Pemulung Tambal Jalan di Sukoharjo
Mulyadi Ternyata Ngefans Berat Habib Syech: Rela Tempuh 3 Jam Pakai Sepeda Tua Datang ke Pengajian
"Biasanya saya berangkat jam 6 dari rumah, sampai sana hampir jam 9," katanya saat ditemui TribunSolo.com, Senin (23/11/2020).
Penulis: Ilham Oktafian | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ilham Oktafian
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Habib Syech Bin Abdul Qadir Assegaf atau yang akrab disapa Habib Syech adalah sosok yang begitu disukai Mulyadi (45).
Ya, pemulung yang menambal jalan dengan uang pribadinya itu sangat kagum dengan Habib Syech.
Sangking gandrungnya, Mulyani tak pernah absen mendatangi pengajian Habib Syech di Pondok Pesantrennya di Semanggi, Pasar Kliwon Solo.
Baca juga: Ada Pegawai Positif Corona, Pemkab Karanganyar Tetap Buka Pelayanan: Kantornya Disemprot Disinfektan
Baca juga: Debat Publik Pilkada Wonogiri Bakal Diamankan Dua Polres Sekaligus: Simpatisan Diminta Tak Hadir
Bahkan, ia menempuh perjalanan dari Mayang, Gatak, Sukoharjo menggunakan sepeda tuanya.
Waktu tempuh pun tak sedikit, sekurang kurangnya 3 jam dibutuhkan Mulyadi untuk menyusuri jalan menuju kediaman Habib Syech.
"Biasanya saya berangkat jam 6 dari rumah, sampai sana hampir jam 9," katanya saat ditemui TribunSolo.com, Senin (23/11/2020).
Sejatinya, Mulyani mempunyai sepeda motor yang baru saja lunas dari kreditnya.
Kendati demikian, ia tak berani mengendari lantaran motor jenis matic itu tak terpasang perlengkapan berkendara yang memadai.
"Kalau pakai motor ini takut ditangkap polisi," ungkapnya.
Dia mengikuti pengajian rutin setiap Rabu malam bukan tanpa sebab.
Ia mengaku ingin menjalani hidup tenang dengan kesederhanannya, dengan penghasilan seadanya namun tetap rutin menambal jalan.
"Kalau tidak ikut pengajian hidup saya sengsara, sekarang godaan banyak, kalau ikut pengajian jadi ada perasaan takut mencuri," paparnya.
Mulyadi pun sedih, lantaran keadaan pandemi covid-19 saat ini yang memaksanya tak bisa mengikuti pengajian sementara waktu.
"Semoga bisa ikut lagi," harapnya.
Rumah Sederhana
Rumah Mulyadi (45) di Desa Mayang, Kecamatan Gatak, Sukoharjo jauh dari kata mewah.
Ya, pemulung yang tiap hari memperbaiki jalan rusak dengan uang pribadinya itu hidup sederhana.
Ia tinggal bersama mertuanya, rumah Mulyadi sendiri berada di bagian paling depan.
Baca juga: Akhir Kisah 2 Warga Sragen Rebutan Tanah Selebar 33 CM Selama 4 Tahun, Ketua RT Sebut Sudah Selesai
Baca juga: Penghasilan Rp 30 Ribu per Hari, Pemulung yang Sering Perbaiki Jalan Hanya Bisa Beli Semen Eceran
Saat TribunSolo.com berada di lokasi, tampak bagian depan dipenuhi hasil rongsokannya, mulai dari bahan plastik sampai besi.
Beberapa hasil rongsokan yang sudah dipilah ia letakkan di dalam karung dan siap untuk ditukar dengam sejumlah uang.
Di samping gunungan rongsokan itu, Mulyani dan kelima anaknya beristirahat.
Untuk tidur, mereka berada di salah satu kamar yang hanya beralaskan semen.
Dinding dari kediamannya pun hanya terpasang triplek.
Sikap sederhana yang dilakoni Mulyani rupanya bukan tanpa sebab.
Ia yang lahir di Sragen mengaku sudah terbiasa hidup susah dengan segala keterbatasannya.
"Saya dari kecil hidup di desa, setelah orangtua meninggal, saya yang masih kecil menumpang di rumah kakak saya, setelah itu saya merantau ke Solo dari tahun 1988 hidup menggelandang," katanya Senin (23/11/2020).
Beberapa tahun kemudian, ia menikah dan tinggal di Mayang, Gatak, Sukoharjo.
"Kalau saya memulung ini dianggap susah, rasanya lebih susah saat saya dulu menggelandang," aku dia.
"Saya sudah bersyukur seperti ini," imbuhnya.
