIV - Sinuhun Pakubuwono XIV Purboyo tetap menggelar jumenengan atau upacara kenaikan tahta meski masih dalam masa berkabung mendiang Pakubuwono XIII, Sabtu (15/11/2025) kemarin. Maha Menteri KG Panembahan Agung Tedjowulan melalui juru bicaranya Kanjeng Pakoenagoro meminta publik menilai sendiri tindakan ini. 

Menurutnya, hampir semua raja-raja terdahulu menggelar jumenengan dalam masa berkabung.

Adapun jumenengan yang digelar Pakubuwono XIII justru yang terlama dalam sejarah setelah Pakubuwono XII wafat. Selebihnya hanya berselang beberapa hari saja.

“Kenaikan tahta itu terlama Pakubuwono XIII. Berdasarkan Pustaka Sri Radya Laksana selang waktu jumenengan nata setelah mangkatnya susuhunan PB II ke PB III berselang waktu 6 hari setelah PB II wafat. Di PB III ke PB IV berselang 3 hari. IV ke V berselang 9 hari. Kemudian PB V ke VI 10 hari. PB VI ke VII 4 hari. PB VII ke VIII 7 hari. VIII ke IX 2 hari. IX ke X 13 hari. X ke XI 64 hari. Berikrar di depan jenazah baru jumenengan 64 hari. XI ke XII 10 hari. Terlama Pakubuwono XIII 101 hari. Sudah lewat masa berkabung makanya ada bedhaya ketawang,” ungkapnya.

Apa Itu Jumenengan?

Dalam tradisi Keraton Surakarta, Jumenengan berasal dari kata dumeneng yang berarti “berdiri” atau “naik takhta.”

Prosesi ini tidak sekadar seremoni politik, melainkan upacara agung yang menandai penobatan raja sebagai pemimpin tertinggi yang mengemban amanat menjaga kehidupan masyarakat, adat, serta keseimbangan alam.

Ritual lengkapnya disebut Jumenengan Dalem Nata Binayangkare, sebuah prosesi yang sarat makna spiritual dan simbolik.

SANG RAJA - Sosok raja Keraton Kasunanan Solo yang baru, SISKS Pakubuwono (PB) XIV Hamengkunegoro. Ia pertama kalinya menampakkan diri usai ditasbihkan sebagai penguasa Keraton Solo, Sabtu (15/11/2025).
SANG RAJA - Sosok raja Keraton Kasunanan Solo yang baru, SISKS Pakubuwono (PB) XIV Hamengkunegoro. Ia pertama kalinya menampakkan diri usai ditasbihkan sebagai penguasa Keraton Solo, Sabtu (15/11/2025). (TRIBUNSOLO.COM/Andreas Chris)

Dikutip dari Kompas.tv, tradisi ini memosisikan seorang raja sebagai wakil Tuhan di bumi, sosok yang wajib menjaga harmoni antara manusia, alam semesta, dan Sang Pencipta.

Karena itu, Keraton Surakarta tetap mempertahankan tata cara adat yang ketat dalam pelaksanaan Jumenengan.

Rangkaian upacara umumnya meliputi wilujengan, pembacaan sabda raja, hingga penobatan resmi yang disaksikan keluarga keraton dan tamu kehormatan.

Baca juga: Suksesi Keraton Solo Makin Panas, Adik PB XIII Benowo Tegaskan Putra Tertua Tidak Otomatis Jadi Raja

Berbagai kesenian tradisional seperti gamelan, tari bedhaya, dan puspa warsa turut mengiringi prosesi, memperkuat nuansa sakral yang telah diwariskan turun-temurun.

Sebelum rangkaian Jumenengan digelar, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA) Hamengkunegoro atau Gusti Purboyo telah mendeklarasikan dirinya sebagai Pakubuwono XIV.

Pengumuman itu disampaikan menjelang pemberangkatan jenazah PB XIII ke Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri pada Rabu (5/11/2025).

Dalam pernyataannya, ia menyampaikan:

“Atas perintah dan titah Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, saya, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamangkunegoro, pada hari ini, Rabu Legi, 14 Jumadilawal Tahun Dal 1959 atau 5 November 2025, naik takhta menjadi Raja Keraton Surakarta Hadiningrat dengan gelar Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono XIV.”

Artinya, proses pergantian takhta Keraton Kasunanan Solo, Jawa Tengah, kembali memanas.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved