Berita Sukoharjo Terbaru
Antisipasi Pemudik Ngeyel, Sekda Sukoharjo Sebut Masyarakat Bisa Tutup Jalan Kampung
Antisipasi mudik terus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo.Hal ini agar penyebaran virus Covid-19 bisa ditekan dan dikendalikan.
Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Antisipasi mudik terus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo.
Hal ini agar penyebaran virus Covid-19 bisa ditekan dan dikendalikan.
Berbagai upaya untuk mencegah kaum boro mudik telah dilakukan Pemkab Sukoharjo.
Baca juga: Hoaks atau Fakta? Video Iring-iringan Presiden Jokowi yang Dikira Mudik ke Solo, Ini Jawaban Istana
Baca juga: Momen Unik Simon McMenemy Kena Razia Mudik di Solo, Kompol Feby: Susah Payah Saya Pakai Grammer
Imbauan dan sosialisasi telah diberikan, agar masyarakat tidak melakukan mudik lebaran 2021.
Mengingat pada lebaran ini, masih dalam kondisi pandemi covid-19, dan Kabupaten Sukoharjo masih berada di zona orange.
Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sukoharjo Budi Santoso mengatakan, Pemkab Sukoharjo telah mengeluarkan surat edaran larangan mudik, termasuk juga bagi ASN.
Budi mengaku sudah menginstruksikan hingga tingkat RT/RW bahwa para pemudik untuk didata.
Kemudian, pemudik juga diminta kesadarannya untuk melapor.
Baca juga: Sebanyak 2.639 Pemudik Masuk Sukoharjo, Satgas Klaim Belum Ada Kasus Covid-19
"Kalau perlu dan semua warga setuju, pintu masuk lingkungan diportal, dikasih petugas jaga. Seperti awal pandemi lalu," katanya Senin (10/5/2021).
Terkait ASN yang nekat mudik, Budi mengatakan Pemkab Sukoharjo akan memberikan sanksi.
Sanksi ini diberikan sesuai PP 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.
"Hukumannya mulai hukuman ringan, sedang, termasuk TPP tidak diberikan," imbuhnya,
Dalam SE Bupati Sukoharjo tekait larangan mudik, Budi menjelaskan, prinsip mudik itu tidak dikenal lokal maupun nasional maupun internasional.
Sesusi SE Kasatgas, istilah mudik adalah melaksanakan perjalanan ke tempat daerah kelahiran.
Baca juga: Selama Ramadan, Dinkes Sukoharjo Klaim Hanya Muncul 1 Klaster Covid-19 Baru, Kasus Mudik Belum Ada
Namun dikecualikan bagi mereka yang melakukan perjalanan dinas/bekerja, atau ada anggota keluarga yang meninggal, sakit, ibu hamil atau melahirkan.
Budi menambahkan, pihaknya juga membatasi silaturahmi ataupun halal bihalal.
"Untuk menghindari kasus seperti di India, sebaiknya silaturahmi dilakukan dengan video call," pungkasnya.
Hanya Muncul Satu Klaster Covid-19
Dinas Kesehatan (Dinkes) Sukoharjo hanya menemukan satu klaster baru selama Ramadan.
Klaster tersebut muncul di Kelurahan Banmati, Kecamatan/kabupaten Sukoharjo yang bermula dari imam masjid.
Kepala Dinkes Sukoharjo, Yunia Wahdiyati mengatakan, hingga saat ini perkembangan kasus Covid-19 ada kasus 193 orang per Sabtu (10/5/2021).
"Perkembangan, rata-rata per hari itu ada penambahan belasan kasus baru. Tapi masih didominasi oleh klaster keluarga," katanya kepada TribunSolo.com, Senin (10/5/2021).
Baca juga: AADY Resmi Tersangka Pasca Tabrak Polisi dengan VW di Pos Prambanan : Bisa Dipenjara 1 Tahun Lebih
Baca juga: Viral Video Anak Memaki dan Dorong Ibu hingga Tersungkur di Wonogiri, Didatangi Dinas, Ini Hasilnya
Klaster tersebut sudah muncul sebelum bulan suci ramadan.
Klaster keluarga itu muncul dengan diawali kasus perjalanan maupun kegiatan sosial kemasyarakatan sebelum bulan ramadan.
Saat bulan suci ramadan ini, hanya ada satu klaster baru, yang menular kepada tiga orang warga lainnya.
Kendati demikian, Yunia menjelaskan klaster imam masjid di Banmati itu telah selesai.
"Kami sudah melakukan pemeriksaan apakah ada penularan yang dari pemudik, hasilnya tidak ada," jelasnya.
"Kasusnya rata-rata dari warga Sukoharjo sendiri," imbuhnya.
Akui Belum Ada Kasus
Jumlah pemudik yang masuk di Kabupaten Sukoharjo terus bertambah.
Dari data yang dihimpun Dinas Perhubungan (Dishub) Sukoharjo per tanggal 8 Mei 2021, sudah ada 2.639 pemudik yang masuk ke Kabupaten Sukoharjo.
Angka tersebut bertambah 225 pemudik baru dari hari sebelumnya.
Baca juga: Belasan Orang yang Kena Corona di Gladagsari Boyolali, Tertular Usai Jadi Kru Dapur untuk Pengajian
Baca juga: Ada 543 Pemudik Tiba di Solo, 1 Orang Positif Bawa Corona, Langsung Isolasi di Asrama Haji Boyolali
Plt. Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Toni Sri Buntoro mengatakan, tiap hari ada sekitar 200an tambahan pemudik baru.
"Semoga hari ini sudah mulai melandai (kedatangan pemudik)," katanya, Minggu (9/5/2021).
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo Yunia Wahdiyati mengatakan, pihaknya telah melakukan antisipasi kedatangan pemudik ini.
"Kita sudah memaksimalkan Jogo Tonggo untuk mengantisipasi kedatangan pemudik ini," ujarnya.
Baca juga: Terungkap, Lima Pemudik Asal Tangerang yang Dikarantina di Solo Technopar, Ternyata Naik Bus ke Solo
Semua pemudik yang tiba dikampung halaman mereka masing-masing dilakukan karantina di rumah masing-masing.
Hal ini untuk mencegah penularan Covid-19 dari klaster perjalanan.
"Selain itu, di tiap Kecamatan juga telah dilakukan sidak terhadap pemudik door to door," kata dia.
Pemudik akan diperiksa apakah sudah mengantongi surat bebas apa belum.
Baca juga: Nekat Pulang Kampung, 8 Pemudik Asal Bandung dan Tangerang Dikarantina di Solo Technopark
Bila tak dapat menunjukan surat bebas Covid-19, mereka akan dilakukan pemeriksaan ditempat, atau di Puskesmas terdekat.
"Hingga saat ini belum ada laporan adanya pemudik yang terkonfirmasi positif Covid-19," ujarnya.
"Karantina di tempat isolasi terpadu juga belum ada. Mereka (pemudik) melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing," pungkasnya. (*)