Penghasilan Minim, Masih Mau Peduli Lingkungan
Seorang pemulung terlihat berdiri tegak walaupun tubuhnya diguyur panas matahari di kawasan Goro Assalam, Kartasura, Sukoharjo, Senin (23/11/2020).
Dia menyisir jalan dengan sapu lidinya.
Pria itu bernama Mulyadi (45), seorang pemulung yang tanpa pamrih membersihkan jalan di kawasan Goro Assalam, Kartasura, Sukoharjo.
Baca juga: Pria Begal Pacar Sendiri di Palembang: Ajak Tiga Temannya Kerjasama, Pura-pura Temani Lapor Polisi
Baca juga: Jungkook BTS Ditanya soal Waktu untuk Pacaran, Akui Lebih Butuh Waktu untuk Tidur
Tak cukup membersihkan, Mulyadi bahkan menambal jalan berlubang dengan semen yang ia beli dari hasil ia memulung.
Lantaran penghasilan hariannya hanya Rp 30 ribu, Mulyadi pun hanya mampu membeli semen eceran.
Sisanya, ia berikan untuk kebutuhan seorang istri dan lima anaknya.
"Kadang pengen beli semen yang banyak, tapi uangnya tidak cukup. Ini saya beli semen plastikan mepet untuk kebutuhan anak istri," katanya saat ditemui TribunSolo.com, Senin (23/11/2020).
Saban hari membersihkan jalan selama 2 tahun bukan perkara mudah.
Pahit getir ia rasakan, mulai dari dianggap gila sampai dimarahi oleh istrinya sendiri.
"Kadang ada warga yang menuduh saya minta sumbangan, padahal dari dulu saja ikhlas tidak mengharap bantuan apa-apa," ujar Mulyadi.
"Istri saya juga sering tanya, Pak uang hasil ngerosok kok dibelikan semen? Disitu kadang saya miris, tapi yang terpenting niat saya untuk Allah," terangnya.
Tak hanya jalan pintas menuju Slamet Riyadi yang ia perbaiki.
Selokan yang berada disamping jalan tersebut pun tak luput ia bersihkan.
Ia mengaku ingin mengetuk hati warga maupun pengendara yang kerap sembarangan membuang sampah.
"Saya berharap jalan ini diperhatikan. Saya orang tidak punya, hanya bisa membantu sebisanya," tutupnya.
Pernah Temukan Uang Rp 15 Juta
Mulyadi (45) seorang pemulung yang saban hari menambal jalan umum dengan uang pribadinya di Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo rupanya menderita beberapa penyakit.
Di antaranya sakit ginjal dan asam lambung.
Tak jarang, sakit itu kerap terasa saat ia memulung.
"Asam lambung dan ginjal, kalau ginjalnya sudah mulai enakan. Kalau yang asam lambung belum," ujar dia kepada TribunSolo.com, Senin (23/11/2020).
Sebisa mungkin, ungkap Mulyadi orang lain tak mengetahui apa yang ia rasakan.
Baca juga: Mulianya Pemulung Ini : Temukan Dompet Berisi Rp 15 Juta, Tak Dibawa Kabur, Justru Tunggu Pemiliknya
Baca juga: Viral, Mulyadi Si Pemulung yang Sering Perbaiki Jalan Rusak Pakai Uang Pribadi, Banjir Doa Netizen
Ia merasa sungkan dan tak ingin merepotkan orang lain.
Karena yang terpenting anak istrinya dapat makan lewat jerih payahnya.
"Setiap saya memulung kadang menahan sakit maag, tapi saya tahan tahan untuk biaya anak istri dan membeli semen ini," ungkapnya.
Kendati demikian, dalam sekali waktu Mulyadi tak kuasa menahan rasa sakitnya.
Ia pernah ambruk saat membersihkan jalan, Mulyadi lantas dibawa ke puskesmas untuk mendapat pengobatan.
"Sebenarnya saya ingin berobat tapi tidak punya uang, bisanya dibantu sama orang lain," katanya.
Pernah Temukan Uang Rp 15 Juta
Di balik sosoknya yang rela menambal jalanan di Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Mulyadi ternyata punya kisah mengaduk-aduk perasaan.
Pemulung 45 tahun itu masih ingat, kala itu saat menambal jalan, ada sebuah dompet yang tiba-tiba jatuh.
Mulyadi yang mengetahui, lantas mencoba memanggil pengendara yang masih terlihat punggungnya tetapi tidak mendengarnya.
"Itu kejadiannya tahun 2018, saat saya panggil tidak mendengar," katanya kepada TribunSolo.com, Senin (23/11/2020).
Baca juga: Viral, Mulyadi Si Pemulung yang Sering Perbaiki Jalan Rusak Pakai Uang Pribadi, Banjir Doa Netizen
Baca juga: Tolak Cara Dakwah yang Mencaci Maki, Santri Sragen Doa hingga Dukung TNI yang Jaga Keamanan Negara
Setelah dibuka, ternyata dompet itu berisi uang yang tak sedikit, yakni Rp 15 juta.
"Uangnya banyak, saya lalu mikir kalau uang sebanyak ini pasti untuk kebutuhan yang penting, akhirnya saya tunggu sampai pemiliknya mengambil," paparnya.
Dengan sikap jujurnya, Mulyadi menunggu pengendara tersebut sampai sadar dompetnya terjatuh.
Bahkan, ia menanti dari pagi sampai waktu magrib dan berdiam diri di Jalan Raya Solo-Semarang, depan Goro Assalam Sukoharjo.
"Akhirnya orangnya kembali, dia orang Klaten," katanya.
"Saya dikasih imbalan tapi tidak mau, saya ikhlas," imbuhnya.
Kendati demikian, warga Klaten yang dompetnya terjatuh sengaja menyempatkan melewati jalan tersebut untuk memberi makanan pada Mulyadi atau sedekah lain.
"Dulu pernah dikasih uang Rp 150 ribu, yang Rp 50 ribu saya kasih istri saya yang Rp 100 ribu saya belikan semen," ungkapnya.
Bukan sekali dua kali, ia mengaku pernah menemukan dompet maupun barang lain yang terjatuh di jalan tersebut.
"Setiap ada barang jatuh saya tunggu sampai pemiliknya mengambil, walaupun saya pemulung tapi saya mencoba jujur dan tidak mau mengambil milik orang lain," tandasnya.
Dua Tahun Menambal Jalan
Meskipun di tengah keterbatasan, Mulyadi ringan tangan layaknya sosok berhati malaikat.
Ya, pria 45 tahun itu tanpa pamrih menolong banyak orang melalui aksi tak biasanya.
Saban hari, pria yang berprofesi sebagai pemulung itu membersihkan jalan yang biasanya dilewati pengendara, di antaranya di kawasan Goro Assalam.
Tak hanya membersihkan, Mulyadi pun menambal jalan yang rusak dengan semen menggunakan uang pribadinya dari hasil memulung.
Baca juga: Kisah Pemulung Usia 16 Tahun asal Garut Bakal Diangkat Direktur, Gegara Foto Baca Al Quran Viral
Baca juga: Pemulung Korban Tabrak Lari : 6 Tahun Tinggal di Gubuk Reot, Kini Bisa Tinggal Sementara di Kos
Ia mengaku ikhlas dan tak mengharap sepeser pun dari warga sekitar maupun pengendara yang lewat.
Sembari menambal jalan, ia mengaku sudah mengerjakan hal itu selama hampir 2 tahun.
Saban pagi, Mulyadi berangkat dari Desa Mayang, Kecamatan Kartasura, menuju jalan kecil depan Goro Assalam yang jaraknya 4 km itu.
Ia berangkat menggunakan sepeda onthel buntutnya, lengkap dengan beronjong.
Kedua beronjong itu berisi barang rongsokan hasil ia mulung, dan semen untuk menambal jalan yang berlubang.
Perbuatan yang dilakoni Mulyadi rupanya bukan ujug-ujug.
Ia mengaku mempunyai pengalaman buruk di jalan tersebut.
"Dua tahun lalu saat saya pulang merosok lewat jalan sini, saat itu jalannya masih sempit, pas saya simpangan dengan mobil dan jalan ini rusak saya jatuh terjungkal," katanya saat ditemui TribunSolo.com, Senin (23/11/2020).
Dengan kejadian itu, hatinya Mulyani kemudian tergerak.
"Saat itulah hati saya terketuk untuk membenahi jalan ini. Saya ingin menolong sesama manusia, karena saya tidak punya uang, saya hanya punya tenaga untuk membenahi jalan ini," terangnya.
Membenahi dan membersihkan jalan kecil itu rupanya tak semulus apa yang dibayangkan.
Cuaca dan pengendara yang lewat membuat tambalannya terasa sia-sia.
"Kadang kalau hujan deras semennya langsung hanyut. Tapi tidak apa apa saya ikhlas," aku dia.
Pria beranak 5 itu akan terus menambal jalan tersebut, sampai tak ada orang jatuh terjungkal seperti yang ia rasakan.
"Semoga warga sini terbuka hatinya untuk membenahi jalan ini, kasian kalau orang naik sepeda lewat sini," harapnya. (*)